Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Health Promoter

Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Siap Kapten!

21 Juni 2019   16:01 Diperbarui: 21 Juni 2019   16:18 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langkah digerakkan menuju ke luar bandara. Seseorang lalu memegang pundaknya dari belakang. Pria tersebut memakai pakaian seperti seorang pilot. Yah, ia memang pilot.

"Bagaimana penerbangannya?" ucap pria tersebut sambil tersenyum.

Wati kaget dan diam terpaku menatap pilot yang sedang berada di hadapannya sekarang. Semua perasaan gelisah berganti menjadi bingung.

"Selamat untuk penerbangan perdananya, kapten Frans." Beberapa awak dan staf bandara bergantian mengucap saat lewat di sebelahnya. Pilot tersebut ternyata adalah Frans, sahabat dan orang yang membuatnya gusar sedari tadi.

"Wati, kenapa diam?" Tanya sang kapten yang baru saja melakukan penerbangan perdananya.

"Tidak apa-apa, Frans." Jawab Wati yang masih belum percaya bahwa sahabat yang juga menyukainya sejak dulu tersebut, berdiri di hadapannya sekarang sebagai seorang pilot.

Masih lekat dalam ingatan Wati saat teman-temannya menertawakan ketika Frans berkata bahwa ia ingin menjadi seorang pilot saat SMA. Yah, seorang anak penjual sayur menjadi seorang pilot? Hal yang meragukan bagi banyak orang.

Hanya Wati seorang yang tak pernah menertawakan mimpi dari Frans tersebut. Penguatan dari Wati membuat tekad yang sempat luntur kembali membara.

"Wati? Hei?." Ucap Frans sambil melambaikan tangannya di wajah Wati yang masih termenung.

"10 tahun menghilang dan kembali muncul seperti ini,  kau membuatku hampir jantungan. Belum lagi ku minta penjelasanmu beberapa hari lalu, kau hanya memberikan janji bertemu di bandara dan lansung pergi. Dasar!" Wati dengan nada jengkel.

"Maafkan anak penjual sayur ini, Wati. Terima kasih atas segalanya." Frans kembali mengingat bahwa saat harapannya telah pudar, Wati ada di sana untuk memberikan semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun