Mohon tunggu...
Harry Wijaya
Harry Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Asal Depok, Jawa Barat.

Deep thinker. Saya suka menulis esai, cerpen, puisi, dan novel. Bacaan kesukaan saya sejarah, filsafat, juga novel.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kritik Sosial: Peran Masyarakat Indonesia

25 Agustus 2019   14:35 Diperbarui: 25 Agustus 2019   14:42 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pembangunan sebuah negara berkembang menuju negara yang semakin membaik ke depannya bagi saya bukan hanya peran pemerintah, kita sebagai masyarakat harus sadar bahwa peran itu di mainkan oleh kita juga. Rakyat seharusnya menjadi faktor yang mempertaruhkan maju mundur nya suatu negara, bukan hanya soal materi, tapi juga soal moral dan mental.

Rakyat seharusnya bisa menjadi penentu kemajuan suatu negara. Namun sekarang ini tidak demikian, di era ini justru rakyat kurang memiliki kesadaran mengenai hal itu. Dan yang paling saya tekan kan, adalah soal moral, dan kesadaran diri.

Saya berpendapat bahwa beberapa hal harus di benahi di masyarakat. Mengenai mindset, perilaku dan kesadaran. Lebih spesifik lagi, ada tiga hal yang perlu di benahi, yaitu kesadaran  akan persatuan, perilaku masyarakat, dan juga kesadaran peran masyarakat. Ketiga hal ini bisa menjadi pondasi dalam membangun negara yang sempurna. Ketiga hal tersebut akan saya jabarkan satu-persatu.

KESADARAN AKAN PERSATUAN

Indonesia memiliki banyak suku, ras dan agama. Itu sudah jelas, bersatu dalam perbedaan dan hidup dalam toleransi adalah salah satu impian sang bapak negara Bung Karno, yang saat itu bahkan mencoba menyeimbangkan dua ideologi yang saling bertentangan semasa perang dingin. Kesadaran bahwa kita berasal dari satu latar belakang yang sama akan menjadi pondasi awal yang kokoh dalam membangun negeri, kesadaran tentang "Oh inilah kita, bangsa Indonesia, dari sabang sampai merauke." Dengan kesadaran itu maka akan timbul rasa persaudaraan tanpa membeda-beda kan, tanpa saling menyinggung satu sama lain. Suatu bangsa bisa bersatu karena memiliki satu tujuan yaitu memajukan negeri, maka lupakan semua perbedaan dan tanamkan dalam jiwa kita bahwa kita Indonesia.

Namun, apa sekarang semua itu bisa berjalan? Saya rasa tidak, masih banyak yang saling singgung-menyinggung. Antar agama bahkan baru-baru ini antar ras. Hal-hal seperti ini yang menghambat kemajuan negara kita. Beberapa pihak berkata dia begini dan pihak lainnya berkata dia begitu. Masyarakat masih belum memiliki kesadaran akan persatuan, "Persatuan" hanya muncul di mulut mereka, dalam ucapan-ucapan mereka, tapi kenyataannya tetap saja, banyak pihak-pihak yang saling membenarkan diri dan menyalahkan yang lainnya, terus begitu tak ada habis nya. Disaat hal seperti ini terjadi justru yang timbul di pikiran mereka hanya "Oh, Kelompok ku benar, aku harus membantu kelompok ku melawan kelompok lain." Sehingga hal ini akan terus berjalan tanpa ada ujung nya, semua pihak sama-sama merasa yang paling benar dan saling singgung sana-sini, saling ejek sana-sini tanpa ada yang mau mengalah.  Hanya satu yang seharusnya bisa mengakhiri semua ini yaitu pihak yang Open-Minded yang pikirannya terbuka. Yang sadar bahwa yang seharusnya di bela adalah negara kita, bagaimana cara membela nya? Dengan mengakhiri segala macam masalah yang terjadi antar kedua belah pihak dengan cara yang di benarkan oleh negara dan hukum, sehingga persatuan bisa kembali terjalin.

PERILAKU MASYARAKAT

Perilaku masyarakat  juga memberikan pengaruh dalam maju nya sebuah negara, termasuk negara kita tercinta, Indonesia. Yang ingin saya tekan kan disini adalah perilaku masyarakat di sosial media.

Banyak sekarang ini yang merasa bahwa dia memiliki banyak pengikut bahkan penggemar di sosial media mereka. Dan hal ini terkadang di gunakan oleh mereka sebagai alat untuk mendapatkan simpati, dukungan dan perhatian. Sosial media yang kita gunakan bukan hanya dapat di akses oleh negera kita, melainkan dapat di akses oleh negara luar, contoh nya Facebook yang sudah sangat di kenal di dunia internasional.

Yang salah di masyarakat kita adalah dalam penyebaran berita, pengguna media sosial atau akan saya singkat menjadi medsos yang merasa memiliki banyak pengikut sering kali menyebarkan berita yang mengkritik pemerintah nya yang hanya berdasarkan berita, tanpa melihat di lapangan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan banyak nya pengikut berita itu pun menjadi ramai di perbincangkan bahkan sampai ke media berita asing.

Hal seperti ini yang justru membuat negara kita semakin terlihat buruk di dunia internasional. Apabila kita adalah seorang yang cinta dengan negara kita, segala keburukan di dalam pemerintah, ataupun masyarakat seharus nya tak perlu menjadi ramai dan di berita kan terus menerus. Seharusnya seorang yang cinta negara akan menutupi berita-berita seperti ini demi citra baik negara nya, bukan malah menyebarkannya hingga sampai ke telinga negara asing. Ingat, medsos yang kalian gunakan bersifat internasional, yang dapat di akses banyak orang di luar sana. Jadi jika kamu merasa malu dengan negara mu, maka sebenarnya kamu ikut serta dalam mempermalukan negara mu. Jika kita cinta dengan negara kita, maka lindungi lah negara kita, tutupi semua kekurangannya dari dunia luar.

Tak hanya di akun medsos milik perseorangan, melainkan juga media-media berita komersil yang menyebarkan berita di internet demi mendapat keuntungan. Saya harus berpendapat bahwa mereka juga bertanggung-jawab apabila kenurukan negara kita sampai tersebar ke dunia internasional karena mereka lah yang pertama-tama membuat berita tersebut untuk kepentingan komersil, dengan judul yang di lebih-lebihkan, atau bahkan berita palsu.

Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam menindak hal-hal semacam ini, selain yang saya jelaskan di atas, ada juga hal lain seperti penyebaran berita hoax, dll. Pemerintah harus mengambil tindakan khusus dalam mengawasi perilaku masyarakat di dunia maya. Karena seperti yang saya jelaskan di poin pertama mengenai singgung-menyinggung antar kelompok, hal tersebut juga sering terjadi di medsos yang biasa nya akan menimbulkan chaos di lapangan sehingga mengganggu jalannya persatuan negara. Jangan hanya memperketat keamanan di lapangan, perketat juga di ranah medsos, karena setahu saya masyarakat menjadi lebih berani disini. Di perketatnya pengawasan pemerintah terhadap perilaku masyarakat membuat masyarakat menjadi tak banyak tingkah.

KESADARAN MASYARAKAT

Di paragraf paling awal saya jelaskan bahwa masyarakat berperan dalam membangun negara. Seseorang yang cinta negara akan memberikan kontribusi terhadap kemajuan negara nya. Hal ini akan tercapai apabila seperti poin pertama yaitu rasa persatuan telah terjalin, dan juga poin kedua telah berjalan mulus. Dengan persatuan sebagai pondasi dan rasa cinta negara sebagai pertahanan, masyarakat akan bisa bekerja bersama-sama untuk berperan memajukan negara.

Tapi semua itu akan menjadi sia-sia jika kita tak memiliki kesadaran, yang saya temui di masyarakat saat ini justru masyarakat yang hanya berfikir mengenai diri sendiri. Berfikir menganai membangun hidupnya masing-masing dan menyerahkan semua kemajuan negara kepada pemerintah, maka tak heran jika negara ini terpuruk, rakyat akan langsung menyalahkan pemerintah, sedangkan masyarakat tak pernah intropeksi diri.

Salah satu yang sedang krisis menurut saya adalah soal SDM, banyak masyarakat kita yang sudah termakan oleh mindset "Yang penting dapat Ijazah, setelah itu kerja." Mindset semacam ini menurut saya yang membuat kualitas SDM kita menjadi buruk. Karena mereka hanya sekolah demi mendapatkan ijazah, sehingga menghambat perkembangan mereka. Menghambat potensi-potensi mereka yang seharusnya berkembang di masa mereka menempuh pendidikan, dan disaat mereka lulus dari sekolah, mereka tak memiliki bakat atau skill tertentu. Jika kita hanya bersekolah demi ijazah, semua orang punya ijazah. Jika kita mau bekerja, semua orang bisa bekerja. Hal ini menyebabkan persaingan mencari lapangan kerja yang semakin keras, para pencari kerja semakin banyak yang tidak diimbangi dengan pembuka lapangan kerja, dan pada akhirnya memperbanyak pengangguran.

Mindset seperti ini membangun mental bangsa kita menjadi bangsa pekerja, yang bahkan sampai keluar negeri. Semua orang berusaha mencari kerja demi mendapatkan uang, demi memperkaya diri sendiri sehingga tak ada satu pun di dalam pikiran mereka, tentang ide membangun negara. Masyarakat hanya memiliki prospek yang kurang lebih:

  • Dapat pekerjaan
  • Dapat Uang
  • Mapan
  • Menikah

Hanya itu yang ada dalam kepala mereka, sehingga mereka hanya sadar untuk membangun kepentingan nya masing-masing, tanpa memiliki kesadaran membangun negeri dengan berkarya, berprestasi dll. Yang pada akhirnya semakin sedikit lahirnya golongan seniman, cendikiawan, akademisi, dan berbagai orang hebat lainnya, menjadi kan negara kita di dominasi oleh satu golongan, golongan pekerja, yang bahkan lebih banyak bekerja untuk perusahaan asing. Lantas, siapa yang memajukan negara ini, kalau rakyat nya sibuk memperkaya diri dengan perusahaan asing.

Ketiga hal tersebut harus di benahi dalam masyarakat, tak perlu menunggu pemerintah, pemerintah tak bisa membenahi mental dan mindset kita. Hanya kesadaran dan rasa cinta terhadap negara yang yang bisa merubah nya. Masalah ini datang dari diri kita masing-masing, sehingga hanya kita yang mampu membenahi nya. Jangan selalu menyalahkan pemerintah, sebagai masyarakat coba lah intropeksi diri, sudah kah kita menjalankan kewajiban kita sebagai warga negara?

Sudah saat kita memberikan karya untuk negeri ini, tak perlu karya yang besar, mulai lah dari karya yang terkecil, yang terjelek. Tak apa bila tak ada yang suka, yang penting jangan berhenti mencoba, karena semakin kita mencoba kita akan semakin berkembang. Tak apa juga jika tidak berkembang, karena setidaknya kita sudah memiliki kesadaran tersebut. Kesadaran untuk berkarya.

Saya teringat sebuah gagasan yang di kemukakan Bung Karno, yaitu Manipol USDEK. Kalian bisa cari di buku-buku mengenai pengertiannya, tapi yang jelas saya menyukai dan setuju dengan gagasan tersebut, karena mungkin akan sangat cocok dengan keadaan masyarakat sekarang ini.

Sekian dari saya.

Harry Wijaya

2019

 

Harry Wijaya

21 Agustus 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun