Nama  & NIM Mahasiswa :     Â
Harry Budi Purwanto (43221010091)
Dosen Pengampu :Â
Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
Universitas Mercubuana
Jakarta baratÂ
2022
Indonesia memliki keanekaragaman suku dan budaya. Mayoritas penduduk indonesia adalah masyarakat jawa. Orang jawa mempunyai berbagai filosofi sebagai pedoman untuk mencapai kesempurnaan hidup, salah satu filosofinya yaitu sedulur papat limo pancer.Â
Filosofi ini membimbing manusia untuk menghargai dan mengendalikan emosi mereka bersama dengan aktivitas mereka atau berurusan dengan masalah sehari-hari.Â
Sedulur Papat mewakili empat emosi manusia atau keinginan yang terdiri dari murka (marah), lawwamah (rakus/rakus), supiah (nafsu), dan mutmainnah (kemalasan).
Limo Pancer mewakili manusia itu sendiri sebagai pengontrol keempatnya emosi. Artikel ini bertujuan untuk membahas Sedulur Papat Limo Pancer sebagai konsep kecerdasan emosional orang Jawa.Â
Konsep Sedulur Papat Limo Pancer menjelaskan lebih detail di domain emosi yang perlu dikendalikan. Namun, konsep kecerdasan emosional menjelaskan lebih detail tentang aspek-aspek kecerdasan emosional dibandingkan dengan konsep Sedulur Papat Limo Pancer.Â
Integrasi antara Sedulur Papat Limo Pancer dengan konsep kecerdasan emosional dapat digunakan untuk memahami kecerdasan emosional secara komprehensif.
Secara historis, peradaban Jawa merupakan peradaban yang maju. Kemajuan dari Peradaban Jawa dibuktikan dengan kerajaan-kerajaan besar yang ada di pulau Jawa seperti kerajaan Mataram dan kerajaan Majapahit.Â
Selain itu, berbagai bahasa Jawa peninggalan peradaban masih dapat dilihat sampai sekarang, misalnya Candi Borobudur dan Prambanan Candi, Tidak hanya itu peradaban maju tetapi juga orang Jawa memiliki karakteristik tertentu dalam perilaku mereka.Â
Sebagai contoh, Orang Jawa dikenal sebagai orang yang ramah dan lembut dalam bersikap dan berbicara. Bagi masyarakat Jawa, perilaku beretika merupakan bentuk harga diri sehingga perlu dijaga dengan selalu berhati-hati dalam berperilaku sehari-hari
Cara berperilaku dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukkan oleh orang Jawa adalah sesuatu yang diturunkan dari generasi ke generasi.Â
Hal ini tidak terlepas dari banyaknya Filosofi Jawa yang dijadikan pedoman hidup masyarakat Jawa. Sebagai contoh, Memayu Hayuning Bawana yang mengajarkan menjaga dan melestarikan lingkungan, Jer Basuki Mawa Beya yang mengajarkan pengorbanan demi kesuksesan, Budi Dayane Manungsa Ora Bisa Ngungkuli Garis Kang Kuwasa yang mengajarkan untuk tidak menyandingkan budidaya manusia dengan takdir Yang Maha Kuasa, dan Becik Kedot.Â
Ala Ketara mengajarkan untuk tidak menyembunyikan sesuatu yang baik atau buruk karena cepat atau lambat akan terungkap). Adanya falsafah yang yang ada dalam masyarakat dapat membantu untuk berpikir dan merenungkan diri sendiri untuk menemukan integrasi antara diri sendiri dan Tuhan.
Bagi masyarakat Jawa, falsafah yang diajarkan oleh generasi sebelumnya digunakan sebagai pedoman untuk menemukan makna dalam pedoman dalam hidup. Meskipun filsafat Jawa adalah sebuah peninggalan leluhur yang berumur puluhan bahkan ratusan tahun, filosofi jawa masih dianggap relevan dengan perkembangan zaman Relevansi Filsafat Jawa diwujudkan melalui aktualisasi filsafat terhadap perubahan dan perkembangan kali dengan memberikan interpretasi yang mengikuti perkembangan zaman. Aktualisasi filsafat Jawa juga ditempuh melalui berbagai kajian tentang Filsafat Jawa.
Sedulur Papat Limo Pancer juga berkaitan dengan pedoman perilaku dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Jawa. Sedulur Papat Limo Pancer dapat dianggap sebagai pedoman bagi masyarakat Jawa dalam mengendalikan keinginannya.Â
Sedulur Papat Limo Pancer mengajar bahasa Jawa manusia untuk mengenali dan mengendalikan nafsu atau emosinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedulur Papat mewakili empat nafsu atau emosi yang dimiliki manusia yang meliputi amarah (nafsu marah), lawwamah (rakus/rakus), supiah (nafsu), dan mutmainnah (malas nafsu).
Sementara itu, Limo Pancer adalah manusia yang memiliki kesadaran untuk mengenal dan mengelola Sedulur Papat. Jika manusia dapat mengenali dan mengelola Sedulur Papat, maka manusia akan mampu menguasai dan memanfaatkan Sedulur Papatnya untuk kebaikan dan mencapai keharmonisan kehidupan, terutama dalam mengambil keputusan dan menghadapi masalah.Â
Kajian tentang Sedulur Papat Limo Pancer selama ini hanya sebatas kajian seni, pendidikan. kecerdasan spiritual, etnografi. filosofi Sedulur Papat  Limo Pancer merupakan pedoman bagi masyarakat Jawa dalam mengenali dan mengelola emosi.
Maka dari itu, pada pembahasan materi kali ini, bertujuan untuk membahas Sedulur Papat Limo Pancer sebagai konsep kecerdasan emosional yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Semoga artikel ini dapat digunakan untuk memahami konsep kecerdasan emosional yang terkandung dalam Sedulur Papat Limo Pancer dimiliki oleh masyarakat Jawa.
Sedulur Papat Limo Pancer merupakan salah satu pedoman hidup di dunia untuk Orang Jawa (Ibda, 2019). Sedulur Papat Limo Pancer ditulis pada bait 41 dan 42 Suluk Kidung Kawedar karya Sunan Kalijaga pada abad 15-16. Suara bait adalah sebagai berikut:
Ana kidung akadang premati
Among tuwuh ing kuwasanira
Nganakaken saciptane
Kakang kawah puniku
Kang rumeksa ing awak mami
Anekakaken sedya
Pan kuwasanipun adhi ari-ari ika
Kang manyungi ing laku kuwasaneki
Anekaken pangarah
Ponang getih ing rahina wengi
Angrowangi Allah kang kuwasa
Andadekaken karsane
Puser kuwasanipun
Nguyu uyu sambawa mami
Nuruti ing panedha
Kuwasanireku
Jangkep kadang ingsung papat
Kalimane pancer wus dadi sawiji
Nunggal sawujudingwang
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka bait tersebut dapat dibaca sebagai berikut:
Ada lagu tentang saudara kita yang menjaga kita dengan penuh perhatian. Pertahankan di bawahnya kekuasaan. Apa yang diciptakan diwujudkan. Cairan ketuban merawat tubuh saya. Sampaikan akan dengan kekuatan. Plasenta bayi adalah payung untuk perilaku berdasarkan arahannya. Darah siang dan malam membantu Allah SWT. Memenuhi kehendak Tuhan. Pusar kekuatannya adalah memperhatikan saya dengan seksama. Penuhi permintaanku. Jadi, lengkapi keempat bersaudara itu. Lima sebagai pusat menjadi satu. Bersatu dalam perwujudan saat ini. Sedulur Papat Limo Pancer terdiri dari dua hal yaitu Sedulur Papat dan Limo Pancer.
1.) Kakang kawah
Kakang kawah atau air ketuban adalah air yang membantu manusia untuk lahir ke dunia ini. Karena air ketuban yang pertama kali keluar, maka masyarakat Jawa menyebutnya air ketuban itu sebagai Kakang, atau yang berarti Kakak.
2.) Adhi ari-ari
Adi ari-ari atau plasenta. Sebutan adhi ini adalah untuk ari-ari yang keluar setelah bayi. Dan Adhi dapat diartikan sebagai adik.
3.) Getih
Getih adalah darah. Getih merupakan suatu hal yang utama bagi ibu dan bayi. Dimana saat berada dalam kandungan, getih melindungi sang bayi.
4.) Pusar
Pusar dapat diartikan sebagai tali plasenta. Tali plasenta disini maksudnya suatu hal yang menghubungkan antara ibu dan sang bayi yang ada di dalam kandungan. Dengan adanya tali pusar membuat hubungan ibu dan janinnya semakin erat dan kuat. Tali pusar juga berguna sebagai penyaluran nutrisi dari si ibu untuk bayi mereka dan tali pusar juga menjaga kelangsungan hidup bayi yang ada dalam kandungan.
5.) Pancer
Pancer merupakan sebuah wadah atau tubuh. Yang dimaksud wadah disini adalah diri sendiri. Kelima hal ini adalah sebuah pusat kehidupan yang paling utama ketika manusia lahir ke dunia ini. Masyarakat Jawa percaya bahwa sebagai manusia, kita harus menyelaraskan kelima hal itu agar menjadi satu kesatuan yang utuh.
Sedulur Papat dapat diartikan sebagai nafsu atau emosi yang dimiliki oleh manusia (Budiharso, 2016). Dijelaskan Sedulur Papat mewakili empat nafsu yang dimiliki oleh setiap manusia yang meliputi marah atau murka, lawwamah atau syahwat, supiah atau syahwat. nafsu, dan mutmainah atau nafsu malas. 4 nafsu tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1.) Amarah adalah yang menggambarkan emosi yang berlebihan ketika manusia sedang menghadapi masalah. Selanjutnya kemarahan dapat menimbulkan perasaan marah, jengkel, perpecahan kesatuan, fitnah, adu domba terhadap orang lain, dan mengendalikan orang lain. Nafsu ini menggambarkan sifat negatif manusia dalam bentuk kesombongan. Di sisi lain, dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan dianggap sebagai sifat positif marah.
2.)Lawwamah adalah saudara kedua yang serakah nafsu yang mengarahkan manusia untuk selalu ingin memiliki lebih dari yang sudah dimilikinya. Manusia yang memiliki lawwamah cenderung memiliki keinginan yang rakus akan makanan yang enak dan tidak peduli dengan kenyataan yang mereka hadapi. Nafsu ini juga identik dengan keserakahan untuk harta benda. Namun, individu yang dapat mengelola lawwamah memiliki sifat yang tegas dan percaya pada kebenaran dalam hidup mereka.
3.) supiah atau nafsu, hal ini lebih mengarahkan manusia untuk menjunjung tinggi keindahan dan kesenangan dalam hidupnya). Mencintai alam dan berteman dengan siapa pun dianggap sebagai sifat positif supiah jika dia dapat mengontrolnya.
4.) Mutmainnah adalah semangat terakhir dari Sedulur Papat yang menggambarkan kemalasan manusia Di sisi lain, kesabaran dalam menghadapi kehidupan dianggap sebagai sifat positif mutmainnah.
Sementara itu, Limo Pancer mengacu pada manusia yang memiliki hati nurani (Budiharso, 2016). Kalimo Pancer dianggap sebagai manusia yang mampu mengendalikan Sedulur Papatnya.Â
Konsep Sedulur Papat Limo Pancer tidak lepas dari kesadaran masyarakat Jawa terhadap sistem mikrokosmos serta berbagai ajaran filosofis yang terdapat dalam budaya Jawa. Secara umum, ajaran filsafat dalam Masyarakat Jawa menganggap kehidupan manusia terbagi menjadi dua kosmos (alam), yaitu alam makrokosmos (jagad gedhe) dan mikrokosmos (jagad cilik)
Makrokosmos dalam Ajaran Bahasa Jawa masyarakat dimaknai sebagai sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengarahkan manusia untuk mempertimbangkan kekuatan transenden.Â
Berbeda dengan makrokosmos, mikrokosmos dapat dimaknai sebagai sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata. Intinya bahasa jawa orang diajari untuk berusaha menemukan dan menciptakan keselarasan antara makrokosmos dan mikrokosmos dalam menjalani hidup.
Keharmonisan kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos bergantung pada keselarasan batin yang dimiliki oleh manusia sehingga manusia perlu mengendalikan nafsu dan keinginannya bebas dari kepentingan diri sendiri. Raharjo (2012) menjelaskan bahwa orang Jawa menganggap Sedulur Papat sebagai isi pikiran manusia yang terkandung dalam Pancer atau manusia tubuh yang merupakan kesatuan jiwa manusia untuk mencapai kedamaian hidup. Tanpa mengetahui Sedulur Papat Limo Pancer, manusia akan cenderung tidak dapat memahami jati diri, sifat, dan harga diri
Selanjutnya, konsep Limo Pancer dalam Sedulur Papat Limo Pancer yaitu diri manusia yang mengendalikan Sedulurnya Papat mengarah pada konsep kecerdasan emosional itu sendiri. Ini karena emosional Kecerdasan dianggap sebagai kemampuan untuk mengetahui dan menggunakan secara akurat sehingga individu dapat lebih optimal ketika melakukan aktivitas atau menghadapi masalah sehari-hari.
Dalam Sedulur Papat Limo Pancer terdapat petuah Pathet Sanga yang mengingatkan manusia untuk mengendalikan nafsu marahnya atau Sedulur.Â
Kontrol nafsu atau emosi akan mengarahkan manusia untuk menciptakan rasa kesusilaan dan menemukan jati dirinya sehingga akhirnya mampu mencapai kesempurnaan dalam hidup. Lebih detailnya, mengendalikan nafsu atau emosi bisa dilakukan dengan mengoptimalkan peran Limo Pancer dalam mewujudkan Sedulur Papat.Â
Setelah manusia dapat menyadari bahwa Sedulur Papat muncul, maka manusia akan dapat untuk mengendalikannya dengan mengajak Sedulur Papat berbicara dalam hatinya dengan tujuan Limo Pancer mampu mendamaikan Sedulur Papatnya yang bermasalah.
Ajaran mengendalikan Sedulur Papat mirip dengan langkah-langkah yang menggambarkan kecerdasan emosional, yang meliputi mengidentifikasi emosi, memperhatikan emosi yang muncul, memberi makna pada emosi, berpikir tentang emosi, dan memprediksi apa yang perlu dilakukan mengenai emosi yang muncul  Selain kesamaan antara konsep Sedulur Papat Limo Pancer dan konsep kecerdasan emosional, ada juga beberapa perbedaan.Â
Misalnya, Konsep Sedulur Papat Limo Pancer menjelaskan lebih detail ranah emosional terdiri dari amarah, lawwamah, supiah, dan mutmainah, sedangkan konsep emosional kecerdasan hanya membahas emosi secara umum.
Selain itu, konsep Sedulur Papat Limo Pancer tidak secara khusus menjelaskan aspek kecerdasan emosional. Berlawanan dengan konsep Sedulur Papat Limo Pancer, konsep kecerdasan emosional menjelaskan lebih khusus yang terdiri dari kesadaran diri, empati, pengendalian diri,ketrampilan sosial dan motivasi diri
Meskipun ada perbedaan antara konsep Sedulur Papat Limo Pancer dan konsep kecerdasan emosional, kedua konsep tersebut dapat saling melengkapi untuk memahami kecerdasan emosional secara komprehensif. Selain itu, baik Sedulur Papat Limo Pancer dan kecerdasan emosional berguna bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang mampu mengelola emosi akan cenderung memiliki kesehatan mental yang positif, kebahagiaan, kesuksesan, dan efektifitas dalam melakukan aktivitas sehari-hari/
Sedulur Papat Limo Pancer dapat dikatakan sebagai konsep kecerdasan emosional dimiliki oleh orang Jawa. Sedulur Papat Limo Pancer menekankan bahwa manusia membutuhkan meningkatkan peran Limo Pancer dalam memahami dan mengendalikan Sedulur Papat secara tertib untuk mencapai kesempurnaan hidup.
 Konsep Sedulur Papat Limo Pancer menjelaskan dalam lebih detail domain emosional yang perlu dikendalikan dibandingkan dengan konsep kecerdasan emosional. Namun, konsep kecerdasan emosional menjelaskan lebih lanjut detail aspek kecerdasan emosional dibandingkan dengan konsep Sedulur Papat Limo Pancer. Integrasi konsep Sedulur Papat Limo Pancer dengan konsep kecerdasan emosional dapat digunakan untuk memahami kecerdasan emosional secara komprehensif.
Budiharso, T. (2016). SYMBOLS IN JAVANESE MANTRA AJI SEDULURAN: A MAGNIFICENT MORAL VALUE. LINGUA: Journal of Language, Literature and Teaching, 13(1), 1--18. https://doi.org/10.30957/lingua.v13i1.8
Dukun Millenial. (2021, June 7). Mengenal Istilah Sedulur Papat Limo Pancer dalam Kejawen. Kumparan; kumparan. https://kumparan.com/dukun-millennial/mengenal-istilah-sedulur-papat-limo-pancer-dalam-kejawen-1vrAE63pE9u/3
Peradaban Makam: Kajian Inskripsi, Kuburan, dan Makam. (2013). Google Books. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=9APhDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA17&dq=Ibda,+H.+(2019).+Peradaban+Makam:+Kajian+inskripsi,+kuburan,+dan+makam.+Semarang:++Asna+Pustaka.&ots=7ucA_ch_CE&sig=oJuORlKAn9TJ7dMNAgD-At-Q1MM&redir_esc=y#v=onepage&q=sedulur&f=false
Sucipto Hadi Purnomo. (2012, February 24). Orang Jawa Merawat Bumi. Unnes.ac.id. https://unnes.ac.id/gagasan/memayu-hayuning-bawana
Timbul Raharjo. (2012). Kiblat Papat Lima Pancer - Digilib. Isi.ac.id. https://doi.org/http://digilib.isi.ac.id/1081/1/B29-Kiblat%20Papat%20Limo%20Pancer%20editi.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H