Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penerapan Total Quality Management (TQM) di Dalam Gereja

20 Maret 2024   10:44 Diperbarui: 20 Maret 2024   10:54 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebelum membahas tema tersebut alangkah baiknya jika kita lebih dahulu memahami apa pengertian tentang "Total Quality Management (TQM)" ini.  Total Management System atau disingkat dengan TQM adalah suatu sistem manajemen kualitas yang berfokus pada Pelanggan (Customer focused) dengan melibatkan semua level karyawan dalam melakukan peningkatan atau perbaikan yang berkesinambungan (secara terus-menerus).

Total Quality Management atau TQM menggunakan strategi, data dan komunikasi yang efektif untuk meng-integrasikan kedisplinan kualitas ke dalam budaya dan kegiatan-kegiatan perusahaan. Singkatnya, Total Quality Management (TQM) adalah pendekatan manajemen untuk mencapai keberhasilan jangka panjang melalui Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction).

Dalam TQM (Total Quality Management), semua anggota organisasi atau karyawan perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam melakukan peningkatan proses, produk, layanan serta budaya dimana mereka bekerja sehingga menghasilkan kualitas terbaik dalam Produk dan Layanan yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan kepuasan pelanggan.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Total Quality Management ini tepat diterapkan dalam organisasi keagamaan termasuk gereja? Bagaimanapun juga jika organisasi ingin maju dan  berkembang sudah barang tentu perlu tertip administrasi.

Administrasi mengapa harus dijalankan dan diterapkan, karena administrasi sangat penting dalam kehidupan kita baik dalam rumah tangga, berorganisasi, berusaha dan bergereja.   Administrasi juga perintah Allah.  Di dalam Ulangan 6:7-9 dikatakan "haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu  dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun, haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,  dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. 

 

Melalui ayat tersebut terlihat jelas bahwa Administrasi di mulai dari rumah tangga. Walaupun pimpinan Gereja sudah tahu manfaat dan pentingnya administrasi gereja tetapi masih banyak Gereja yang tidak menerapkan administrasi dengan baik. Faktor penyebabnya adalah karena Gereja adalah kegiatan social yang tidak mengejar keuntungan atau profit, sehingga seringkali mengabaikan kegiatan administrasi yang rapi dan baik.

Tidak dapat dipungkiri salah satu factor bertumbuh berkembangnya suatu organisasi terletak dari baik buruknya management yang diterapkan. Sebesar dana yang tertanam, selengkapnya fasilitas yang dipakai bahkan sepintarnya tenaga kerja yang diperbantukan, tetapi jika management tidak diterapkan dengan baik, tetap saja organisasi tersebut tidak akan mengalami perkembangan, bahkan tidak menutup kemungkinan akan mengalami kebangkrutan . Demikian halnya dengan organisasi keagamaan termasuk diantaranya Gereja  

Walaupun Gereja merupakan organisasi sosial, tetapi pelaksanaan kegiatannya perlu  sekali adanya management. Salah satu management yang sering digunakan dalam sebuah organisasi adalah "Total Quality Management  (TQM). Untuk meningkatkan pertumbuhan maupun kelangsungan perusahaan (business growth dan business continuity) maka konsep atau management TQM ini perlu dan harus diterapkan. Pelayanan total kepada pelanggan melalui manajemen kualitas proses bisnis secara terpadu akan terwujud jika perusahaan menerapkan konsep TQM ini.

Dengan pelayanan total di setiap business process, maka TQM dapat menciptakan kepuasan pelanggan atau customer satisfaction secara maksimal. Hasilnya, peluang perusahaan untuk meningkatkan profit dan customer retention rate pun juga akan semakin meningkat.

Management TQM ini bukan saja sangat perlu diterapkan pada perusahaan, tetapi juga pada pengembangan gereja. Salah satu produk dari gereja adalah kualitas pelayanan. Berkembang tidaknya suatu perusahaan selain pemasaran juga karena kualitas produk yang dihasilkan atau dipasarkan. Demikian halnya dengan gereja, berkembang bertumbuhnya gereja juga banyak ditentukan oleh produk yang dihasilkan. Salah satu produk yang dihasilkan oleh gereja adalah "Kualitas Pelayanan".

Yang menjadi pertanyaan bagaimana "Kualitas Pelayanan" yang berkenan pada Tuhan? Pelayanan tidak saja harus diatas mimbar. Sebagai couster yang menjaga dan membersihkan gereja itu juga merupakan pelayanan. Saudara bisa bayangkan, jika kita datang ke gereja, sementara gereja dalam keadaan berantakan, kursi mimbar tidak teratur, lanti tidak disapu dan tidak dipel, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap, betahkan dan nyamankah jemaat mengikuti ibadah? TENTU TIDAK BETAH.

Demikian halnya dengan sarana atau fasilitas lainnya seperti music, jika pemain musiknya berantakan tidak tahu irama, dipastikan jalannya ibadah juga tidak baik, apalagi kalau pemimpin pujiannya suaranya fals, pasti nambah kekacauan lagi. Ditambah lagi pembawa firman (pengkotbahnya juga  tidak ada persiapan) maka  dipastikan jemaat semakin lama akan semakin berkurang. Inilah bukti bahwa gereja tidak memiliki administrasi atau management yang baik.

Pada hal seperti diketahui bertumbuh berkembang dan sehat tidaknya sebuah organisasi bisa digambarkan dari management yang dijalankan. Seperti diketahui pengertian dari management adalah seni atau alat untuk mencapai sebuah tujuan yang direncanakan atau dinginkan. Artinya untuk mencapai sebuah keberhasilan diperlukan yang namanya management. Melalui management gereja bisa mengatur dan sekaligus bisa mengembangkan misi dan visi yang dicanangkan oleh gereja.

Ketika ada permasalahan dan pergumulan, gereja yang memiliki management yang baik pasti bisa menanggulangi permasalahan dan pergumulan itu dengan baik pula. Sebaliknya gereja yang tidak menerapkan dan tidak memiliki management yang baik akan gampang tumbang oleh permasalahan yang ada. Dan sebagai pemimpin dalam hal ini Gembala yang memiliki karakter pemimpin yang baik pasti akan menerapkan management yang baik.

Seyogyanya setiap jabatan yang dimiliki oleh setiap orang yang mendapat tugas atau mandate harus sesuai dengan jenjang pendidikan yang dimilikinya. Seorang sekretaris misalnya tentunya adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan sebagai sekretaris, demikian pula seorang yang mendapatkan tugas sebagai bendahara tentunya adalah seorang yang memiliki latar belakang pendidikan perbankan. Apalagi seorang pemimpin gereja dalam hal ini  gembala, tentunya harus memiliki latar belakang pendidikan teologia.

*Meneladani Kepemimpinan Yesus Kristus*

Menurut St. Jarismen Purba, MPd Kepemimpinan Gereja Dalam Menghadapi Abad 21, seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi setiap orang yang dipimpinnya, baik itu di perusahaan ataupun di  gereja. Keberhasilan seorang pemimpin tidak selalu ditentukan oleh materi maupun intelektualitasnya. Cara berkemonukasi dalam berealsi akan memberikan kontribusi yang sangat menentukan. Karena kepemimpinan bersifat dua arah yang berkaitan dengan relasi dan komunikasi antara atasan dan bawahan, maka respon dua arah antara keduanya tersaji berdasarkan regulasi pada komunikasi dan relasi yang dibangun.

Seorang pemimpin harus dapat mengkomunikasikan visi, misinya secara benar kepada bawahan atau rekannya sehingga tujuan yang hendak duicapai bersama dapat direalisasikan. Pada bagian ini, cara berkomunikasi yang simple dan mudah dipahami harus dimiliki oleh setiap pemimpin.

Meski demikian nilai nilai kepemimpinan secara umum tidak salalu dapat digunakan dalam kionteks kepemimpinan sekuler Kristen. Dalam beberapa karakteristik, kepemimpnan Kristen berbeda dengan kepemimpinan sekuler yang terlihat dari nilai nilai mendasarnya. Kepemimpinan secular yang berorientasi pada visi pragmatis materialistic menyebabkan seorang pemimpin cenderung memilih pola kepemimpinan yang keliru seperti: Direktif, otokrasi, autocratic-bureancratic dan transasksional. Pola pola kepemimpinan yang secara keseluruhan menonjolkan sisi negative dari kepemimpinan otoriter dan materialistic. Selain itu dasar dari kepemimpinan sekuler juga dibangun atas dasar nilai-nilai filosofis. Misalnya pada management konflik, pendekatan yang digunakan adalah gagasan Hegel mengenai tesis-antitesis-sintesis. Sintesa yang hendak diperoleh tentu saja tetap berpatokan pada nilai-nilai sekuler yang merujuk pada hal-hal materi maupun profit.

Sementara kepemimpinan Kristen, merujuk pada nilai-nilai Alkitab sebagai dasar yang olehnya kepemimpinan itu dikembangkan. Bagaimana mengatasi setiap masalah, menyelesaikan konflik dan bagaimana saling menghargai diantara rekan sejawat. Kepemimpinan Kristen akan teruji pada saat terjadinya krisis. Baik saat krisis ekonomi, kepercayaan, lingkungan, pribadi maupun krisis kerohanian, seorang pemimpin Kristen akan tetap dapat focus untuk menyelesaikan visi dan misinya dengan baik dengan memohon pertolongan Tuhan dengan sepenuhnya. Menurut Yanto Paulus Herman, seorang pemimpinan Kristen akan terus bergantung penuh akan pertolongan dan pimpinan dari Tuhan serta tetap memprioritaskan orang-orang yang ada dalam komunitasya.

Kepemimpinan Yesus di dunia merupakan model kepemimpinan yang bersejarah dan menginspirasi bagi setiap pemimpin Kristen dari zaman ke  zaman. Sperti apa kepemimpinan Yesus, model kepemimpinan Yesus dapat dilihat dalam Injil Yohanes 12:23-26 ditandai dengan tiga hal yaitu Kasih, Keteladanan dan Orientasi.

Apa yang Tuhan Yesus "tuntut" dari kita? Dalam ayat 26 Tuhan Yesus berkata, "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." Tuhan Yesus meminta kita untuk mengikuti Dia karena di mana Yesus berada, di sana pengikut-Nya berada. Lalu, apa yang dapat kita harapkan dari para pemimpin gereja kita sekarang? Kita berharap mereka meniru model kepemimpinan Kristus. Model kepemimpinan yang ditandai dengan kasih, ketaatan, dan berorientasi jiwa. "Not power leadership model, but Jesus leadership model." Mari kita doakan kiranya Tuhan dalam wahyu umumnya menganugerahkan hal-hal itu kepada pemimpin-pemimpin bangsa dan gereja kita tercinta.

*KESIMPULAN*

Tidak dapat ditawar lagi jika sebuah organisasi termasuk organisasi Gereja akan bertumbuh dan berkembang, salah satu syarat adalah melaksanakan management gereja dengan baik termasuk diantaranya adalah "Total Quality Management". Dengan penerapan "Total Quality Management" maka gereja dituntut memberikan pelayanan maksimal yaitu "Pelayanan Yang Berkwalitas".

Bagaimana mungkin Gereja akan bertumbuh dan berkembang jika bentuk pelayanannya tidak berkwalitas. Pelayanannya asal-asalan. Pelayanannya tidak sungguh-sungguh. Pelayanannya tidak keluar dari dasar hati karena mencintai Tuhan, Pelayanannya hanya karena mendapatkan tugas. Bentuk pelayanan yang berkwalitas bukan saja ditentukan oleh bagusnya kotbah yang disampaikan oleh pendeta, bukan bagusnya music yang dimainkan, bukan bagusnya Singer Song Leader yang membawakan pujian, tetapi bentuk pelayanan yang berkwalitas apabila jika seluruh jemaat bisa merasakan kedamaian, kebahagian dan suka cita yang dari Tuhan.

Tidak sedikit jemaat yang semula datang kegereja dengan penuh sukacita, tetapi setelah pulang gereja justru hilang sukacita yang mereka bawa. Mengapa demikian? karena mereka datang tidak mendapatkan pelayanan yang berkwalitas. Kwalitas pelayanan gereja itu berawal dari user. Kadang kita mengabaikan pelayanan user, padahal itu adalah kunci utama kwalitas pelayanan gereja. Jika user tidak bisa memberikan pelayanan yang baik dan berkwalitas, maka jangan heran jika jemaat akan lari dan hilang dan akhirnya gereja kosong.

Selain dari user sesungguhnya pelayanan yang berkwalitas juga berasal dari koster. Mengapa demikian? jika koster tidak bekerja dengan baik, tidak membersihkan dan mengatur seluruh isi gereja dengan baik apa jadinya. Ketika jemaat datang, didepan pintu gereja sudah disuguhkan dengan sampah yang berantakan, dengan kursi yang berantakan, pasti jemaat tidak akan mau beribadah tapi langsung pulang.

Inilah "Total Qality Management" gereja yang sesungguhnya yang harus diterapkan. Jika semua gereja dapat menerapkan management ini, kita pastikan gereja akan bertumbuh dan berkembang. SPOUDE Tuhan Yesus memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun