Mohon tunggu...
Harry Dethan
Harry Dethan Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Health Promoter

Master of Public Health Universitas Gadjah Mada | Perilaku dan Promosi Kesehatan | Menulis dan membuat konten kesehatan, lingkungan, dan sastra | Email: harrydethan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Musim Penghujan, Antara Berkah dan Penyakit

30 Januari 2019   21:29 Diperbarui: 30 Januari 2019   21:41 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: megapolitan.kompas.com

Indonesia adalah negara yang memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan musim penghujan. Kedua musim tersebut memiliki keuntungan dan kekurangannya masing-masing. Keuntungan dan kekurangan tersebut harus diperhatikan dengan baik agar dapat membawa dampak yang baik bagi kita maupun keluarga dan lingkungan sekitar.

Pada musim kemarau yang panas, kita akan merasakan gerah,serta seperti merasakan cepat lelah dalam melaksanakan aktivitas kita, sehingga membuat kita sering bertanya-tanya, "Kapan waktunya hujan akan turun? Supaya bisa merasakan sejuk atau dinginnya udara". Akan tetapi, hal positifnya, kita dapat bebas bepergian kemanapun tanpa takut akan mengalami basah seperti halnya pada musim hujan. 

Pada musim hujan, kita sepertinya merasa banyak aktivitas yang terhambat, apalagi bagi orang-orang yang beraktivitas menggunakan kendaraan bermotor. Hal ini memang dapat sedikit terbantu dengan adanya rompi hujan. Belum lagi, jika terjadi banjir atau terdapat genangan air yang banyak akibat saluran drainase yang kurang baik. Akan tetapi hal positifnya, pada saat musim hujan,udara jadi makin sejuk. Selain itu bumi memiliki "tabungan air" yang bertambah dan banyak tumbuhan seperti pohon dan tanaman lain yang menghasilkan oksigen akan menjadi lebih segar dengan adanya siraman air hujan.

Khusus untuk musim hujan, banyak hal yang harus diperhatikan agar kita dan keluarga tidak mendapat efek negatif dari musim hujan. Saat musim hujan, daerah sekitar kita akan memiliki tingkat kelembapan yang cukup tinggi. Tingkat kelembapan yang cukup tinggi dapat mengakibatkan lebih mudahnya pertumbuhan dan perkembangbiakan berbagai macam bakteri dan kuman penyakit. Selain itu, tempat yang lembab akan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi nyamuk. Seperti yang kita ketahui bahwa nyamuk dapat menyebarkan penyakit seperti malaria,filariasis, sampai pada demam berdarah.

Penyakit seperti malaria, filariasis, demam berdarah, serta berbagai macam penyakit yang disebarkan oleh nyamuk, bukanlah jenis penyakit yang bisa dianggap remeh. Banyak contoh kasus kematian akibat penyakit-penyakit tersebut yang telah kita lihat di televisi, berita di media masa, maupun terjadi di sekitar kita. 

Khusus untuk penyakit demam berdarah saja, dalam beberapa waktu belakangan, Kota Kupang sedang mengalami masalah ini dengan sangat serius. Hal ini terbukti dengan ditetapkannya kejadian luar biasa atau KLB bagi penyakit demam berdarah dengan ratusan kasus yang dialami oleh masyarakat. Selain Kota Kupang, beberapa wilayah juga nyatanya juga telah ditetapkan sebagai daerah KLB demam berdarah. Wilayah lain pun sampai sekarang berisiko menjadi wilayah KLB demam berdarah juga. Keadaan yang cukup mengkhawatirkan.

Oleh karena itu, perlu tindakan preventif atau pencegahan yang tepat, agar saat musim hujan tiba, kita bisa melewati musim tersebut dengan penuh rasa berkah dan bukannya mengalami musibah penyakit. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit demam berdarah, malaria, dan lain sebagainya. Salah satu cara yang sangat efektif adalah dengan menerapkan 3 M+.


Ilustrasi: dinkes.palangkaraya.go.id
Ilustrasi: dinkes.palangkaraya.go.id
3 M+ merupakan singkatan dari kegiatan menguras, menutup, mengubur, serta beberapa tindakan lain untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk. Langkah-langkah ini harus dilakukan dengan disiplin, terlebih lagi saat musim hujan.

Langkah menguras dilakukan minimal satu kali dalam seminggu. Alangkah baiknya dilakukan lebih sering dari itu saat musim hujan. Hal ini dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk yang senang bertelur pada tempat penampungan air, seperti bak mandi, ember penampungan air dan tempat lain. Menguras tempat penampungan air harus diikuti dengan mencuci atau membersihan tempat tersebut agar telur-telur nyamuk yang menempel pada dinding tempat penampungan air dapat dibersihkan dengan baik.

Langkah menutup juga dilakukan pada tempat penampungan air. Mengapa langkah ini perlu dilakukan? Langkah ini bertujuan untuk menghalangi nyamuk agar tidak dapat masuk dan bertelur dan berkembangbiak pada tempat penampungan air tersebut.

Langkah lainnya adalah mengubur sampah atau barang-barang bekas. Khusus untuk langkah ini, perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini dikarenakan, sampah-sampah yang mudah terurai seperti plastik, kaleng bekas dan lain sebagainya yang sulit terurai dapat menyebabkan masalah pencemaran lain di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk beberapa jenis sampah yang sulit terurai tersebut, alangkah baiknya diolah dengan cara dihancurkan, atau lebih disarankan untuk didaur ulang di tingkat keluarga, pengepul sampah, maupun bank sampah.

Langkah yang tidak kalah penting dari langkah 3M adalah tindakan-tindakan pencegahan lain untuk melindungi lingkungan dan keluarga kita dari nyamuk. Tindakan tersebut antara lain seperti membersihkan lingkungan sekitar dari tumpukan sampah. Tindakan ini dilakukan untuk memberantas tempat tinggal nyamuk yang sangat suka tinggal pada tempat yang kotor.

Selain itu tindakan lainnya adalah dengan menggunakan kelambu yang dibagikan oleh Puskesmas, menaburkan abate pada penampungan air seperti bak mandi, serta menggunakan lotion anti nyamuk dan obat nyamuk. Ada juga banyak orang yang telah menanam tanaman yang "dibenci" oleh nyamuk seperti serai, lavender, dan bawang putih agar nyamuk dengan secara alami akan menghindar dari lingkungan yang ditanami tanaman tersebut.

Langkah-langkah preventif tersebut merupakan tindakan sederhana yang tentunya dapat dilakukan oleh semua keluarga, selain tindakan seperti fooging dan cara-cara lainnya. Menjadi sahabat lingkungan adalah cara yang dapat dilakukan agar kita dapat melewati musim penghujan dengan melewati berkah dan bukan malapetaka.

Salam Sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun