(filsafat rakyat, kado untuk Hari Kartini, 21 april 22)
Ebit G Ade, penyair dari Purbalingga, juga lahir 21 April 1955. Â Disalah satu syairnya dalam album Seraut wajah (1990), Â "Apakah ada bedanya, hanya diam menunggu, atau memburu bayang-bayang, sama-sama kosong...." hidup itu ternyata sama-sama misterinya, dengan dunia ini. Jalani saja, isi dengan rasa. Dan cintailah warna warninya, toh semua sama. Hidup bagai sepiring tempe, tak ada satupun yang tahu. Jalani hidup dengan enteng dan ringan.
Siapa yang bisa mengukur batasnya langit? (Socrates, Yunani kuno, 500 SM gurunya Plato). Pertanyaan tentang eksistensi, ruang dan waktu ini menembus batas-batas pemikiran tradisional, dogmatis agamis dan ortodoksi. Â Astronomer dan kosmologi dunia saat ini menduga ada banyak alam semesta, bukan hanya satu (multi-verse).Â
Satu alam semesta yang ditempati bumi ini sendiri, expanding membesar terus-menerus tak henti-hentinya, dengan kecepatan yang semakin lama, semakin kencang. Ajaib, maha luasnya alam semesta ini. Dimana batasnya? Alam semesta ini terus bergerak menuju keabadian. Seolah-olah, misteri ini tak berujung.
Tak ada kehidupan yang sama persis, meski pada anak kembar. Ada banyak jalan hidup yang berbeda-beda, tak sama. Sama-sama tak sekolah, nasibnya beda.
Sama-sama adik kakak dari ibu yang sama, jalan hidupnya, tak ada yang sama. Ajaib. Â Ada banyak kemungkinan-kemungkinan hidup yang ternyata tak terbatas.Â
Suatu hari manusia bisa ke planet Mars dengan santainya. Kemungkinan itu ada, setelah Elon Musk dengan SpaceXnya, mampu membuat jet propulsion yang semakin super cepat, yang ia jual ke NASA.
Satu kemungkinan melahirkan kemungkinan lainnya yang berbeda. Mobil bensin melahirkan mobil listrik.  Computer melahirkan internet, lalu melahirkan smartphone  dan artificial intelligence melahirkan berbagai-bagai teknologi yang tak terbatas termasuk robotic machine, MRI, CT scan, google maps, waze, digital world, metaverse dll.  Â
Sebentar lagi mobil listrik juga akan usang, karena ada kendaraan lain yang melayang-layang di udara dengan sangat cepat, tak harus lewat darat dan pakai roda. Â
Sampai kemungkinan itu sendiri melahirkan kemungkinan yang tak terhingga. Sehingga ada banyak kehidupan yang berbeda-beda, yang jumlahnya tak akan terbatas.Â
Satu kehidupan melahirkan kehidupan baru yang lain. Kemungkinan terjadi kehidupan baru, tak terhingga. Sehingga kehidupan itu tak akan pernah selesai. Ia abadi, selamanya, kekal. Â (Aristoteles, Yunani kuno, tentang ruang dan waktu, Â murid Plato, 350 SM). Hanya bentuk kematian yang selesai.