Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai Islam terbesar di Indonesia. Identik dengan pemilihnya orang Islam religius perkotaan dan memiliki basis besar di Jawa Barat dan luar Pulau Jawa. PKS yang sudah menjadi partai besar dan selalu berhasil masuk parlemen sebenarnya memiliki perjalanan panjang dalam pendiriannya.
Latar belakang berdirinya partai ini dimulai pada periode 1980an. Saat itu rezim Orde Baru (Orba) mewajibkan seluruh organisasi massa berasaskan Pancasila. Itu membuat para Jamaah Tarbiyah melakukan aksi kaderisasi melalui aktivitas dakwah di kampus-kampus. Dalam perkembangannya Jamaah Tarbiyah mendirikan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang menjadi unit-unit kegiatan mahasiswa resmi diberbagai kampus di Indonesia. Memasuki tahun 1998 dalam Forum Silahturahmi LDK (FSLDK) ke-10 di Malang dimanfaatkan sebagian anggotanya untuk mendeklarasikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
KAMMI menjadi organisasi yang gencar menyuarakan reformasi. Setelah Presiden Soeharto lengser dari jabatannya, para tokoh KAMMI sudah mulai mempertimbangkan mendirikan sebuah partai islam. Pada 20 Juli 1998, di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru dideklarasikan Partai Keadilan (PK). PK kemudian mengikuti pemilu 1999, tetapi gagal memenuhi ambang batas parlemen yang membuat partai ini melakukan stembus accord (penggabungan suara dengan partai lain) dengan delapan partai politik Islam lainnya.
Menurut regulasi pemerintah PK harus mengganti nama partai karena gagal memenuhi ambang batas parlemen. Akhirnya pada 20 April 2002 di silang Monas Partai Keadilan Sejahtera dideklarasikan dan dipastikan bisa mengikuti pemilu 2004. Â Â
Visi Misi
Dilansir dari pks.id, partai ini memiliki visi dan misi yang berlaku dari 2020-2025. Visi PKS ialah menjadi Partai Islam rahmatan lil 'alamin yang kokoh dan terdepan dalam melayani rakyat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemudian misi partai ini memilki empat poin utama yaitu:
- Meningkatkan pertumbuhan jumlah Anggota Partai dan mengokohkan integritas, solidaritas, akseptabilitas, profesionalitas untuk menghadirkaan kepemimpinan bangsaa yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.
- Mengokohkan soliditas partai berskala nasional, mandiri, dan terbuka agar mampu menjalankan fungsi edukasi, advokasi, kaderisasi kepemimpinan, serta menerapkan sistem manajemen partai modern untuk meningkatkan sinergi, kinerja, dan kredibilitas.
- Meningkatkan kepeloporan partai dalam pelayanan, pemberdayaan, dan pembelaan terhadap ketahanan keluarga, pemuda, kepentingan masyarakat, dan lingkungan hidup, serta memperkuat kemitraan strategis di berbagai sektor pengabdian untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang produktif, inovatif, dan patriotik.
- Memenangkan Pemilu 2024 dan meningkatkan kontribusi partai dalam menggagas dan memperjuangkan kebijakan publik yang berpihak kepada kemaslahatan rakyat, bangsa, dan negara yang bersih dari KKN serta turut berperan dalam pengembangan demokratisasi di kawasan, dan pengembangan kerjasama internasional untuk memperkokoh posisi Indonesia.
Kiprah di Pemilu
PKS sebagai partai yang sudah ada sejak awal reformasi menunjukkan suara yang fluktuatif dari pemilu ke pemilu. Ketika pemilu 1999 (masih bernama PK) partai ini hanya mampu meraih1,4 juta suara atau 1,36 persen meski menjadi peringkat ketujuh pada pemilu. Pada pemilu 2004 suara partai melonjak jauh menjadi 8,3 juta suara dan menjadi partai besar keenam. Pada 2009 suara partai mengalami persentase kenaikkan 7,88 persen dan berhasil menjadi empat besar di parlemen. Pada 2014 suara partai mengalami penurunan menjadi 6,79 persen. Hal itu tidak terlepas dari kader-kader PKS yang terjerat kasus korupsi. Pada 2019 suara kembali naik tipis dan tetap dan menjadi partai terbesar keenam.
Pada pemilu DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota 2014 & 2019 PKS juga mengalami tren kenaikkan. Di DPRD Provinsi PKS merupakan partai penyumbang kursi terbanyak keenam pada 2014 dan naik satu peringkat pada 2019. Sedangkan PKS di DPRD Kabupaten/Kota berapa di posisi kesepuluh terbesar di 2014 dan naik menjadi delapan besar di 2019. Lebih lengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut:
DPR RI
Tahun      Suara (%)              Kursi (%)      Peringkat
1999 Â Â Â Â 1.431.482 (1,36%) Â Â Â Â Â Â Â Â 7 (1,52%) Â Â Â Â Â Â Â Â Â 7
2004 Â Â Â Â 8.325.020 (7,34%) Â Â Â Â Â Â 45 (8,18%) Â Â Â Â Â Â Â Â 6
2009 Â Â Â Â 8.206.955 (7,89%) Â Â Â Â Â Â 57 (10,18%) Â Â Â Â Â Â Â Â 4
2014 Â Â Â Â 8.455.614 (6,77%) Â Â Â Â Â Â 40 (7,14%) Â Â Â Â Â Â Â Â Â 7
2019 Â Â Â Â 11.493.663 (8,21%) Â Â Â Â Â Â 50 (8,70%) Â Â Â Â Â Â Â Â 6
DPRD Provinsi
Tahun       Kursi (%)      Peringkat
2014 Â Â Â Â Â Â 160 (7,57%) Â Â Â Â Â Â Â Â Â 6
2019 Â Â Â Â Â Â 191 (8,55%) Â Â Â Â Â Â Â Â Â 5
DPRD Kabupaten/Kota
Tahun       Kursi (%)      Peringkat
2014 Â Â Â Â Â 1062 (6,25%) Â Â Â Â Â Â Â Â 10
2019 Â Â Â Â Â 1229 (7,08%)Â Â Â Â Â Â Â Â Â 8
Dua Faksi dalam Partai
PKS yang merupakan salah satu partai islam terbesar di Indonesia memiliki persaingan internal partai. Persaingan itu melibatkan dua faksi partai yaitu faksi keadilan yang tokohnya seperti Sohibul Iman, Salim Segaf Al-Jufri, dan Hidayat Nur Wahid cenderung konservatif dan faksi Sejahtera seperti Anis Matta dan Fahri Hamzah (ketika masih di PKS) yang cenderung liberal.
Selain itu, menurut Harefa, dkk (2019) ada perbedaan lain antara faksi keadilan dan faksi Sejahtera. Pertama, faksi keadilan lebih memegang nilai partai islam yang mendepankan ukhuwah Islamiyah dan berkembang sesuai ajaran Islam. Sedangkan faksi sejahtera menginginkan bagaimana cara partai meraih kemenangan ditiap pemilu yang mempelopori gagasan PKS menjadi partai terbuka dan pluralitas. Perbedaan kedua, faksi keadilan memiliki pandangan tentang hidup secara sederhana sesuai dengan ajaran Islam, sementara itu faksi sejahtera memandang umat Islam tidak boleh kaya. Â Â
Perselisihan kedua faksi ini dimulai saat pemilihan presiden 2004. Faksi Keadilan menginginkan PKS mendukung Amien Rais, sedangkan faksi sejahtera lebih ingin mendukung Wiranto. Masalah itu nantinya dapat diselesaikan oleh partai dan tidak menimbulkan konflik yang lebih besar. Namun maslaah kembali muncul pada 2016 yang mengakibatkan Fahri Hamzah dipecat dari PKS.
Masalah berlanjut pada Maret 2018 dengan munculnya dokumen yang berjudul "mewaspadai gerakan mengkudeta PKS". Dalam dokumen tersebut muncul istilah Osan dan Osin. Dimana Osin (orang sana) ditunjukkan kepada orang faksi keadilan dan Osan (orang sana) yang ditunjukkan kepada orang faksi sejahtera. Inti dalam dokumen ini perlu adanya pembersihan Osan dalam partai. Â Â Â
Konflik semakin membesar setelah PKS melakukan perombakan struktur kepengurusan di beberapa DPW dengan alasan rotasi biasa. Para loyalis Anis Matta menganggap rotasi ini sebagai langkah pembersihan loyalis Anis yang merupakan faksi Sejahtera. Alhasil Anis Matta memutuskan keluar dari PKS dan mendirikan partai Gelora bersama Fahri Hamzah dan tokoh faksi sejahtera lain.
Tokoh Penting dan Terkenal di Partai
PKS yang merupakan partai Islam lebih banyak didominasi oleh politisi dan akademisi murni dibandingkan partai lain yang kebanyakan diisi pengusaha, birokrat, atau selebriti. Ini tidak terlepas dari awal mula PKS yang berasal dari lembaga dakwah di kampus-kampus di Indonesia. Tokoh-tokoh penting dan terkenal di PKS diantaranya:
- Ahmad Syaikhu (Politisi)
- Salim Segaf Al-Jufri (Ulama)
- Tifatul Sembiring (Politisi)
- Sohibul Iman (Politisi)
- Hidayat Nur Wahid (Politisi)
- Ahmad Heryawan (Politisi)
- Aboe Bakar Al-Habsyi (Politisi)
- Mardani Ali Sera (Politisi)
- Narji (Pelawak)
Sumber:
Tania Harefa, Nia Rinda, et al. "Faksi dalam Konflik Internal Partai Keadilan Sejahtera di Provinsi Bali." Politika Udayana, vol. 1, no. 2, 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H