Situasi yang kini dihadapi seluruh dunia telah mencapai "titik yang tidak bisa kembali". Hal ini bisa dirasakan dan dilihat bahwa planet bumi telah merasakan dampak pemanasan global yang luar biasa. Â Ini memang menyedihkan, tetapi begitulah adanya.Â
Pemanasan global harus ditanggapi dan disikapi sebagai masalah serius. Perubahan iklim saat ini bisa menjadi jalan menuju kematian. Krisis yang dihadapi kekayaan hayati di Indonesia adalah tantangan serius yang memerlukan perhatian dan tindakan segera.Â
Keanekaragaman hayati yang kaya ini adalah warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang. Upaya pelestarian harus melibatkan semua lapisan masyarakat, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan individu.
Dalam kaitan itu saya mengingatkan kembali pada seruan pemimpin gereja Katolik tertinggi yaitu Paus Fransiskus yang telah membuat seruan untuk pelestarian alam.Â
Pada 2015, Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik yang membahas keberlanjutan kehidupan Bumi bertajuk Laudato Si (Terpujilah Engkau). Isi seruan ensiklik ini adalah bersama-sama melindungi Bumi sebagai "rumah kita bersama".Â
Lewat ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus membuat seruan terhadap krisis lingkungan yang perlu disadari benar oleh manusia sendiri.Â
Hal ini tertuang pada paragraf 101, yaitu Paus Fransiskus menegaskan bahwa kesadaran lingkungan tak berguna tanpa "menggambarkan gejala-gejala krisis ekologis tanpa mengakui akarnya dalam manusia".
Apa yang bisa dicermati bersama dari ensiklik Laudato Si ini untuk keberlanjutan Sumber daya di bumi nusantara? Ada tiga poin yang akan kita cermati bersama, yaitu:
"Pertama, potensi kerusakan lingkungan. Yang bisa kita saksikan bersama bahwa iklim yang berubah, polusi udara dan air, kebiasaan buang sampah sembarangan muncul sebagai ulah manusia dengan sadar maupun tanpa sadar.Â
Sumber daya yang dapat diperbaharui dan yang tak dapat diperbaharuipun pun juga semakin menipis. Sumber daya yang seharusnya dimanfaatkan untuk peningkatan dan kesejahteraan semua masyarakat telah dieksploitasi oleh segelintir manusia untuk kepentingannya sendiri dan kelompoknya menjadi semakin tak terkendali.Â