Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Habakuk dalam Rancangan Tuhan

22 Maret 2024   09:42 Diperbarui: 22 Maret 2024   09:42 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena bertambah hari bertambah parah, akhirnya ibu ini terpaksa memberitahukannya kepada tim pendoanya di greja, dia juga memberanikan diri untuk memberitahukan kepada suaminya. Ketika mendengar berita ini suaminya kaget bukan kepalang, setiap saat dan setiap waktu dia selalu memikirkan anaknya, akhirnya suami jatuh sakit dan terpaksa harus di rawat di rumah sakit.

Mendengar bapaknya di rawat dirumah sakit, bukannya si anak bertobat tetapi justru semakin menjadi-jadi, bahkan ketika bapaknya meninggal dunia dia pun juga tidak menyesalinya. Pada akhirnya anak itu sendiri menyusul bapanya meninggal dunia karena over dosis.

Tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang juga mengalami pergumulan berat seperti yang dialami ibu ini. Misalnya bapak Pendeta Hamba Isa yang melayani gereja GGP di Jawa Barat. Hamba Tuhan ini mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa, anak laki-lakinya meninggal dunia karena sakit dan anak perempuannya meninggal dunia karena kecelakaan, jadi sekarang hamba Tuhan ini hanya berdua bersama istrinya.

Demikian halnya dengan Bapak Pendeta Hengky Benaya yang merupakan mantan ketua Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) di Indonesia. Pergumulan yang dialami oleh beliau juga tidak kalah beratnya, setelah anak satu-satunya meninggal akibat kanker lidah, tidak lama kemudian beliau sendiri di panggil Tuhan karena sakit.

Dari ketiga hamba Tuhan yang mengalami permasalahan berat ini, siapakah diantaranya yang paling berat permasalahannya. Pasti dua diantaranya yang mengatakan paling berat, yaitu ibu pendoa dan ibu pendeta Hengky Benaya, sebab keduanya kehilangan anak dan suaminya.

Jika dibandingkan dengan penderitaan Ayub, lebih berat mana? Adakah orang yang mau mengalaminya? Mungkin kalau lebih dulu diberitahukan kalau nanti keadaan Ayub akan dipulihkan, pasti tidak sedikit orang yang mau mengalaminya, apalagi kalau anak-anaknya yang sekarang sering mengecewakan orang tua semua.  Tetapi kalau tidak diberitahukan pasti semua orang yang ada di dunia ini tidak ada yang mau mengalaminya.

Coba bayangkan mula-mula Ayub kehilangan lembu, domba, keledai dan semua hartanya. Kehilangan sedemikian memang berat, tetapi pasti masih tertahankan. Maka dari itu kalau kita harus memilih antara kehilangan kekayaan, keluarga, kesehatan, atau teman-teman, kita pada umumnya akan memilih kehilangan kekayaan. Mengapa? Karena selama nyawa masih di kandung badan, dan kita dalam keadaan sehat, ditambah anak dan istri baik-baik, harta toh bisa di cari lagi.

Tetapi kenyataan dalam waktu hampir bersamaan Ayub kehilangan semua anak-anknya. Namun syukurlan, ia sendiri dan istrinya masih sehat. Itu berarti jika harta hilang tinggal dicari lagi, maka anak hilang tinggal diproduksi lagi.

Kemudian ternyata dalam waktu singkat Ayub yang sehat menjadi sakit mulai dari telapak kaki sampai ke ujung kepalanya. Tetapi syukurlan ada istri yang diharapkan dapat merawatnya dengan penuh kasih sayang. Ternyata istrinya, satu-satunya orang yang dikasihinya yang masih tinggal, justru mengutuk dan menyuruhnya mati saja.

Dari peristiwa ini mengingatkan kepada kita semua, selama kita masih hidup pasti ada permasalahan, namun kita sebagai anak Tuhan harus percaya bahwa hidup kita ada ditangan Bapa. Bapa yang ada di dunia saja sangat menyayangi anaknya, apalagi Bapa yang di sorga yang adalah Bapa yang maha pengasih dan maha penyayang.

Menanggapi Permasalahan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun