Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna Bahtera Nuh

16 Oktober 2024   09:43 Diperbarui: 16 Oktober 2024   10:30 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Bagi umat Islam ataupun umat Kristen kisah tentang nabi Nuh bukanlah sesuatu yang asing lagi. Apa yang diceritakan dalam Alquran tidak jauh beda dengan yang tertulis dalam Alkitab. Dalam agama Samawi, Bahtera Nuh adalah sebuah kapal yang dikisahkan dibangun atas perintah Tuhan untuk menyelamatkan Nuh  sekeluarga dan kaumnya yang beriman serta kumpulan binatang yang ada di seluruh dunia .

Kisah Nuh menjadi sangat menarik, karena cerita ini sangat  bermakna berguna dan bermanfaat bagi seluruh umat di dunia baik umat Islam ataupun umat Kristen. Bagi umat Kristen  misalnya, di ibadah Sekolah Minggu, guru-guru Sekolah Minggu sering menceritakan bagaimana Nuh seorang manusia yang terbatas bisa membangun bahtera sedemikian besarnya, tanpa bantuan orang lain terkecuali keluarganya sendiri. Berdasarkan apa yang dituliskan Kejadian 7:7, yang masuk di bahtera itu adalah Nuh, istrinya, ketiga anak laki-lakinya dan ketiga menantunya. Jadi, delapan orang itulah yang ada dalam bahtera itu. Ini berarti yang mengerjakan bahtera itu hanya 8 orang.

 Yang lebih aneh lagi bagaimana caranya Nuh bisa memngumpulkan binatang-binatang yang ada di seluruh dunia masing 7 pasang. Dan dari mana Nuh bisa memberi makan  keluarga dan juga binatang-binatang bawaannya sementara mereka ada di dalam bahtera selama bertahun-tahun. Sudah dipastikan Nuh tidak mungkin bisa melaksanakannya, tanpa campur tangan Tuhan. Artinya Tuhan sendiri yang bekerja melalui keluarga Nuh. Jika Tuhan memerintahkan kepada kita tidak mungkinTuhan akan lepas tangan. Ketika Allah memerintahkan Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, tidak mungkin 10 tulah itu terjadi, bahkan hanya dengan tongkat yang dipegang Musa laut kolsom bisa terbelah menjadi dua dan bangsa Israel bisa melewatinya, sementara pasukan dan tentara Mesir  mati tenggelam semua. Itu semua karena campurtangan Tuhan, karena Tuhan yang memerintahkanNya.

Itulah cerita yang bisa dipetik dari  anak-anak. Yang bisa dipetik dari ibadah umum orang dewasa dan oranua adalah ketika Allah memerintah Nuh untuk membangun bahtera yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh manusia di jaman itu. Namun demikian Nuh tidak membantah apagi menolak, bisa saja saat itu Nuh membantah atau menolak misalnya umtuk apa membangun bahtera, bukan dipinggir laut tetapi justru harus diatas gunung dan dimusim kemarau lagi. Hal ini membuktikan bahwa Nuh benar-benar orang yang takut akan Tuhan. Jadi cukup beralasan jika Tuhan menyebut Nuh sebagai orang yang satu-satunya paling benar disaat itu. Cukup beralasan juga jika Nuh dan keluarganya diselamatkan, sementara umat manusia lainnya dibinasakan.

Ketaatan Nuh tidak saja dibuktikan dengan tidak membatahnya setiap perintah Allah, tetapi juga karena ketulusan dan kepasrahan Nuh kepada Tuhan. Coba bayangkan bahtera yang dibangun Nuh bukan bahtera yang asal-asalan atau bahtera biasa. Tetapi bahtera yang dibangun Nuh adalah bahtera yang sangat besar, yang harus dapat menampung keluarga Nuh dan seluruh mahkluk yang ada di dunia, bisa dibayangin betapa besar bahtera tersebut. Yang tidak masuk akal lagi, bahan yang dipergunakan dan ukurannya juga harus sesuai dengan ukuran yang Tuhan mau.

Menurut kitab Kejadian 6:15, Bahtera ini berukuran 300 hasta panjangnya, 50 hasta lebarnya dan 30 hasta tingginya. Namun ukuran ini masih diperdebatkan kebenarannya, oleh karenanya Bahtera, meskipun ukurannya tidak bisa dikatakan secara pasti, tampaknya adalah sebuah kapal yang sangat lapang, barangkali panjangnya lebih dari 500 kaki, 85 kaki lebar seluruhnya, dan tingginya lebih dari 52 kaki. 

Pada tahun 1609 Peter Jansen dari Horn, di Belanda, membuat sebuah kapal dengan proporsi ini dan ternyata kapalnya bisa memuat tiga kali muatan yang bisa diangkut kapal-kapal seukurannya yang dibuat dengan cara biasa. Ruangannya berukuran 3.600.000 kubik, dan selain sembilan per sepuluh ruangan ditentukan sebagai tempat penyimpanan makanan, masih ada ruangan yang bisa dipakai untuk memasukkan 7.000 pasang binatang, yang masing-masing ukurannya adalah 50 kaki kubik. Ini lebih mirip gudang sangat besar yang mengapung, ketimbang sebuah kapal.

Adapun Bahan yang dipakai untuk membangun Bahtera itu adalah kayu gofir. Ada berbagai macam dugaan tentang jenis kayu ini. Bunsen berpendapat bahwa gofir adalah sejenis kayu yang hanya terdapat di Mesir; Dietrich yakin kalau ini adalah tumbuhan buluh besar dan berat; Genesius menegaskan bahwa ini adalah sejenis pohon cemara, atau pohon cedar, dan Bochart menyatakannya semacam pohon cemara. Para penerjemah Kasdim menganggapnya sebagai sissu, kayu berwarna hitam yang tumbuh di Arab dan sangat dihargai. Sebagian besar pihak berpendapat kalau mil semacam pohon cemara, berdasarkan kualitasnya yang tahan lama.

Selain ada berbedaan ukuran, bahan yang dipergunakan serta waktu penyelesaian pembangunan, ternyata ada perbedaan tokoh juga. Jika dalam Alquran dan Alkitab tokohnya adalah Nuh  Sementara menurut Mitos Sumeria yang dianggap jauh lebih awal dari penulisan kitab-kitab suci agama Samawi bernama Ziusudra, bukanlah Nuh. 

Dalam versi ini diceritakan bagaimana Ziusudra diperintahkan oleh Dewa Enki untuk membangun bahtera demi menyelamatkan keberlangsungan makhluk hidup di bumi setelah sang Dewa mengetahui bahwa Dewa lain, bernama Enlil, berencana untuk menghapus kehidupan di muka bumi dengan menimpakannya dengan banjir bandang. 

Versi ini dengan cerita yang sedikit berbeda ditemukan pula dalam versi berbahasa Akkadia, dengan tokoh utamanya Utnapishtim pada Epos Gilgamesh, dan Atra-Hasis ('luar biasa bijak') dalam Epos Atrahasis.

Untuk meyakinkan kisah ini kemudian dilakukanlah pencarian akan Bahtera Nuh. Pencarian ini  telah dilakukan setidaknya sejak zaman Eusebius (c. 275--339 M), dan para pemercaya kisah Nuh terus melangsungkan pencarian mereka pada zaman modern, tetapi tidak ditemukan satupun bukti fisik yang dapat dikonfirmasi tentang keberadaan bahtera tersebut. Tidak ditemukan satupun bukti ilmiah bahwa Bahtera Nuh pernah ada seperti yang dijelaskan dalam Kitab-Kitab Samawi. Secara lebih signifikan, tidak terdapat pula bukti mengenai pernah terjadinya banjir global, dan sebagian besar ilmuwan setuju bahwa bahtera dan bencana alam seperti pada kisah Nuh mustahil pernah ada. 

Beberapa peneliti meyakini bahwa peristiwa banjir lokal yang pernah terjadi di Timur Tengah berpotensi menjadi inspirasi akan narasi lisan dan kemudian tertulis dari kisah ini. Banjir Teluk Persia, atau Banjir Laut Hitam 7500 tahun yang lalu telah diusulkan sebagai salah satu kandidatnya.

Terlepas dari pro dan kontra tentang pembangunan bahtera tersebut, tetapi kita sebagai umat Kristen sepenuhnya mempercayai bahwa apa yang tertulis di dalam Alkitab benar adanya. Karena ini pekerjaan Tuhan jadi tidak mungkin bisa dijangkau oleh pikiran manusia yang sangat terbatas. Dari awal perintahnya saja itu sudah tidak mungkin dapat dikerjakan oleh manusia.

Mana mungkin bahtera sebesar itu hanya dikerjakan oleh 8 orang, apalagi 4 diantaranya otang perempuan. Seberapa besar kekuatan dari seorang perempuan, mampukah mereka mengangkat kayu-kayu yang besar yang berada diatas gunung. Jika mereka membantu kemudian siapa yang menyediakan makanan. Kemudian 4 orang laki-laki yang mengerjakannya apa bisa bekerja tanpa peralatan, saya rasa saat itu belum ada peralatan seperti kampak, arit, parang, palu, paku gergaji dan peralatan lainnya. Demikian juga dengan alat pengangkutnya, jadi benar-benar pekerjaan mustahil hang dapat dikerjakan oleh manusia. Jadi intinya ini adalah proyek Tuhan jadi tanpa campur tanggan tidak mungkin ini bisa terlaksana.

Berbicara tentang pengumpulan sekitar  50.000 hewan tersebut inilah karya Tuhan yang luar biasa:

"Dari binatang yang tidak haram dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka bumi, datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, jantan dan betina, seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh." ~ Kejadian 7:8-9 Tuhan memang memerintahkan Nuh untuk mengumpulkan binatang-binatang itu, namun Nuh tidak bekerja sendiri, Tuhan menolongnya. Para binatang-binatang itu diperintahkan oleh Tuhan untuk datang kepada Nuh. 

Demikian pula Ketika Nuh akan menutup bahtera itu Tuhan sendiri yang menutup pintu bahtera itu. Dan yang masuk itu adalah jantan dan betina dari segala yang hidup, seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh; lalu TUHAN menutup pintu bahtera itu di belakang Nuh. ~ Kejadian 7:16 Selain Tuhan sendiri yang menutup pintu bahtera, fakta lain yang menarik adalah bahwa bahtera itu dibuat tanpa kemudi. Jadi Tuhan sendiri yang mengarahkan kemana bahtera itu mengapung. 

Dari kisah ini maka dapat ditarik kesimpulan baahwa makna dari pembangunan bahtera ini adalah untuk mewujudkan misi Allah yaitu menyelamatkan orang-orang percaya.

Dalam Kejadian 6:5-6 dituliskan,  "Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya."

Tingkat kejahatan manusia saat itu sudah begitu mengerikan, dosa begitu menguasai hati mereka. Kata "menyesal" dalam ayat di atas bukan berarti bahwa Tuhan menganggap bahwa menciptakan manusia sebagai sebuah kesalahan, tetapi sebagai sebuah ungkapan bahwa Dia sangat berduka atas tindakan manusia. 

Tuhan menyelamatkan Nuh dan keluarganya juga sebagai sebuah pertunjukan kasih karunia-Nya kepada manusia. Dalam waktu masa-masa persiapan dan pembuatan bahtera, Nuh memberitakan kepada orang sejamannya akan datangnya hukuman Tuhan, namun mereka menolak peringatan dan pengampunan yang Tuhan sediakan bagi mereka. 

Kisah Nuh ini menjadi pernyataan bahwa upah dosa adalah maut, namun barang siapa bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, Sang Penebus akan selamat dan memperoleh hidup kekal.

Jadi jelas bahtera Nuh itu menunjuk kepada Yesus Kristus. Kita diselamatkan di dalamNya dari derasnya air bah kemarahan Allah. Yesus Kristus tenggelam dalam lautan kemarahan Allah supaya kita diselamatkan darinya. Sama seperti Nuh keluar dari bahtera tersebut untuk memulai ciptaan baru, demikian pula Yesus bangkit dari kematian untuk memulai umat yang baru, yaitu gerejaNya.

Kalau Nuh yang pemahamannya sangat terbatas tentang Allah lalu berespon dengan ketaatan yang penuh menjalankan mandat Allah, bukankah Anda dan saya yang mengecap Allah dalam Kristus yang tersalib seharusnya lebih serius hidup bagi dan hanya bagi Dia. Gereja-gereja yang ada di dunia yang merupakan lambang dari bahtera Muh, seharus jemaat yang ada di dalam gereja tersebut karakternya seperti karakter yang dimiliki oleh Nuh yang setia, taat dan takut akan Tuhan. SPOUDE Tuhan Yesus memberkati.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun