Mohon tunggu...
Harry Darmawan Hamdie
Harry Darmawan Hamdie Mohon Tunggu... Relawan - PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Barito Utara, Inisiator Beras Berkah Muara Teweh Kalteng.

PNS pada Satuan Polisi Pamong Praja di Kab. Barito Utara Kalimantan Tengah. Inisiator Komunitas Beras Berkah di Muara Teweh Kalteng dan Ketua Yayasan Beras Berkah Muara Teweh.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Yang Kaya yang Korupsi, Yang Miskin yang Berjudi", Semua Ada Penjelasannya

27 Mei 2024   00:00 Diperbarui: 27 Mei 2024   18:29 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul buku Pschology of Money /Dokpri

Mengelola uang dengan baik tidak ada hubungannya dengan kecerdasan Anda tapi lebih banyak berhubungan dengan perilaku Anda. Perilaku sangat susah diajarkan bahkan kepada orang yang sangat cerdas.

Perilaku atau faktor psikologis orang tenyata lebih menentukan keberhasilan kita mengelola uang. Banyak orang kaya bukan profesor di bidang ekonomi, dan sebaliknya banyak orang yang tidak lulus kuliah malah menjadi jutawan. 

Kenyataan memang seperti itu, teman kecil saya, sudah haji dan punya bisnis yang kuat, dan saya tahu persis dia tidak mengecap bangku kuliah tapi kehidupannya lebih makmur dari pada saya yang kuliah ekonomi keuangan sampai tujuh tahun. 

Menurut saya, Perspektif baru dengan argumen-argumen yang masuk akal adalah kekuatan utama buku ini. Menjelaskan berbagai anomali dan kebingungan orang atas kejadian terkait dunia bisnis, ekonomi maupun perilaku orang terhadap duit.

Membaca buku yang terdiri dari 20 bab terasa mudah. Setiap bab tidak banyak halaman yang harus diselesaikan, apalagi jarak antar spasi juga agak besar sehingga membacanya bisa cepat tanpa mengerutkan jidat berlebihan.

Setiap bab, menurut penulisnya menunjukkan cacat atau bias dan sumber perilaku buruk terpenting yang mempengaruhi manusia ketika memegang uang. Bagi saya yang bukan berlatar belakang psikologi, membaca buku ini cukup mudah, dan bagi pembaca tanpa latar belakang keuangan juga rasanya juga tidak sulit.

Di buku ini, Housel menjelaskan bahwa semua orang melakukan hal gila dengan uangnya, namun sebenarnya semua orang memiliki pandangannya sendiri-sendiri mengenai uang yang dibentuk dari dunia yang berbeda beda.

Kenyataan bahwa judi online atau togel lebih banyak dimainkan masyarakat berpendapatan menengah ke bawah karena mereka memiliki pandangan dan pengalaman tersendiri terkait uang.

Bayangkan, apabila cara satu-satunya mencapai mimpi untuk mendapatkan sesuatu hanya melalui togel karena gaji sudah habis untuk makan, siapa pun dengan kondisi seperti itu, pasti akan bertaruh atau bermain togel.

Selain itu buku ini menginginkan kita mengakui peran keberuntungan dalam keberhasilan. Sehingga bila kita gagal kita tidak sakit hati dan bila berhasil juga tidak jemawa.

Selain itu apabila Anda bingung dengan perilaku pejabat sudah kaya tapi masih juga korupsi? atau pengusaha kaya yang berkomplot dengan aparat menggerogoti uang negara? mereka mempunyai segalanya tapi sayang mereka adalah orang-orang yang tidak punya rasa cukup, hal ini dijelaskan di buku ini pada bab tiga.

Nihil rasa cukup mengakibatkan mereka berani mempertaruhkan sesuatu yang sudah dimiliki demi yang belum dimiliki. Rasa serakah menghancurkan reputasi dan kadang menghancurkan kehidupannya.

Untuk memiliki rasa cukup kita semestinya memiliki sifat sabar. Karena mendapatkan kekayaan butuh waktu. Intinya pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Investasi mengalami penumpukan seiring waktu. Bila di pasar modal value investing mungkin yang paling klop dengan pandangan ini.

Housel juga menganjurkan agar kita hemat dan paranoid agar tetap bertahan kaya. Sebuah nasihat investasi yang tidak bisa gagal. Berbeda dengan nasihat keuangan lain, hemat memang terbukti efektif, kekayaan bertambah sambil menunggu multiplier terus menerus dari uang kita.

Keberhasilan keuangan ditentukan dari kemampuan kita bertahan ketika situasi sulit. Tabungan dana darurat masih relevan. Ketika kondisi memburuk kita tidak mempertaruhkan semuanya. Kondisi baik selalu lebih banyak daripada kondisi sulit, tetap optimis.

Kendali atas waktu adalah deviden terbesar yang bisa diberikan uang. Kemampuan berbuat apa yang kita inginkan, kapan pun kita mau dan siapa yang kita kehendaki selama kita bisa, singkatnya kita memiliki kendali atas hidup kita karena uang.

Waktu kita dengan keluarga anak-anak sangat berharga melebihi apa yang bisa kita beli untuk mereka. Sementara itu barang-barang mewah yang kita beli dengan uang kita (kalo kita sudah kaya) hanya akan mempercepat kita kehilangan kekayaan.

Pada Bab 9 Penulis buku juga menulis surat untuk anaknya "Bisa jadi kamu menginginkan barang mewah (mobil, rumah atau jam mewah), kamu sebenarnya menginginkan rasa hormat dan kagum, sayangnya barang mewah tidak pernah memberikan rasa kagum dan hormat melebihi kerendahan hati, kebaikan dan empati.

Menabung terdengar klise bagi kita sekarang, namun menabung adalah satu satunya faktor yang kita kendalikan untuk menghasilkan kekayaan. Bukan hasil investasi yang selalu naik turun atau besar pendapatan yang tak mampu kita sisihkan untuk menabung.

Di masa depan, banyak hal yang terjadi dan tidak terprediksi, jangan memaksa selalu rasional yang penting masuk akal. Menabung adalah masuk akal yang akan menjaga kita pada situasi sulit dan mengalami penumpukan seiring waktu.

Di buku ini kita disuruh membayar biaya keberhasilan keuangan yang pasti ada, meskipun tak tampak : keraguan, ketidakpastian, penyesalan, kesalahan semuanya adalah biaya bukan denda atas keberhasilan kita.

Wajar bila di bulan Juli 2022 buku ini sudah dicetak sebanyak 33 kali, pastinya digemari karena perspektifnya yang baru. Meskipun merupakan buku terjemahan namun mudah dimengerti. 

Sebuah buku yang sangat layak dimiliki, bila belum beli. Bila kita sudah membeli dan merasa belum kaya-kaya, bisa dibuka dan dibaca kembali, lalu dituliskan di Kompasiana, seperti yang saya lakukan sekarang ini.

***

Judul : Psychology of Money

Penulis : Morgan Housel

Penerbit : Penerbit Baca

Tahun terbit : 2020

Tebal halaman :

ISSBN : 978-602-6486-57-8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun