Mohon tunggu...
Harry Cahya
Harry Cahya Mohon Tunggu... Konsultan - Saya adalah seorang yang senang berbagi pengalaman & visi.\r\nMelihat kehidupan sebagai anugrah yang harus disyukuri, sekaligus tantangan yang harus dihadapi.\r\nMisi ku adalah menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Pandanganku tentang kehidupan kutulis dalam buku \"Quantum Asset\" (terbit 2008)

Saya adalah seorang yang senang berbagi pengalaman & visi.\r\nMelihat kehidupan sebagai anugrah yang harus disyukuri, sekaligus tantangan yang harus dihadapi.\r\nMisi ku adalah menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Pandanganku tentang kehidupan kutulis dalam buku \"Quantum Asset\" (terbit 2008)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelaksanaan Pancasila di Tengah Wabah

25 Maret 2020   18:00 Diperbarui: 25 Maret 2020   18:01 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya : sebesar 3 % dari total asset > 20 Milyar atau

5 % dari kepemilikan likuiditas lancar yang lebih dari 5 milyar  atau

10 % dari net profit after tax, bagi omset yang lebih > 30 milyar

Betul bahwa ini di luar pajak. Artinya kewajiban pajak memang tetap seperti yang sudah.

Gila,..memang ! karena untuk mengalahkan kegilaan super virus corona, bila manusianya melebihi gila dalam hal berbagi.

Saya senantiasa ingat akan kalimat eyang genius Albert Einstein yaitu :

"You can not solve new problem by old solution" Anda tidak bisa menyelesaikan masalah baru dengan solusi-solusi lama. Anda perlu solusi baru, dan itu yang disebut "kegilaan"

"think out of the box" adalah jalan pembebasan, ketika kita berfikir dalam kotak sudah hampir mati, yang tak membawa apa-apa atas yang kita miliki.

           Kepada yang mulia bapak Presdien RI, kami kawula menyampaikan luapan hati bahwa

Pancasila memang religius sekaligus sekularitas, demikian meminjam istilah Kepala BPIP Prof Yudian Wahyudi. Kami sungguh bisa memahami hal tersebut. Sekarang saatnya mengetrapkan dalam konteks melawan sebaran virus.

Religiositas adalah kesadaran diri akan keberadaan ciptaan dan pencipta, atas kekuasaan yang maha dengan segala sebutannya. Yang Ada Maha tersebut mengamanahkan sesuatu dengan tujuan dan cara yang benar. Maka ini menjadi spiritualitas. Hubungan yang sangat pribadi dan misteri antara diri dengan yang Maha saat ini sedang direvitalisasi dalam wujud doa, keheningan, serta meditasi kepasrahan. Menempatkan spiritualitas yaitu penghayatan atas realitas hari ini, akan membawa diri kita  lebih tenang. Kepanikan hati akan berangsur angsur sirna oleh karena  keyakinan akan kemaha-cinta-an Tuhan yang terintegrasi dalam diri yang sehat dan kuat. Namun itu tidak cukup tanpa dibarengi upaya-upaya dalam wilayah sekularitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun