Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Untuk Menjadi Orang Bermoral Tidak Perlu Bertuhankan Benar

16 Juni 2023   17:31 Diperbarui: 16 Juni 2023   17:44 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI) orang yang disebut bermoral adalah apabila orang tersebut memiliki kesadaran untuk menerima serta melakukan peraturan yang berlaku dan bersikap atau memiliki tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjujung tinggi di lingkungannya. Sementara yang disebut ber Tuhan yang benar adalah orang yang mempercayai adanya Tuhan.

Apakah orang yang bermoral itu pasti ber Tuhan, dan sebaliknya apakah orang yang ber Tuhan itu memiliki moral, saya pastikan itu belum tentu, Hal ini terlihat jelas dimana bangsa-bangsa yang selama ini menjunjung tinggi ajaran agama ternyata justru menjadi pusat pemicu, pusat kekacauan, pusat kegaduhan dan pusat peperangan. Sebaliknya bangsa yang tak beragama, bangsa yang tidak mempercayai adanya Tuhan justru keadaannya tentram minim dari kekacauan.

Menurut survey dewasa ini di 12 negara Eropa ada sekitar 80% tidak lagi beribadah. Misalnya di Ceko masyarakat  yang tidak beribadah lagi proporsinya mencapai 91%, kemudian di Estonia, Swedia dan Belanda mencapai 70% hingga 80%. Sementara masyarakatnya yang masih tetap beribadah diantaranya adalah Polandia, Lithunia dan Austria.

Bagaimana dengan Timur Tengah menurut survey BBC international penduduk yang tidak beragama di Iran pada awal tahun 2013 baru 8 persen dari jumlah penduduk yang ada, pada tahun 2019 naik menjadi 13 persen. Sementara di Turki, dalam laporan lembaga survei Konda pada 2019 , negara yang 99% berpenduduk muslim ini ditemukan bahwa jumlah orang Turki yang mengaku menganut Islam telah turun dari 55% menjadi 51%.

Demikian halnya di Mesir dan Arab Saudi. Berdasarkan survey Deutsche Welle, Universitas Al-Azhar Kairo pada tahun 2014 diketemukan bahwa 10,7 juta dari 87 juta penduduk Mesir mengaku menjadi ateis. Kemudian dari hasil survey International Religious Freedom Report 2021 tercatat ada 224.000 orang Arab Saudi yang memilih tidak beragama, baik ateis atau agnostik.

Keadan seperti ini apakah kemudian kita berpikir lebih baik kita tidak ber Tuhan saja? fenomena seperti ini sudah terjadi dibeberapa Negara maju. Bukan rahasia lagi jika sekarang ini banyak masyarat Eropa mempercayai Tuhan itu ada, tetapi mereka tidak percaya pada Tuhan. Itulah sebabnya tidak heran jika masyarakat Eropa tidak lagi berminat datang kegereja akhirnya gereja kosong tidak ada jemaatnya, bahkan tidak sedikit gereja yang ada di Eropa yang sudah beralih fungsi. Demikian halnya dengan bangsa Timur Tengah dari 21 negara yang selama ini menjunjung tinggi ajaran Islam, ternyata juga sudah banyak tidak melakukan aktifitas kegiatan keagamaannya.

Mari kita coba menelusuri akar permasalahan mengapa semua ini bisa terjadi. Perlu diketahui sebenarnya dalam diri manusia ada satu ruang yang tidak dapat diisi oleh apapun juga. Dunia beserta isinya tidak bisa mengisi dan menempatinya, karena isi dunia ini adalah ciptaan Allah. Yang bisa mengisi ruang tersebut adalah sang pencipta itu sendiri yaitu Allah, Sebanyak apapun harta yang dimiliki oleh manusia tidak dapat memuaskan hatinya, setinggi jabatan apapun manusia tidak dapat memuaskannya, sebesar dan seindah apapun rumah kita tidak dapat memuaskannya, secantik dan seganteng apapun pasangan kita tidak bisa memuaskan hati kita, sebahagia apapun yang diperoleh dan diberikan oleh dunia, tetap tidak dapat mengisi ruang istimewa tersebut.

Berapa banyak kekayaan yang dimiliki mantan presiden Soeharto, tujuh keturunan keluarga Soeharto dapat menikmatinya, tetapi apakah mereka sudah puas? sampai sekarang ternyata mereka masih haus untuk memperoleh kekayaan lebih banyak. Masih banyak pejabat-pejabat yang sekalipun sudah kaya raya namun masih pingin lebih kaya lagi dengan melakukan berbagai cara termasuk cara yang tak bermoral seperti misalnya korupsi, ngemplang, nelep uang Negara, nilep urang rakyat.

Apakah mereka-mereka tersebut ber Tuhan, wooo tentu mereka jelas ber Tuhan, mungkin malahan mereka juga rajin beribadah ke masjid ataupun kegereja. Tetapi mengapa mereka masih suka melakukan kejahatan yang tak bermoral, sekali lagi, karena ada ruang kosong yang ada di dalam hatinya yang belum terisi. Ruang itu yang memang Tuhan ciptakan untuk diriNya. Tidak ada satupun yang bisa mengisi ruang itu selain Sang Pencipta itu sendiri.

Bagi umat Kristen tentu kita masih ingat kisah seorang pemuda kaya yang tertulis dalam Injil Matius 19:16-26. Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah."

Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Dari cerita tersebut jelas sekali bahwa pemuda kaya ini adalah orang baik orang bermoral, terbukti dia tidak pernah membunuh, mencuri, berzinah tidak pernah berdusta, bahkan selalu menghomati orang tua. Lebih dari itu pemuda kaya ini tahu bahwa Tuhan itu ada, terbukti dia datang pada Tuhan, tetapi dia tidak percaya pada Tuhan, bahkan dia meninggalkan Tuhan. Dengan demikian maka dapat dimengerti sekarang  "Untuk Menjadi Orang Bermoral Tidak Perlu Bertuhankan Benar". Pemuda kaya ini contohnya.

Untuk memperjelas pernyataan ini  mari kita coba memahami arti dari kesepuluh hukum Taurat (10 titah Allah). Kalau boleh saya bagi kesepuluh titah Allah tersebut saya bagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama terdiri dari 4 perintah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah. Bisa disebut juga bagian pertama ini adalah "Kasihilah Allahmu dengan segenap hati dan akal budimu".Sementara bagian kedua ada 6 perintah dimulai dari "hormatilah ayah ibumu sampai jangan menginginkan milik orang lain". Bagian kedua ini disebut "kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri".

Perintah Yesus terhadap pemuda kaya ini memang tidak masuk akal, siapapun di dunia ini tidak mungkin sanggup melakukannya. Siapa orang didunia ini yang rela menjual seluruh hartinya kemudian diserahkan semuanya kepada orang lain. Mengapa Allah memerintahkan untuk memberikan keseluruhannya bukannya 50%, 30% atau 10% (bagian kedua)? Mengapa Allah tidak langsung mengatakan "Kasihilah Allahmu Dengan Segenap Hati dan Akal Budimu" (bagian pertama). Inilah pikiran Allah yang sulit dipahami oleh manusia. Pada hakekatnya ketika Allah memerintahkan untuk menjual seluruh harta bendamu (bagian kedua),  itu semua sudah termasuk atau sudah mencakup bagian pertama yaitu "Kasihilah Allahmu Dengan Segenap Hatimu".  

Jadi jelas mengapa Allah memerintahkan pemuda kaya ini untuk menjual seluruh harta bendanya, karena Allah tidak mau diduakan dengan isi bumi ini yang merupakan ciptaan Allah itu sendiri. Itulah sebabnya Allah katakan "Kasihilah Allahmu dengan segenap hatimu". Allah tidak menuntut harta kita. Kalau pun pemuda ini tidak memberikan hartanya kepada Allah, bukan berarti Allah menolak keberadaan pemuda ini. Allah tahu isi hati dari pada manusia, demikian pula Allah juga tahu apa yang menjadi isi hati dari pada pemuda kaya ini. Pemuda kaya ini lebih mencintai hartanya dan pada Allah, dia lebih mencintai berkat dari pada sumber berkat, maka dari itu Allah memerintahkan untuk menjual seluruh harta bendanya.

Dari kisah pemuda kaya ini maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menjadi orang yang memiliki moral tidak perlu ber Tuhankan benar. Hal ini juga bisa diartikan bahwa orang ber Tuhan belum tentu bermoral. Tetapi orang yang ber Tuhankan benar pasti akan memiliki moral. SPOUDE Tuhan Yesus memberkati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun