Mohon tunggu...
harry purnama
harry purnama Mohon Tunggu... Konsultan - gembira menulis dengan seni. Cinta filsafat rakyat

Mature Leadership Center (MLC) Kota Depok Jabar 0821 3147 7119

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Hidup Itu Abadi?

22 April 2022   09:41 Diperbarui: 22 April 2022   14:50 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada atau tidak ada Tuhan Allah, kehidupan itu sendiri nampaknya sudah  bersifat tak terhingga, karena kemungkinan itu tak terbatas, sifatnya. Hidup lalu bersifat abadi. Hidup sama dengan sesuatu yang bersifat kekal (Platoisme, Yunani kuno 450 SM, murid Socrates). Sehingga pasti ada kehidupan lain setelah kematian raga (after life). Mayoritas filsuf besar dan agama, percaya hal ini.

Kekekalan tak bergantung ada tidaknya teknologi memanjangkan usia, seperti mind computer interface, transhumans atau teknologi molekuler cryonics dst. Karena manusia akan mati. Manusia akan selesai di bumi dan tak dapat hidup 2x di bumi yang sama. Kekekalan adalah milik seluruh kehidupan. Meski satu manusia mati, namun seluruh kehidupan akan tetap eksis selamanya. Hidup yang abadi. 

Apa yang lebih lama dari kekekalan? Sesuatu yang jelas tak ada ujungnya. Tak ada awalnya juga. Karena jika ada awal, ia akan punya ujung. Keabadian tak punya awalan dan akhiran (everlasting, forever more).  Memang hanya sebatas puisi seni.  

Sehingga sifat kekekalan itu hanya dimiliki bukan oleh manusia ataupun alam semesta, tapi dimiliki oleh kekekalan itu sendiri. Dan manusia menyebut kekekalan itu sendiri sebagai entitas yang tak terbatas dan tak terjangkau oleh apapun. Itulah yang disimbolkan oleh manusia sebagai TUHAN ALLAH. Sebuah realitas diluar dunia material (Plato).  

Definisi itulah yang mampu dibuat oleh manusia. Menurut batas akal manusia, entitas kekekalan ya itulah TUHAN ALLAH. Sesuatu yang maha tak terbatas. 

Dipilihnya nama TUHAN ALLAH, agar kekekalan yang tak berujung itu, memiliki ujungnya. Selebihnya, manusia serba tak tahu dan tak mengerti apa-apa. 

Akhirnya, hidup bagaikan  sepiring misteri, sesuatu untuk dinikmati, bukan masalah untuk dicarikan solusi. Nikmati saja hidup abadi ini dengan kesadaran penuh, bahwa kita akan bertemu dengan orang-orang yang kita kasihi. 

_harry, debu di alam semesta, 21 april 22_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun