Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Memiliki Prospek Cerah dalam Industri Smelter Hasil Tambang

28 Februari 2024   15:57 Diperbarui: 28 Februari 2024   16:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Penyelenggaran Pemilu sudah berlalu, demikian juga adu strategi untuk menjadi nomor satu juga sudah tidak berlaku. Yang masih rame diperbincangkan adalah ketidak legowoan para pendukung paslon yang tidak bisa menerima kekalahan. Berbagai cara kini ditempuh oleh para paslon yang kalah untuk menggagalkan hasil yang telah dicapai 

 

Ditengah panasnya suhu politik setelah selesainya Pilpres 2024 ini tampaknya  issue tentang membanjirnya tenaga kerja China ke Indonesia, sudah tidak ada seorangpun yang tertarik untuk membicarakannya. Padahal sebelumnya hampir setiap hari para pembenci pemerintah khususnya Presiden  Joko Widodo selalu menggoreng issue ini dengan maksud untuk menjatuhkan kedudukan presiden Joko Widodo, sebelum haabis masa jabatannya.

Suka tidak suka kita harus menerima kenyataan ini bahwa China-lah yang pantas untuk mengelola proyek besar yang ada di Indonesia yaitu pengembangan industry smelter bahan tambang. Selain China yang memiliki tenaga ahli, hanya Chinalah yang bersedia untuk mengucurkan dananya, walau untuk membangun pabrik smelter ini cukup besar dana yang harus dikuncurkannya.

Direktur Utama PT Antam Tbk, Nico Kanter membeberkan alasan China menjadi investor terbanyak pada hilirisasi pertambangan di Indonesia. Salah satunya adalah karena majunya negara China dalam penelitian dan pengembangan hilirisasi pertambangan.

Harus diakui China maju dalam hal Research and Development (R&D) atau penelitian dan pengembangan hilirisasi. Diperoleh informasi dana yang digelontorkan oleh China untuk hilirisasi sangat besar untuk program tersebut. Itulah sebabnya China banyak memiliki investor di proyek hilirisasi pertambangan di Indonesia.

Alasan lainnya China banyak menjadi investor hilirisasi di Indonesia adalah karena negara tersebut berani dalam pengambilan risiko. China tidak perlu memikirkan pasar pada komoditas yang diinvestasikan. Selain itu, teknologi yang dimiliki China juga lebih baik. Terlebih dfari itu China juga banyak melakukan improvisasi teknologi hilirisasi.

Berdasarkan data dari Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) investasi China ke Indonesia pada kuartal IV-2022 tercatat sebesar US$ 3 miliar, atau sekitar Rp 45 triliun dengan kurs Rp 15.000/US$. Nilai tersebut lebih tinggi dari Singapura sebesar US$ 2,7 miliar. Dibandingkan kuartal IV-2021 yang hanya US$ 900 juta, nilai investasi China melesat sekitar 230%.

Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada Oktober - Desember 2022 sebesar Rp 175,2 triliun, sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 139,6 triliun. Sehingga totalnya mencapai Rp 314,8 triliun.

Dari total nilai PMA kuartal IV-2022, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menjadi yang paling banyak mendapat kucuran modal, senilai US$ 2,5 miliar. Disusul industri kimia dan farmasi sebesar US$ 1,8 miliar, dan pertambangan di urutan ketiga sebesar US$ 1,7 miliar.

Indonesia yang sedang memulai hilirisasi industri dikatakan menjadi daya tarik bagi China. "Nampaknya China akan semakin berperan besar ke depan. Indonesia tengah fokus ke program hilirisasi dan mereka tertarik dengan program tersebut.

Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang berlokasi di Sulawesi Tengah merupakan salah satu investasi Tiongkok terbesar di Indonesia, dan dinyatakan oleh para pendirinya sebagai bentuk kerja sama Sino-Indonesia yang sempurna.

Harus diakui China memiliki skala kekuatan yang luar biasa serta ketahanan sejauh mana mereka akan memfasilitasi dan juga mengarahkan. Di Indonesia sendiri etnis China mendominasi sektor-sektor yang komersial dan bahkan mereka menguasai di lebih dari 163 perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Sehingga dengan demikian mereka tidak hanya melakukan aktivitas dalam produksi, distribusi, atau pemasaran barang saja tetapi juga dalam kegiatan komersial, arus uang dan percepatan perputaran uang.

Di saat yang sama China juga menjadi negara dengan nilai ekspor barang nomor satu di dunia. Memahami determinan arus perdagangan bilateral China sangat penting mengingat peran penting China dalam perdagangan dunia disaat ini Globalisasi membuat terciptanya kemudahan bagi setiap individu untuk pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Kemudahan tersebut juga berdampak bagi para diaspora China terkhususnya para TKA tenaga kerja asing yang datang ke Indonesia.

Industri smelter menjadi tujuan utama para pekerja ahli China berdiaspora ke Indonesia. Walaupun demikian ini juga menjadi keuntungan bagi bangsa Indonesia, karena dengan masuknya investasi dan tenaga ahli China membuat industry smelter Indonesia berkembang dengan pesatnya.

Berdasarkan data Kementerian ESDM sudah ada lebih dari 50 smelter yang berproduksi dan 27 smelter lain rencananya akan segera dibangun. Ceria merupakan salah satu smelter di Sulawesi Tenggara yang tengah membangun secara bertahap empat line smelter dengan target total produksi hingga 250.000 ton feronikel dengan kandungan nikel 22% di dalamnya.

Ceria manggunakan teknologi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan bentuk tungku persegi (rectangular) yang merupakan teknologi RKEF terkini dan dinilai lebih efisien. "Dengan sumber daya 17,68 miliar ton dan cadangan 5,2 miliar ton nikel di tanah air, kami berharap potensi ini dapat termanfaatkan dengan baik. Pengawasan terhadap pemanfaatan bahan baku menjadi penting karena penambahan jumlah pemain smelter berimplikasi pada peningkatan kebutuhan bahan baku, jangan sampai hal ini menjadi bumerang seperti yang dikhawatirkan bapak Presiden Jokowi,

Selain mengembangkan smelter RKEF yang menggunakan prinsip teknologi pirometalurgi, dalam proses produksinya, Ceria akan menggunakan teknologi hidrometalurgi (HPAL) untuk mengolah bijih nikel kadar rendah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan baku baterai listrik.

Aplikasi teknologi ini memiliki skala keekonomian yang lebih besar sehingga lebih mahal dibandingkan dengan investasi teknologi pirometalurgi, dengan demikian akan dibutuhkan modal besar untuk mempercepat realisasi pembangunannya.

"Ceria akan membangun pabrik HPAL dengan teknologi hidrometalurgi melaui 2 tahap pengembangan dengan total kapasitas produksi sebesar 290.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) dengan kandungan nikel 108.000 ton di dalamnya dan 11 ribu ton cobalt, nikel dan cobalt termasuk material kritis untuk memproduksi baterai. Untuk menyelesaikan seluruh tahapan pembangunan smelter RKEF dan HPAL ini serta meningkatkan produksi dibutuhkan modal yang besar sehingga dukungan perbankan sangat berarti," ujarnya.

Presiden menyatakan bahwa Indonesia akan terus mengakselerasi pembangunan hilirisasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, memberikan nilai tambah sebesar-besarnya bagi bangsa, dan negara. Ke depan, tidak boleh lagi ada ekspor bahan mentah, melainkan hanya produk jadi dan minimal produk setengah jadi.

"Hilirisasi adalah gerbang emas untuk mewujudkan Indonesia emas tahun 2045, dengan hiliridasi di bidang pertambangan, migas Indonesia akan terdongkrak. Lonjakan ekspor  yang mencapai 38,3%.  Hilirisasi adalah satu satu bagian dari transformasi ekonomi. Indonesia menghentikan ekspor komoditas dan beralih ke ekspor produk manufaktur bernilai tambah tinggi. 

Sukses hilirisasi nikel dengan kebijakan melarang ekspor bijih nikel kadar di bawah 1,7% mulai 1 Januari 2020 akan dilanjutkan dengan melarang ekspor bijih bauksit pada akhir tahun 2022, dan kemudian bijih tembaga pada tahun 2023.

Pembangunan smelter merupakan upaya peningkatan nilai tambah mineral sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (UU Minerba). Kementeran ESDM menargetkan 28 smelter beroperasi pada tahun 2022 Sedangkan pada 2023-2024 sebanyak 53 smelter yang beroperasi dengan total nilai investasi mencapai US$ 21,6 miliar.

Tampaknya industry smelter di Indonesia memiliki prospek yang cukup cerah dengan tersedianya bahan mineral pertambangan yang ada baik itu nikel, tembakaga, bauksit, timah, timbal, batubara, emas, aluminium, seng, bersi dan lain sebagainya.

Itulah sebabnya Kementerian ESDM telah melakukan penelusuran minat dari beragam instansi, misalnya dari beberapa perbankan yang menyatakan minatnya berinvestasi di smelter. Bank tersebut yakni Bank of China dan Japan Bank of International Corporation dan beberapa Bank swasta lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun