Mohon tunggu...
Harry Wiyono
Harry Wiyono Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hamba Tuhan

Sebagai : 1. Wakil Gembala GGP Betesda Pamulang 2. Sebagai wartawan sejak tahun 1984 3. Researcher di MRI (Market Riset Indonesia) 4. Researcher di Ecbis Rescons 5. Researcher di CDMI

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Orang Kristen Narsisme

1 Juni 2023   14:14 Diperbarui: 1 Juni 2023   14:20 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kesalahan Asaf dalam ayat ini, sepintas memang tidak bersalah, namun kalau kita pahami lebih dalam lagi apa yang dikatakan oleh Asaf ini ada rasa kekesalan dan kemarahan Asaf kepada Tuhan..

Timbulnya kemarahan Asaf kepada Tuhan, karena Asaf menganggap bahwa Tuhan membiarkan, tidak memperdulikan dan tidak menolong bangsa Israel yang merupakan bangsa pilihanNya menderita dan tertindas oleh bangsa yang tidak mengenal Tuhan. Dari sini artinya Asaf sudah menuduh Allah tidak adil.

Dalam ayat 14 dikatakan "Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi. Sebab sepanjang hari aku ditimpa kemalangan; setiap pagi aku disiksa. Dari ayat ini Asaf bukan saja menuduh Allah tidak adil, tetapi Asaf juga menuntut kepada Tuhan apa yang telah dia perbuat selama ini. Asaf menganggap dirinya sudah banyak berbuat untuk Tuhan, mengganggap dirinya patut untuk mendapatkan upah.

Asaf mulai hitung-hitungan dengan Tuhan. Asaf berpikiran seharusnya dia memperoleh upah lebih dari pada orang-orang yang tidak menyebah Tuhan. Dalam ayat 12 dikatakan "orang fasik yang tidak beragama, tetapi mendapatkan segala yang diidamkan manusia yaitu sehat, gemuk, lancar kaya raya dan senang selamanya.

Jadi jelas dari ungkapan Asaf tersebut, artinya tujuan utama Asaf bukan kepada Tuhan, tetapi kepada kekayaan, ketentraman, sehat, bahagia dan sejahtera. Kalau Tuhan memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut, maka Asaf akan seperti orang kafir yang tidak menyembah Tuhan tersebut. Dari tuntutan ini maka dapat diartikan bahwa yang menjadi Tuhan adalah Asaf itu sendiri. Allah dianggap sebagai pesuruh Asaf yang harus memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ini bukti nyata bahwa Asaf sudah terpapar oleh narsisme.   

Rasa kemarahan Asaf itu juga menunjukkan rasa keangkuhan dan kesombongannya. Asaf merasa dirinya sudah benar, sudah suci sudah tidak bersalah, persis yang dikatakan dalam ayat 13 "sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku tanda tak bersalah". Ini cirri utama seorang narsisme yaitu merasa dirinya sudah benar, merasa dirinya sudah paling baik, sehingga Asaf berani menuntut pada Tuhan.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa pada akhirnya semua orang narsisme berusaha menempatkan diri sebagai yang utama, dengan kata lain manusia berusaha menempatkan diri sebagai "Tuhan Allah". Ini yang tidak disadari oleh umat Tuhan, dengan kehadirannya setiap minggu ke Gereja, merasa dirinya sudah benar. Dengan memberi persembahan dan perpuluhan sudah menganggap dirinya paling layak.

Jadi pada hakekatnya orang beragama, bukan sarana untuk datang kepada Tuhan, tetapi arahnya sudah kepada diri sendiri. Itulah sebabnya agama hanya dijadikan sebagai tameng atau sarana untuk mencari keuntungan.

Tidak sedikit orang yang bermodal melipatgandakan modalnya melalui gereja. Disewanya gedung mewah dan sarana yang wah. Sementara itu untuk menarik banyak orang ditempatkannyalah seorang hamba Tuhan yang namanya sudah tenar,  dengan harapan jemaat yang datang banyak dan tentunya persembahan dan perpuluhan melimpah pula. Dengan demikian pemodal atau bandar untung ini tujuan utama orang terpapar narsisme.

Yang menjadi pertanyaan, apa yang dilakukan oleh Tuhan ketika Tuhan menghadapi Asaf yang terpapar oleh narsisme? Apakah Tuhan menuruti semua keinginan Asaf yaitu hidup sehat, tenang, tentram, bahagia dan harta berkelimpahan? Ternyata ketika baca dari ayat 1 sampai 28 Tuhan tidak menuruti apa yang menjadi keinginan Asaf, mengapa demikian? Sabab jika Tuhan mengikuti keinginan Asaf, maka Asaf bukan sadar akan kesalahannya, tetapi justru akan jatuh lebih dalam, karena dengan demikian Asaf bisa memperalat Tuhan, dan tujuan hidup Asaf yang disebut sebagai pelayanan Tuhan ternyata malah sebaliknya Tuhan yang melayani Asaf, lebih tepatnya Asaf yang menjadi tuhan.

Nah sekarang apa yang dilakukan oleh Tuhan terhadap Asaf untuk menyelamatkan dirinya dari perilaku narsis ini?, ternyata tindakan Tuhan tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Tuhan terhadap seorang hamba Tuhan yang bernama C.S. Lewis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun