Selain harus berusaha memenuhi ambang batas suara partai ini juga harus menghadapi permasalahan pedanaan yang menjadi salah satu alasan mengapa partai ini berhenti dalam kontestasi politik di Indonesia.Â
Hal sangat sulit bagi Partai Buruh karena berbeda dengan partai-partai mapan yang memiliki pendanaan yang besar dari kalangan pengusaha dan masyarakat luas, Partai Buruh di Indonesia masih sangat bergantung pendanaannya dari iuran kader-kader mereka yang juga berasal dari serikat-serikat buruh yang tentu saja dibandingkan dengan partai besar di Indonesia Partai Buruh sangat kalah bersaing dari segi finansial partai.
Namun terlepas dari peluang dan hambatan yang dilalui sekarang tengah dihadapi oleh partai ini, jika kita melihat partai ini lebih jauh lagi mungkinkah Partai Buruh di Indonesia bisa menguasai DPR atau dibilang mendapatkan suara terbanyak dalam Pileg yang akan datang?Â
Sebenarnya berkuasanya Partai Buruh di parlemen bukan merupakan hal baru dalam politik sebuah negara, setidaknya ada dua negara yang dibilang sebagai negara yang demokratis di mana Partai Buruh merupakan partai besar di sana yang tidak jarang menguasai parlemen dalam kurun waktu yang cukup lama.
Dua negara itu ialah Australia dan Inggris.
Di Australia sendiri nama partai buruhnya ialah Australian Labor Party (ALP) yang merupakan partai politik tertua di Australia yang berdiri sejak 1890-an.Â
ALP lebih merupakan partai yang bersifat sosialis kiri yang memiliki karakteristik sebagai partai yang sentralistis dan memiliki disiplin organisasi yang paling kuat dari pada partai-partai politik lain di Australia.Â
ALP banyak mendapat dukungan dari kalangan pekerja kasar dan serikat-serikat buruh yang juga turut membantu keuangan partai tersebut.Â
ALP juga beberapa kali berhasil menjadikan anggotanya sebagai Perdana Menteri Australia seperti Gough Whitlam (1972-1973), Bob Hawke (1983-1991), Paul Keating (1991-1996), Kevin Rudd (2007-2010, 2013), Julia Gillard (2010-2013), dan terakhir merupakan Perdana Menteri Australia saat ini yaitu Anthony Albanese yang menjabat sejak Mei 2022.
Sedangkan di Inggris, partai buruh di sana (Labour Party) merupakan partai yang sangat kuat, hal ini terlihat pada Pemilu Inggris yang dilaksanakan tahun 1945 (pasca Perang Dunia II berakhir di Eropa).Â
Pada saat itu Partai konservatif yang diwakili oleh PM Winston Churchill yang memiliki peranan yang besar dalam berakhirnya Perang Dunia II di Eropa justru harus kalah dengan lawannya Clement Attlee yang berasal dari Partai Buruh yang kemudian menduduki posisi PM Inggris dari tahun 1945-1951.Â