Mohon tunggu...
Harrist Riansyah
Harrist Riansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lulusan Jurusan Ilmu Sejarah yang memiliki minat terhadap isu sosial, ekonomi, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Upaya PAN agar Tetap di Parlemen

8 Maret 2023   15:00 Diperbarui: 8 Maret 2023   15:05 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketum PAN Zulkifli Hasan dalam berbagai acara PAN. (Sumber: Facebook Partai Amanat Nasional)

Elektabilitas sudah menjadi patokan utama setiap aktor politik dalam manuvernya untuk mempertahankan karir mereka dalam perpolitikan Indonesia. Tak hanya individu saja namun partai-partai besar maupun kecil sudah banyak yang terpengaruhi oleh hasil survei. 

Dalam banyak hasil survei mengenai elektabilitas partai politik yang akan bersaing merebut suara rakyat pada Pemilihan Legislatif  (Pileg) 2024 ada dua partai politik dalam parlemen berpotensi besar tidak lolos ambang batas parlemen 4% pada Pileg nanti. Kedua partai itu ialah Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dari segi PPP kemungkinan rendahnya elektabilitas ini tidak terlepas dari konflik internal beberapa bulan terakhir yang membuat kursi Ketua Umum PPP digantikan.

Jika PPP digerus oleh persaingan internal dalam partai berbeda dengan PAN yang internalnya cenderung kondusif dan Ketum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) yang diangkat menjadi Menteri Perdagangan yang mampu mengendalikan harga minyak goreng yang sempat naik secara gila-gilaan pada awal tahun 2022. Namun banyak pengamat yang berpendapat PAN banyak ditinggal oleh para pemilihnya karena memutuskan menjadi kubu pemerintah yang sebelumnya berada pada kubu oposisi. Hal tersebut yang membuat para pemilih yang merasa masih bersebrangan dengan pemerintah memilih untuk tidak kembali mendukung PAN.

Oleh karena itu PAN sendiri tentu tidak diam saja setelah ditinggal banyak pendukungnya. Berbagai cara dilakukan oleh partai ini untuk kembali menarik para pemilih untuk kembali atau memutuskan untuk memilih PAN. Jika melihat dari pemberitaan belakangan ini ada tiga cara partai ini untuk mendulang suara.     

Mendekati Kelompok tertentu

"Partai akan NU" dipetik dari bercandaan Yahya Cholil Staquf atau biasa dipanggil Gus Yahya yang merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam pidatonya di simposium Satu Abad NU yang digelar oleh PAN. Dalam pidatonya Gus Yahya mengatakan warga NU tidak haram untuk mendukung PAN yang dalam latar belakang berdirinya partai ini dipimpin oleh Ketua Umum Muhammadiyah Amien Rais dengan basis pemilih mayoritas warga Muhammadiyah.

Dari pernyataan itu PAN bisa dibilang mendapatkan "endorse" oleh Ketum PBNU untuk mendorong warga NU untuk memilih PAN meski dalam pidato lengkapnya Gus Yahya mengatakan ia bukan merupakan simpatisan PAN. Namun NU yang merupkan organisasi Islam terbesar di Indonesia sekaligus di dunia merupakan target penting untuk meraup suara pada setiap pemilihan umum manapun. Apalagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dianggap partainya orang NU sedang berselisih dengan Ketum PKB saat ini Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Dengan konflik tersebut partai manapun pasti akan mencoba kesempatan emas ini untuk mencuri suara NU yang dulu mayoritas berada di PKB bisa direbut oleh partai lain terutama partai berhaluan Islam.

PAN melihat hal ini dengan membuat acara untuk memperingati satu abad NU yang benar saja disambut baik oleh para petinggi NU yang akhirnya melontarkan pernyataan warga NU tidak haram untuk memilih PAN. Dengan begitu tentu PAN mengharapkan limpahan suara NU ke partainya demi mempertahankan posisinya di Parlemen.

Menarik Artis dan Tokoh Penting

Masuknya anak Venna Melinda, Verrel Bramasta, menambah deretan artis dan publik figur yang masuk kedalam partai ini. Diawal partai ini sempat disindir dengan sebutan "Partai Artis Nasional" saking banyaknya artis yang masuk kedalam partai ini. Belum berhenti sampai disitu mantan Ketum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wiranto, akan masuk PAN meski baru-baru ini Wiranto menepis isu tersebut. Lalu ada juru bicara muda PAN, Dimas Prakoso Akbar, mengatakan bahwa ada kedekatan antara mantan Ketua DPP PSI Tsamara Amany dengan Ketum PAN Zulhas dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PAN di Semarang, Jawa Tengah pada minggu lalu.

Lanjutnya Dimas mengatakan Tsamara sudah enjoy dengan kondisi internal PAN dan Proses masuknya Tsamara dalam partai biarkan terjadi secara natural. Tsamara sendiri sebenarnya sejak mundur dari PSI tidak terlihat keinginan atau kedekatan dengan partai manapun hingga perkataan Jubir Muda PAN ini.

Melihat manuver partai ini dengan menarik banyak tokoh publik dan artis masuk kedalam partai berlogo matahari ini sebagai langkah menarik suara khususnya kepada para penggemar tokoh-tokoh terkenal tersebut. Apalagi sistem pemilihan dengan proposial terbuka yang berlaku di Indonesia mendorong sosok tokoh mampu lebih menonjol dibandingkan oleh partai pengusungnya, hal ini yang dicoba dimanfaatkan PAN untuk menambah basis pemilih mereka.  

Mengusung Sosok terkenal

Ketum Zulhas yang dalam pidatonya dalam Rakornas dan Workshop PAN di Semarang minggu lalu secara terang-terangan menebar kode dukungan kepada sosok Gubernur jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri BUMN sekaligus Ketum PSSI, Erick Thohir sebagai pasangan capres-cawapres yang ingin diusung oleh PAN.

Hal ini banyak direspon banyak pihak terutama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri antara PAN, PPP, dan Partai Golkar (Golongan Karya), meski semula dianggap sebagai sekoci Ganjar, tetapi banyak pengamat yang memprediksi pihak Golkar kurang menyambut baik pernyataan ini karena Golkar sendiri masih teguh mengusung Ketum mereka Airlangga Hartanto.

PAN sendiri imbas pernyataan Zulhas tersebut akan mencoba meminta izin kepada PDIP selaku partai dinaungan Ganjar berada untuk mendukung ide tersebut. PDIP sendiri meski tidak perlu melakukan koalisi karena memenuhi ambang batas pencalonan presiden yaitu 20% kursi DPR RI masih mendukung keputusan dari Ketum Megawati Soekarnoputri sebagai pemilik hak prerogatif dalam menentukan calon yang akan diusung oleh partai banteng tersebut.

Manuver Ketum Zulhas sendiri ditanggapi banyak pihak sebagai upaya mendapatkan efek ekor jas (coattail effect) dengan mengumumkan dukungan mereka kepada sosok capres-cawapres tertentu, terlebih lagi dalam survei elektabilitas sosok Ganjar Pranowo memiliki elektabilitas yang lebih tinggi dibandingkan oleh partainya. Hal ini wajar mengingat para pemilih di Indonesia masih terpengaruh kepada sosok tokoh dibandingkan hal lain. Lantas PAN sepertinya ingin mengharapkan hal tersebut dengan menjadi partai pertama yang mengumumkan dukungannya terhadap Ganjar-Erick, meski PSI sempat mendeklarasikan pasangan Ganjar-Yenny Wahid yang direspon negatif dari pihak PDIP.

Melihat ketiga upaya PAN ini masih ada kemungkinan PAN membuat upaya baru jika dalam hasil survei selajutnya kesemua upaya tersebut masih belum mampu mendokrak elektabilitas partai tersebut demi mempertahankan eksistensi mereka di Parlemen dan parpolitikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun