Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Karakter Habakuk

21 Maret 2024   18:00 Diperbarui: 21 Maret 2024   18:02 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jika membaca kisah nabi Habakuk yang tertuang dalam Kitab Habakuk fasal 1  maka Sebagian orang atau para pembaca akan  menyimpulkan bahwa Habakuk dalam kisah itu melakukan protes atau complain kepada Tuhan. Karena pada saat itu terasa keadilan tidak ada, Bahkan Habakuk memandang bahwa Tuhan membiarkan umat pilihannya yaitu bangsa Israel tertindas oleh bangsa yang tidak mengenal Tuhan.

Tidak adanya keadilan yang dipertontonkan oleh Tuhan nampak jelas dari ayat 3 yang mengataikan "Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelalkiman? aniaya dan kekerasan ada di depan mataku.

Hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar. Seluruh bangsa melakukan kekerasan, Itulah sebabnya Habakuk berteriak minta tolong pada Tuhan.

Dalam fasal pertama ayat pertama Habakuk berteriak "Berapa lama lagi Tuhan aku berteriak tetapi tidak IKau dengar, aku berseru padaMu tetapi tidak Engkau tolong.

Kalau kita hanya melihat sampai pada ayat  4, memang terkesan bahwa Hakuk seperti kita orang yang tidak mengerti isi hati Tuhan. Tetapi kalua kita baca keseluruhan cerita tersebut (dari fasal 1 sampai 3), terlihat jelas bahwa Habakuk adalah orang yang patut dicontoh, karena Habakuk memiliki karakter yang luar biasa.

Untuk melihat bagaimana karakter dari Habakuk, alangkah baiknya lebih dahulu kita mempelajari silsilah dari Habakuk ini.  Tidak diperoleh keterangan yang jelas tentang silsilah Habakuk namun dari  berbagai sumber dan juga Alkitab diperoleh keterangan bahwa Habakuk atau Havakuk adalah seorang nabi dalam Alkitab dan Tanakh.

Nama ini kemungkinan berkaitan dengan kata dalam bahasa Akkadia untuk sejenis tanaman, atau arti katanya dalam bahasa Ibrani berarti "rangkulan". Habakuk adalah nabi ke-8 dari 12 nabi-nabi kecil dan kemungkinan juga penulis Kitab Habakuk, yang menggunakan namanya.

Ada sebuah mausoleum di kota Toyserkan di Iran bagian barat yang diyakini sebagai mausoleum Nabi Habakuk. Tempat ini dilindungi oleh Organisasi Warisan Budaya Iran. Pedoman organisasi ini untuk Provinsi Hamedan menyatakan bahwa Habakuk diyakini sebagai pengawal di Bait Suci Salomo, dan bahwa ia ditawan oleh orang-orang Babel dan kemudian dipenjarakan selama beberapa tahun. Setelah dibebaskan oleh Koresy Agung, ia pergi ke Ekbatana dan tinggal di sana hingga meninggal dunia, lalu dimakamkan di suatu tempat yang tidak begitu jauh, yakni apa yang kini dikenal sebagai Toyserkan. Dalam kalender liturgi Gereja Ortodoks Timur, hari perayaannya jatuh pada 2 Desember.

Karakter Habakuk

Kalau kita perhatikan lebih dalam isi dari keluhan hati Habakuk tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa nabi Habakuk ini memiliki karakter yang sentimentil, perhatian terhadap orang lain, empati yang sangat tinggi, terbeban dengan jiwa yang terhilang serta tekun dan sabar.

Sentimentil

Sentimentil artinya mempunyai perasaan halus, gampang tersinggung dan penuh perasaan. Perasaan seperti ini umumnya di miliki oleh kaum wanita. Tetapi tidak jarang orang laki-laki yang juga memiliki perasaan seperti itu, termasuk diantaranya adalah nabi Habakuk.

Walaupun ini merupakan penglihatan, tetapi ini juga merupakan satu ungkapan perasaan hati dari nabi Habakuk ketika melihat keadaan yang ada disekelilingnya. Dalam kitab Habakuk 1 ayat 2 sampai 4 dikatakan: "Berapa lama lagi, Tuhan aku berteriak, tetapi tidak Kau dengar, aku berseru kepada-Mu: Penindasan, tetapi tidak Kau tolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku, perbantahan dan pertikaian terjadi. Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul berbalik.

Dari pernyataan nabi Habakuk ini memperlihatkan bahwa nabi Habakuk sangat perasa dan peka terhadap sekelilingnya, lebih-lebih kepada anak-anak Tuhan. Oleh karena itu dalam ayat tersebut dikatakan nabi Habakuk berteriak-teriak minta tolong, agar Tuhan menghentikan penindasan yang terjadi pada anak-anak-Nya. Hal ini sangat dimaklumi, karena inilah salah satu karakter seorang nabi, yang penuh dengan kasih. Kalau dia tidak bisa melakukan sesuatu kepada orang lainnya, maka hanya berdoa itulah yang dia lakukan.

Perhatian Terhadap Orang Lain

Selain penuh perasaan nabi Habakuk juga sangat perhatian terhadap orang lain. Dia tidak mementingkan kepentingan pribadi. Banyak orang yang cuek terhadap orang lain, yang penting orang tidak mengganggu saya, itulah sikap orang sekarang ini, khususnya orang-orang kota (lu-lu, gua-gua). Artinya urusanku-urusanku, urusanmu-urusanmu.

Ketika melihat orang lain menderita, nabi Habakuk tidak tinggal diam. Di dalam ayat tersebut dikatakan mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya aniaya dan kekerasan dan pertikaian terjadi.

Nabi Habakuk protes kepada Tuhan, mengapa Tuhan Engkau mendiamkan saja, terjadinya kejahatan, kelaliman, kekerasan dan pertikaian, padahal Engkau sanggup menghentikannya, tetapi tidak Engkau lakukan. Melihat perasaan nabi Habakuk ini, saya teringat kepada cerita tentang orang Samaria yang baik hati. Orang Samaria yang murah hati adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Lukas 10:25-37. Perumpamaan ini menggambarkan cinta kasih yang tidak terbatas, bahkan cinta kasih kepada orang yang membenci sekalipun. Cerita ini penting, sebab ini adalah salah satu asas atau dasar agama Kristen yaitu: cinta kasih sesama.

Empati Yang Sangat Tinggi

Rasa empati ini juga dimiliki oleh nabi Habakuk. Di Indonesia saat ini sedang terjadi krisis politik, banyak anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang dianiaya oleh orang di luar Tuhan. Mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017, dia dikejar-kejar seperti penjahat, padahal yang dia lakukan adalah kebenaran. Tetapi karena dia seorang anak Tuhan, maka banyak orang yang tidak menyukainya, khususnya orang-orang di luar Tuhan.

Tidak terhitung jumlahnya gereja-gereja yang di tutup, di rusak, di bakar bahkan di bom. Juga tidak terhitung jumlahnya anak Tuhan, hamba Tuhan, orang-orang percaya yang menderita karena kebenaran. Sejauhmanakah rasa empati kita terhadap semua ini? Apakah kita sudah berteriak minta tolong kepada Tuhan, seperti nabi Habakuk lakukan?

Kalau belum ini saatnya kita berseru, karena Tuhan yang kita sembah yaitu Tuhan Yesus, adalah Tuhan yang mahakuasa, Tuhan yang bisa melakukan segala perkara, Tuhan yang tidak tidur dan Tuhan yang tidak tuli, tanganNya panjang untuk menolong orang yang berseru kepada-Nya. Lebih-lebih kepada anak-anak yang dihasihiNya.

Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang sahabat yang merelakan nyawanya demi sahabat-sahabatnya.Demikianlah Tuhan sebagai sahabat dan kawan sejati bagi seluruh umat-Nya.Ia selalu dekat,hidup dan tinggal bersama-sama dengan kita.Mengenal seluruh kehidupan pribadi,dalam suka dan duka semuanya Tuhan sudah atur untuk umat-Nya.Memang ada saatnya manusia harus menghadapi cobaan hidup serta rintangan yang jika dipandang dengan iman sebagai salib yang harus dipikul yang mendatangkan sukacita sejati pada akhirnya.


Berbicara soal empati, tidak dapat dipisahkan dengan simpati. Walaupun magna dan arti keduanya berbeda namun pada keadaan nyata seringkali ini disamakan. Empati adalah sikap memahami dan mengerti akan keadaan orang lain,lewat perasaan yang mendalam dengan memposisikan diri kita seperti apa yang dialami dan dirindukan oranglain dalam kehidupannya.(Matius 22:37-40)


Empati berarti diri oranglain menjadi bagian dari hidup kita juga, ketika orang lain berduka, kehilangan orang tercinta atau bergumul berat maka hal yang samapun kita rasakan. Sehingga pada akhirnya mengerti akan penderitaan oranglain dan memberikan wujud nyata dari rasa empati yang saudara miliki. Sikap Allah yang memiliki rasa empati adalah hal yang menjadi teladan dalam kehidupan manusia, dimana umat yang telah berdosa, bergumul dengan berbagai penderitaan, perasaan duka karena berbagai musibah dan beban dosa dilawat Tuhan secara nyata lewat kedatangan Putra Tunggal Yesus Kristus yang telah mati dikayu salib.


Allah tidak hanya simpati terhadap umat manusia yang hampir binasa dan penuh ratapan, tetapi Allah mewujud nyatakan kasih-Nya itu dengan menebus umat-Nya dan menyelamatkan hidup manusia tanpa pamrih. Sebagai umat yang telah ditebus hendaknya kehidupan ini senatiasa dipenuhi rasa empati seperti Tuhan yang sangat berempati kepada Umat manusia. IA memberikan kita solusi nyata dari apa yang umat-Nya alami bahkan Ia rela memikul seluruh beban dan masaalah kehidupan yang berat itu di atas kayu salib.


Memiliki rasa empati dalam kehidupan adalah hal yang paling terpenting, sebagai umat yang sangat dikasihi Allah.Memberikan kasih sebagai rasa syukur terhadap kasih Allah dan berkat-Nya yang besar dalam kehidupan ini.Rasa empati tidak dimiliki oleh setiap orang,berbahagialah saudara jika memiliki rasa empati yang besar dalam kehidupan ini.

Terbeban Dengan Jiwa Yang Terhilang

Hati atau karakter Habakuk jauh berbeda dengan karakter Yunus, padahal kedua-duanya seorang nabi yaitu sebagai pewarta suara Allah. Seorang yang seharusnya penuh tanggungjawab, takut akan Tuhan, penuh kasih, dan penuh dengan pengampunan.

Sebagai nabi tentunya punya hati yang serupa dengan hati Tuhan. Penuh kerinduan agar orang berdosa mau berbalik kepada Tuhan. Penuh belas kasih dan sukacita seperti Bapa Sorgawi ketika menerima si anak hilang yang pulang.

Ternyata hidupan Yunus berbeda, dia bungkam. Mulutnya berat dibuka untuk menyampaikan firman Tuhan. Dia tidak memiliki belas kasih mirip seperti si sulung. Yunus 4:1-3 dikatakan "Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. Dan berdoalah ia kepada Tuhan, katanya "Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Jadi sekarang ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.

Perkataan ini seharusnya tidak keluar dari mulut Yunus karena Yunus adalah seorang nabi yang tugasnya memberitakan tentang kasih Allah, tentang pengampunan, tentang berita-berita yang menyenangkan. Bukan kutukan, tapi kata berkat. Dengan mati dan dikuburnya Yunus dalam perut ikan dan diberikan kehidupan baru, Tuhan berharap Yunus menjadi ciptaan baru pula, yaitu seorang nabi yang berkenan di hadapan Tuhan.

Beda halnya dengan Habakuk, dia sangat terbeban kepada jiwa-jiwa yang terhilang, dia rindu ank-anak Tuhan bisa diselamatkan. Oleh karena itu nabi Habakuk berteriak-teriak minta pertolongan kepada Tuhan.

Tekun dan Sabar

Selain perhatian kepada orang lain, mempunyai empati yang sangat tinggi, terbeban kepada jiwa-jiwa terhilang, nabi Habakuk juga memiliki ketekunan dan kesabaran yang luar biasa. Hal ini tertuang dalam pengakuannya yang mengatakan:

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang. Namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.

Melihat uraian diatas mari kita coba introspeksi diri apakah kita sudah memiliki karakter yang Habakuk miliki? Karakter yang sangat menyolok yang Habakuk miliki adalah dia penuh dengan kasih, seperti Yesus telah mengasihi kita orang-orang berdosa. Yesus sangat peduli kepada \orang-orang yang tertindas, teraniaya dan menderita, demikian halnya dengan Habakuk.  Bagaimana dengan kita? SPOUDE Tuhan Yesus memberkati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun