Mohon tunggu...
Harrista Psikolog
Harrista Psikolog Mohon Tunggu... Psikolog - psikolog klinis

psikolog klinis

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Quo Vadis Pelestarian Puspa dan Satwa Nusantara?

5 Januari 2025   22:12 Diperbarui: 7 Januari 2025   09:59 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hutan. (Sumber: FREEPIK/SCWORKSPACE via kompas.com)

Situasi yang kini dihadapi seluruh dunia telah mencapai "titik yang tidak bisa kembali". Hal ini bisa dirasakan dan dilihat bahwa planet bumi telah merasakan dampak pemanasan global yang luar biasa.  Ini memang menyedihkan, tetapi begitulah adanya. 

Pemanasan global harus ditanggapi dan disikapi sebagai masalah serius. Perubahan iklim saat ini bisa menjadi jalan menuju kematian. Krisis yang dihadapi kekayaan hayati di Indonesia adalah tantangan serius yang memerlukan perhatian dan tindakan segera. 

Keanekaragaman hayati yang kaya ini adalah warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang. Upaya pelestarian harus melibatkan semua lapisan masyarakat, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan individu.

Dalam kaitan itu saya mengingatkan kembali pada seruan pemimpin gereja Katolik tertinggi yaitu Paus Fransiskus yang telah membuat seruan untuk pelestarian alam. 

Pada 2015, Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik yang membahas keberlanjutan kehidupan Bumi bertajuk Laudato Si (Terpujilah Engkau). Isi seruan ensiklik ini adalah bersama-sama melindungi Bumi sebagai "rumah kita bersama". 

Lewat ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus membuat seruan terhadap krisis lingkungan yang perlu disadari benar oleh manusia sendiri. 

Hal ini tertuang pada paragraf 101, yaitu Paus Fransiskus menegaskan bahwa kesadaran lingkungan tak berguna tanpa "menggambarkan gejala-gejala krisis ekologis tanpa mengakui akarnya dalam manusia".

Apa yang bisa dicermati bersama dari ensiklik Laudato Si ini untuk keberlanjutan Sumber daya di bumi nusantara? Ada tiga poin yang akan kita cermati bersama, yaitu:

"Pertama, potensi kerusakan lingkungan. Yang bisa kita saksikan bersama bahwa iklim yang berubah, polusi udara dan air, kebiasaan buang sampah sembarangan muncul sebagai ulah manusia dengan sadar maupun tanpa sadar. 

Sumber daya yang dapat diperbaharui dan yang tak dapat diperbaharuipun pun juga semakin menipis. Sumber daya yang seharusnya dimanfaatkan untuk peningkatan dan kesejahteraan semua masyarakat telah dieksploitasi oleh segelintir manusia untuk kepentingannya sendiri dan kelompoknya menjadi semakin tak terkendali. 

Eksploitasi sumber daya yang dilakukan sudah melebihi batas maksimal, dilain sisi bangsa Indonesia belum memecahkan masalah kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi, perkembangan kemampuan teknis, penyebaran arus informasi yang masih bias.

Contoh lain lagi bisa dilihat dari pemberitaan di seputar pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Menurut Akbar (2024) terdapat 440 spesies teridentifikasi berstatus rentan, kritis, serta terancam punah dan  sehingga upaya konservasi sangat diperlukan di area IKN. 

Ini semua sudah terjadi jauh sebelum pembangunan IKN dimulai lewat proses pendudukan, penguasaan, dan mengusahakan areal di kawasan hutan konservasi secara tidak sah, untuk kepentingan subsisten maupun komersial seperti kegiatan penebangan liar dan perluasan perkebunan kelapa sawit, juga kondisi hutan yang terbakar secara berkala, kegiatan pertambangan ilegal dimana semuanya telah banyak mengubah wajah hutan Kalimantan.

Sumber gambar: stablediffusionweb.com
Sumber gambar: stablediffusionweb.com

Pada kondisi yang lain Keanekaragaman hayati di Indonesia dimana juga mencakup berbagai spesies endemik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. 

Salah satu contohnya orangutan, yang hanya dapat ditemukan di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, serta harimau Sumatera yang kini terancam punah dengan populasi tersisa sekitar 400 ekor (IUCN, 2021). Selain itu, bunga Rafflesia arnoldii, yang dikenal sebagai bunga terbesar di dunia, juga merupakan salah satu contoh spesies unik yang terancam akibat perusakan habitat. 

Penyebab mereka menjadi spesies terancam punah adalah perusakan habitat. Menurut data Global Forest Watch, Indonesia di tahun 2000-2008 ternyata sekitar 1,1 juta hektar hutan hilang setiap tahunnya. 

Beberapa penyebabnya merupakan aktivitas manusia seperti pembalakan liar, konversi lahan untuk pertanian, dan masifnya pembangunan infrastruktur yang digaungkan sebagai pemerataan pembangunan. 

Terdapat 50% hutan di Indonesia telah hilang dalam beberapa dekade terakhir yang didapat dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Perusakan habitat ini tidak hanya berdampak pada spesies endemik, tetapi juga mengganggu ekosistem secara keseluruhan.

Perburuan liar juga menjadi masalah serius dalam keberlangsungan dan keberlanjutan spesies. Dalam suatu laporan TRAFFIC, disajikan data bahwa lebih dari 1.000 spesies satwa dan puspa dilindungi terancam oleh perdagangan ilegal. 

Berikutnya kebanyakan satwa diburu untuk diambil bagian tubuhnya yang bernilai ekonomi. Di Pulau Kalimantan, terdapat perkiraan 50% dari populasi orangutan berkurang dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Ini diakibatkan kondisi perusakan habitat asli satwa dan perburuan satwa ilegal. Hal ini menunjukkan bahwa sungguh keberlangsungan spesies sangat terancam.

Kedua, privatisasi atau pengikutsertaan faktor dan aktor non negara terhadap pengelolaan sumber daya. Dimana terlihat adanya berbagai usaha menjadikan sumber-sumber daya menjadi milik pribadi demi kepentingan ekonomi dan politik. 

Contoh saja kekayaan hayati di lautan Indonesia telah digunakan untuk kepentingan-kepentingan sesaat yang merugikan nelayan dimana kekayaan laut sering dieksploitasi.  Lewat UU Cipta Kerja, berbagai penanaman modal asing (PMA) di sektor perikanan tangkap diperbolehkan lagi. 

Setelah kebijakan ini diberlakukan, kapal-kapal di atas 30GT semakin bertambah dan eksploitasi hasil laut meningkat. Privatisasi laut juga lewat kebijakan Penangkapan Ikan Terukur yang memberikan industri skala besar empat zona eksklusif untuk menangkap ikan (Choir, 2023).

Karenanya itu perlu diperhatikan apa yang disampaikan seorang tokoh agama katolik yaitu Paus Fransiskus yang mengajak manusia untuk melihat kembali dunia sebagai rumah bersama, bumi dan makhluk hidup sebagai saudari. Karenanya segenap pendekatan pembangunan seharusnyalah terdesain untuk memuliakan dan melindungi keberlanjutan bumi. 

Selanjutnya, pemuliaan masyarakat yang telah terbukti dalam menjaga kelestarian alam, diantaranya, masyarakat pesisir yang melindungi dan mengelola sumber daya laut agar senantiasa lestari. 

Masyarakat pesisir diberdayakan dan bisa mewakili dirinya di dalam forum-forum pengambilan keputusan penting terkait dengan masa depan pesisir, laut, dan pulau kecilnya.

Ketiga, mewujudkan jalan ekologi yang integral. Sebuah impian untuk dijadkan gerakan bersama dalam semangat untuk mencintai alam, menjadikan alam sebagai bagian dari hidup manusia. 

Dengan peningkatan populasi dan kebutuhan hidup manusia, serta dengan perkembangan industrialisasi, dampak kegiatan manusia pada kondisi dan dinamika keanekaragaman hayati semakin besar. 

Kebutuhan yang meningkat sering kali menyebabkan kurang diindahkannya pertimbangan lingkungan; pemanenan hasil alam berupa hasil hutan dan perikanan sering kali hanya mempertimbangkan pemenuhan bahan baku industri dan kebutuhan masyarakat dalam jangka pendek. 

Karenanya diperlukan pendidikan ekologis supaya masyarakat Indonesia bisa tergabung dalam "kenusantaraan ekologis": dimana segenap warga negara Indonesia yang mencintai bangsa dan negara Indonesia berusaha terus menerus untuk melestarikan dan menjaga ketahanan alam Indonesia. Membangun bumi dan menjaga alam di nusantara tercinta ini tetap lestari menjadi tanggung jawab semua komponen dan masyarakat Indonesia.

Melalui peningkatan kesadaran, pendidikan, dan kolaborasi, bangsa ini diyakini dapat menciptakan perubahan positif. Teknologi modern juga memberikan alat yang berharga untuk memantau dan melindungi spesies terancam. Dalam menghadapi ancaman ini, setiap tindakan kecil dapat memiliki dampak besar. 

Jadi dengan semangat kolektif dan komitmen untuk melindungi lingkungan, kita dapat memberikan masa depan yang lebih baik bagi kelangsungan dan keberlanjutan keanekaragaman hayati di Indonesia. 

Kini saatnya untuk bertindak, karena masa depan keanekaragaman hayati kita ada di tangan kita. Mari bersama-sama menjaga warisan alam yang tak ternilai ini demi kelangsungan hidup spesies-spekies yang terancam punah lewat berbagai tindakan berikut:

Mengfungsikan berbagai fungsi ekologis dan pengawetan plasmanutfah. Terdapat kawasan yang berfungsi untuk penelitian, pendidikan, perlindungan dan kegiatan ekstraksi.  Juga dikembangkan pusat konservasi sebagai hasil studi pusat keanekaragaman hayati unggulan.

Pemanfaatan dan rehabilitasi lahan-lahan kritis

Lahan-lahan pertanian dikelola untuk mengoptimalkan produktivitas jangka panjang dengan mengurangi bahan kimiawi sistesis untuk pemupukan dan pengendalian hama-penyakit

Pengelolaan Daerah aliran sungai (DAS) dari mata air di gunung hingga laut dimana dalam prosesnya melintasi berbagai tata guna lahan

Konservasi daerah pesisir pantai untuk menjaga produktifitas perikanan. Misal terumbu karang, mangrove, pantai dan elemen lainnya

Program Edukasi bagi generasi Alpha dan Beta dengan meningkatkan program pendidikan tentang pentingnya keanekaragaman hayati di sekolah-sekolah menuju Indonesia emas 2045

Dibentuknya kelembagaan berbasis masyarakat sebagai pendukung konservasi keanekaragaman hayati. Mendorong masyarakat untuk terlibat dalam program konservasi lokal dan mendukung lembaga swadaya/ NGO yang bekerja di bidang ini.

Pemerintah berkomitmen untuk mendanai dan mendukung inisiatif pelestarian yang efektif.

Semoga generasi emas Indonesia dapat senantiasa mewarisi kekayaan alam Indonesia yang tak ternilai ini.

Daftar Pustaka

Akbar, P.M. (2024,12 April). Menjaga Keseimbangan dan Keanekaragaman Hayati di IKN. Diakses pada 05/01/2025 dari https://www.republika.id/posts/51973/menjaga-keseimbangan-dan-keanekaragaman-hayati-di-ikn

Choir, M. (2023, 1 November). Empat tahun Kebijakan Maritim Jokowi: Ocean For Sale. Diakese pada 05/01/2025 dari https://dfw.or.id/empat-tahun-kebijakan-maritim-jokowi-ocean-for-sale/

IUCN 2021 : International Union for Conservation of Nature annual report. Diakses pada 05/01/2025 dari https://iucn.org/resources/annual-reports/iucn-2021-international-union-conservation-nature-annual-report

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun