Remaja merupakan salah satu masa yang dilalui oleh manusia semasa hidupnya. Banyak yang bilang bahwa pada masa ini, para remaja akan mulai mencari dan menemukan jati diri, serta mengenal berbagai macam hal. Masa ini juga menjadi salah satu masa dimana manusia mulai memiliki kekuatan dan produktivitas yang tinggi.
Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini berlansung mulai umur 12 tahun hingga 24 tahun. Akan tetapi, jika dalam menjalani usia ini, mereka telah menikah dan sudah mandiri, maka sudah dapat digolongkan ke dalam masa dewasa atau sudah tidak remaja lagi.
Seperti semua golongan umur pada masa hidup manusia, masa remaja juga perlu diperhatikan dengan baik. Berbagai macam aspek perlu diperhatikan, salah satu yang terpenting adalah aspek kesehatan. Hal ini perlu diperhatikan, karena pola hidup dan kesehatan yang dijalankan semasa remaja menjadi faktor penentu hidupnya pada masa dewasa, bahkan hingga ia memiliki keturunan.
Terdapat beberapa masalah kesehatan yang selalu mengintai masa remaja. Masalah kesehatan tersebut antara lain seperti anemia, kekurangan energi kronis (KEK), stunting dan masih banyak lagi. Anemia merupakan masalah kesehatan sebagai akibat dari kurangnya asupan zat besi di dalam tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi, semangat, hingga kebugaran tubuh.
Khusus untuk remaja perempuan, anemia dapat mengakibatkan dampak yang serius. Hal ini dikarenakan para remaja perempuan merupakan calon ibu. Oleh karena itu, jika remaja perempuan terkena anemia dan tidak diatasi dengan baik, maka akan meningkatkan risiko kematian ibu dan anak saat melahirkan, bayi lahir prematur hingga berat badan lahir rendah.
Kekurangan energi kronis juga harus dihindari pada masa remaja. Masalah kesehatan ini dapat disebabkan karena para remaja menjalankan pola asupan makanan yang salah atau tidak mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, hingga menjalankan diet yang tidak sehat. Remaja dengan kekurangan energi kronis akan berisiko tinggi mengalami berbagai macam penyakit infeksi.
Selain anemia dan KEK, masalah kesehatan yang sangat serius dan perlu diperhatikan adalah masalah stunting atau gagal tumbuh. Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh karena pada saat remaja tersebut masih dalam masa kehamilan hingga masa awal kehidupannya (1000 hari pertama kehidupan). Hal ini disebabkan oleh karena kebutuhan gizinya tidak diperhatikan atau tidak tercukupi dengan baik.
Remaja yang mengalami stunting tidak hanya akan terlihat lebih pendek dari remaja seusianya. Lebih dari itu, perkembangan otak dan daya pikirnya juga akan terganggu. Remaja juga dapat dengan mudah mengalami penyakit-penyakit berbahaya seperti diabetes, jantung, hingga hipertensi.
Bisa dibilang, masalah stunting bagaikan "lingkaran setan" yang harus diputuskan agar Indonesia dapat menghasilkan generasi penerus yang memiliki kualitas kesehatan dan daya saing yang baik. Hal ini perlu diperhatikan karena jika stunting tidak dicegah sejak masa remaja, maka saat memiliki anak nanti, anak tersebut juga akan berisiko tinggi mengalami stunting. Begitupun halnya dapat terjadi pada generasi selanjutnya.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, di Indonesia masih terdapat 30,8% balita yang mengalami gizi sangat pendek dan pendek. Â Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang memiliki angka stunting tertinggi dengan proporsi sebesar 42,6%. Oleh karena itu, perlu banyak upaya yang dilakukan oleh semua pihak dalam menurunkan angka ini, serta mengatasi permasalahan stunting di Indonesia.
Banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah gaung "cegah stunting" yang sering diutarakan dan berbagai program yang dijalankan. Namun, dalam penanganan masalah ini diperlukan adanya dukungan dan kesadaran dari semua pihak untuk mendukung penanganan stunting.
Perlu adanya komitmen dan kerja keras dari pihak dan instansi di bidang kesehatan dan lintas sektor. Upaya multisektor dari berbagai pihak terkait dapat menjadi aspek spesifik dan sensitif dalam upaya pencegahan stunting, serta pemberian pengetahuan kepada remaja tentang pola kesehatan yang benar untuk dijalankan.
Berkaitan dengan pengetahuan yang perlu diketahui oleh remaja, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi wajib diberikan pada masa ini. Remaja harus mengetahui bahwa pada masa ini, mereka akan mengalami pubertas yang merupakan waktu tubuh anak-anak berubah menjadi tubuh yang dewasa dan sudah bisa bereproduksi.
Reproduksi memiliki arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Remaja yang telah mengalami mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan sudah bisa bereproduksi. Oleh karenanya, para remaja perlu memahami dengan baik cara-cara menjaga dan merawat kesehatan reproduksi mereka.
Selain itu, pada masa pubertas, remaja juga perlu memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik hingga emosi/mental mereka. Pemahaman tentang perubahan fisik diperlukan oleh laki-laki dan perempuan, baik memahami perubahan pada diri sendiri maupun lawan jenis.
Perubahan fisik seperti alat reproduksi yang membesar, menghasilkan sperma (laki-laki) atau sel telur (perempuan), hingga tanda perubahan fisik lain harus sudah diketahui agar remaja tidak kaget dan bisa menjaga pola hidupnya dengan baik dan sehat.
Perubahan emosi/mental juga perlu dipahami dengan baik oleh remaja. Perubahan yang muncul pada masa remaja seperti lebih sensitif, hingga ketertarikan pada lawan jenis harus dipahami dengan baik agar remaja dapat mengontrol hal tersebut dan tidak mengganggu aktivitas, serta masa depan mereka.
Selain memahami perubahan-perubahan yang terjadi, remaja juga perlu mengetahui cara menjaga kesehatan reproduksi mereka dan perlu diterapkan setiap hari. Hal-hal tersebut seperti pola makan hingga kebersihan diri dan pakaian agar alat reproduksi serta tubuh dapat terjaga tetap bersih dan sehat.
LSM yang berfokus di bidang gizi dan kesehatan masyarakat ini memiliki misi untuk mencegah stunting. Dan untuk mencegah stunting, perlu dilakukan sedini mungkin sejak masa remaja. Saat ini, LSM YASATU bekerja di 32 desa di Kabupaten Kupang dengan dukungan dari mitra kerja Action Against Hunger dan pemerintah provinsi, kabupaten, desa hingga tingkat Puskesmas.
Dalam memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, LSM YASATU menggunakan metode yang kreatif agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan menyenangkan oleh para remaja. Pendekatan melalui lagu yang dibuat, video, games hingga proses sharing dari para remaja diterapkan agar para remaja dapat menangkap sebanyak-banyaknya pesan kesehatan dan dapat diterapkan dalam aktivitasnya sehari-hari.
Dengan adanya dukungan dan kolaborasi dari semua pihak, maka upaya pencegahan terhadap stunting dapat dilakukan sedini mungkin. Jika masalah stunting dapat dikurangi ataupun diatasi dengan baik, maka generasi-generasi penerus dari Indonesia akan memiliki kualitas dan daya saing yang baik.
Salam sehat.
Credits to: Yayasan Satukan Aksi Tunas Utama (Kupang, NTT)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H