Tentu kita tahu dan hafal ayat yang tertulis dalam Pengkotbah 3:4 yang mengatakan "ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa". Ayat ini merupakan bagian dari Pengkhotbah 3:1-11 yang berisi tentang berbagai macam waktu dalam kehidupan manusia, seperti waktu untuk lahir, meninggal, menanam, mencabut,  menyembuhkan, merombak, membangun, dan lain  sebagainya.Â
Â
Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa kematian adalah bagian hidup dari pada manusia. Sekalipun kita mau lari keujung dunia sampai keutup utara pun, tetap saja kematian akan tetap menjemput, menemui dan menjumpai kita. Artinya manusia tidak bisa melepaskan diri atau menghindari dari kematian. Sepandai-pandainya manusia mempertahankan. menjaga dan merawat Kesehatan tubuhnya, tetap saja manusia akan mati dan tidak berdaya.
Â
Kematian itu tidak pandang bulu, tidak pandang usia, tidak pandang  itu anak kecil, dewasa ataupun orang tua. Baik itu laki-laki atau perempuan, baik itu berpendidikan ataupun tidak, yang kaya atau miskin, di kota ataupun di desa, pejabat atau orang biasa sekali waktu mereka semua akan mati. Kehidupan manusia berada ditangan sang pencipta. Artinya Allah berdaulat atas kehidupan manusia. Setiap detak jantung kita, setiap denyut nadi kita dan setiap hembusa nafas kita itu semua berada di genggaman sang pencipta langit bumi beserta isinya.
Â
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah  jika kita sudah mengetahui kondisi seperti ini mengapa kita TAKUT MATI? Bukankah hidup ini Tuhan yang memberi, berarti Tuhanpun yang berhak untuk mengambilnya. Seringkali kita tidak menyadari hal ini sehingga kita merasa bahwa hidup ini milik kita. Ketika Tuhan mengambil miliknya, kita merasa kehilaangan dan kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempertahankannya karena merasa hidup ini milik kita.  Itulah sebabnya kita tidak rela jika kematian menjemput kita. Pada akhirnya BILA KITA SUDAH BERADA DIAMBANG KEMATIAN, hidup kita tidak tenang, gairah dan semangat hidup hilang,  bahkan banyak diantaranya yang mengalami stress dan depresi berat.
Â
Tidak sedikit orang harus mengeluarkan koceknya dengan jumlah yang sangat besar untuk menghindari adanya kematian. Bukannya puluhan dan ratusan juta rupiah yang  harus mereka keluarkan, bahkan bisa mencapai milyaran, karena untuk menghindari kematian itu mereka harus pergi berobat ke luar negeri.Â
Â
Walau demikian kematian tetap kematian, bagaimanapun juga kematian tidak dapat terelakkan. Pada akhirnya kematian disebut sebagai musuh manusia, musuh yang nyata, dan buktinya ada di sekeliling kita. Menurut sebuah penelitian diperkirakan ada sekitar 59 juta orang mati setiap tahun---rata-rata 2 orang setiap detik. Berikut  statistik kematian yang ada di dunia
Satu orang tewas sebagai korban perang setiap 102 detik.
Satu orang dibunuh setiap 61 detik.
Satu orang bunuh diri setiap 39 detik.
Satu orang tewas dalam kecelakaan lalu lintas setiap 26 detik.
Satu orang mati akibat masalah yang terkait dengan kelaparan setiap tiga detik.
Satu anak di bawah usia lima tahun mati setiap tiga detik.
Â
Dari uraian diatas, maka jelas sekali kita bisa mati oleh dan kapanpun juga. Bisa saja kematian menjemput kita melalui sakit penyakit, tetapi juga bisa melalui kecelakaan atau musibah (kelaparan, kebakaran, gempa bumi, banjir, gunung Meletus dan lain sebagai), kita juga bisa mati karena  peperangan, dibunuh atau bisa juga karena bunuh diri.
Â
Angka statistic yang diuraiakan tersebut juga bisa diartikan bahwa manusia erat sekali dengan penyebab-penyebab atau factor-faktor dari kematian. Mengapa bisa demikian? Perlu diketahui sebenarnya Tuhan menciptakan manusia bukan untuk hidup kemudian mati, tetapi karena manusia telah jatuh dalam dosa, maka kematian itu menjadi bagian hidup dari pada manusia. Karena firman Tuhan katakan upah dosa adalah maut atau mati.
Â
Penyebab-penyebab yang disebutkan diatas itu kemudian disebut oleh manusia  masalah. Sebelum manusia jatuh dalam dosa, manusia belum kenal yang Namanya masalah. Manusia belum kenal yang Namanya sakit penyakit, penderitaan, kesusahan, kebimbangan, keraguan , kekhawatiran, kekecewaan, kejengkelan yang ada hanya sukacita Bersama Tuhan.
Â
Sejak manusia jatuh dalam dosa, maka yang berkembang semakin pesat bukannya jumlah manusia saja, tetapi kejahatanpun berkembang dengan pesatnya sesuai dan  sejalan dengan bertambahnya jumlah manusia. Yang sangat mengerikan kejahatan pertama yang dilakukan oleh manusia pertama Kain, karena Kain telah membunuh seperempat jumlah penduduk dunia. Karena saat itu jumlah penduduk atau jumlah penghuni dunia hanya 4 orang yaitu Adam dan Hawa serta Kain dan Habil.
Â
Itulah sebabnya mengapa manusia selalu diperhadapkan dengan masalah kematian, karena sejak awal Adan dan Hawa ada di dunia, manusia hidupnya sudah diwarnai dengan unsur kematian melalui kekejaman yaitu pembunuhan.
Â
*Hezkia Berada di Ambang Kematian*
Seperti telah disebutkan diatas, kematian itu tidak pandang bulu, orang baik orang jahat, orang percaya atau tidak, bahkan rasul dan  nabipun juga tidak bisa menghindari kematian, sebagai contoh nabi Hezkia. Bagaimana respon atau reaksi Hezkia Ketika ada diambang kematian.ezkiaHezkiaH
Â
Â
Memang seringkali Tuhan berbicara kepada kita meMelalui penderitaan yang tengah kita alami. Oleh karena itu janganlah cepat menyerah dan putus asa. Tuhan kita lebih besar dari penderitaan itu. Justru Dia hendak menyatakan kebesaran-Nya. Meski penderitaan diizinkan Tuhan menimpa Hizkia, namun, dia berdoa memohon belas kasih Allah. dia menghadirkan Tuhan atas pahitnya penderitaannya. Penderitaan Hizkia berubah menjadi sukacita dan kebahagiaan.
Â
Sama seperti Hizkia yang menderita karena sakit penyakitnya, lalu dia berserah kepada Tuhan, lalu Tuhan mendengar doanya dan umurnya diperpanjang Tuhan selama 15 tahun lagi. Penderitaan tidak selamanya menjadi malapetaka. Untuk itu mari kita belajar bagaimana Hizkia menghadapi penderitaannya.
Â
Pertama, Hizkia belajar bagaimana kita menyerahkan hidup sepenuhnya di tangan Tuhan. Dia berdoa kepada Tuhan. Penderitaan atau kematian bisa datang kapan saja. Tidak harus menunggu usia 80-an, seperti Hizkia yang baru berusia 39 tahun. Hizkia melihat betapa singkat dan rapuhnya hidup ini. Seperti tenda kemah gembala yang dibongkar, seperti tukang tenun yang menggulung tenunannya, sesudah itu Tuhan akan memutus nyawa dari benang hidup. Hizkia sadar betul, bahwa: "Hidup mati ada di tangan Tuhan bukan pada manusia." Dia seorang raja yang mempunyai kuasa dan kekuatan tapi tak berdaya pada kuasa Tuhan.
Â
Sebelumnya dalam hidup Hizkia, dia adalah raja yang melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan. Dia memakai kekuatannya, waktunya untuk mereformasi bangsa Israel. Dia menegaskan kepada bangsa Israel: "Jika bangsa Israel taat dan menyembah kepada Tuhan Allah maka bangsa Israel akan hidup dalam pemeliharaan Tuhan. Namun, sebaliknya jika bangsa Israel menyembah kepada ilah-ilah, maka Tuhan murka dan mendatangkan malapetaka kepada bangsa Israel." Oleh karena itu, dia menggerakkan kebangunan rohani terbesar di tengah-tengah bangsa Israel. Dia menghancurkan berhala-berhala dan bukit-bukit pengorbanan dibersihkannya. Bait suci di Yerusalem diperbaiki dan semua rakyat diarahkan untuk menyembahkan kepada Tuhan Allah saja. Perjanjian Musa diperbaharui dan Paskah dirayakan. Itulah yang dilakukannya, dan Tuhan pun memberkati bangsa Israel.
Tuhan mendengar doanya dan menambahkan 15 tahun dalam hidupnya.
Â
Kedua, melalui penderitaan kita belajar untuk memilihyang paling prioritas dan melepaskan hal yang sepele. Memikirkan penderitaan, maka itu akan membantu kita untuk memilah-milah mana yang terutama untuk dilakukan dalam hidup ini. Tubuh ini terbatas untuk bisa melakukan semuanya. Kita tidak bisa melakukan segala-galanya. Justru saat berhadapan dengan Tuhan kelak maka hal-hal penting buat kita menjadi tidak penting. Memikirkan penderitaan membuat kita sadar bahwa hal terpenting dalam hidup adalah hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus.
Â
Ketiga, memikirkan penderitaan membantu kita berbalik dari keberdosaan kepada kebenaran. Hizkia berpikir kematian berarti pemisahan dari Tuhan untuk selama-lamanya. Dia akan pergi ke kuburan, ke tempat orang mati, tanpa berdamai dengan Tuhan. Dia berpikir kematian berarti dia tidak akan lagi memuji Tuhan. Dia takut tidak akan pernah melihat wajah Tuhan lagi dan akan dilemparkan ke dalam kegelapan selamanya. Itu adalah perhatian terbesar Hizkia Mengapa Hizkia berpikir seperti ini? Karena Hizkia tahu dia adalah orang berdosa dan pantas mati karena dosanya. Dia telah kehilangan kemuliaan Allah karena dosanya.
Â
Kita semua layak mati karena dosa. "Upah dosa adalah maut," ketakutan terbesar kita adalah pemisahan dari Tuhan, bukan pemisahan dari dunia. Syukurlah Tuhan menjawab doa Hizkia. Dia yang mengampuni, memulihkan dan memperpanjang usia Hizkia.
Â
Bagaimana dengan kita jika kita berada diambang kematian seperti yang dialami oleh Hezkia, apakah kita sudah siap untuk menjumpainya atau kita takut? Mari kita introspeksi diri, jika kita belum siap lakukan apa yang telah dilakukan oleh Hezkia, pasti Tuhan akan menolong kita. SPOUDE Tuhan Yesus memberkati.
Â
******
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H