Tampak wajah yang telah merah. Tubuhnya terasa bergetar. Mulutnya tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Emosi Rey telah memuncak setelah seharian ini, ia telah cukup sabar dengan ketidakpuasannya pada rekan-rekan baru dalam timnya.
"Kalian ini sebenarnya bisa kerja atau tidak? Hari ini hasilnya sangat tidak memuaskan. Dasar teledor semua!" Kata Rey dengan suara yang keras kepada rekan satu timnya, yakni Agus, Dina dan Marlon. Kesalahan dekorasi membuat acara sempat sedikit terganggu dengan beberapa bagian dekorasi yang roboh. Untungnya bagian yang roboh adalah bagian yang tidak terlalu terlihat oleh para tamu acara.
Kepala yang tertunduk hanya menjadi pemandangan yang terlihat dari ketiga rekan yang masih dalam kategori junior ini. Wajah lesu menjadi tampilan yang sedang melekat. Semangat yang patah membuat kondisi makin terasa sulit.
Suasana terasa sangat mencekam. Mungkin ini adalah sisi terseram yang pernah dirasakan oleh ketiga orang ini, khususnya Dina. Gadis yang baru pertama kali bekerja di bidang Event Organizer (EO) ini memang tampak masih cukup kaku dalam tugasnya.
Air mata yang sedari tadi tertahan, kini mengucur keluar dengan derasnya dari kedua mata Dina. Marlon dan Agus yang keadaanya cukup tertekan hanya bisa menenangkan dengan memegang pundak Dina. Dibanding sebagai tim kerja, mereka lebih terlihat seperti anak-anak nakal yang sedang dimarahi ayah mereka.
Pemandangan yang ada di hadapan Rey, otomatis membuat kemarahannya yang sedari tadi membara, berganti dengan rasa penyesalan. Terlebih lagi ketika melihat Dina yang menangis.
Padahal ini adalah tugas pertama bagi mereka bertiga. Harapan apresiasi yang didapat dari bos, namun kemarahan yang diperoleh.
Rasa penyesalan yang muncul ketika melihat ketiga rekan yang berada di hapadannya, bersambung dengan ingatan masa lalunya. Rey kemudian mengingat kembali kejadian pertama kali saat ia menjalankan tugasnya.
Tidak berbeda jauh dari yang ketiga rekannya lakukan sekarang, ia juga melakukan kesalahan pada saat itu. Namun, respon yang ia terima berbeda dengan apa yang ia berikan pada ketiga junior yang baru ini.
Kesalahan yang dilakukan oleh Rey memang membuahkan teguran, namun ia tidak merasakan kemarahan dalam teguran itu. Sebaliknya, Rey merasakan dorongan yang lebih kuat untuk berkembang.
Terang saja, teguran yang berisi solusi lebih baik dari pada kemarahan yang menghancurkan motivasi. Sebagai anak baru, atasan dari Rey benar-benar mencari tahu setiap kelebihan dan kekurangannya. Selain itu, ia selalu mengarahkan serta mendampingi Rey dalam melakukan setiap pekerjaannya. Hal tersebutlah yang akhirnya membuat ia sangat berkembang dan bisa sampai pada posisi sekarang ini.