Mohon tunggu...
Harris Usman Amin
Harris Usman Amin Mohon Tunggu... Lainnya - I am just an ordinary person

Menulis menyampaikan ide dan gagasan dan semoga bisa memberikan manfaat bagi negara dan bangsa. Amin....

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa dan Kepemimpinan Profetik

28 April 2022   15:25 Diperbarui: 28 April 2022   15:39 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan puasa dapat menjadi bulan latihan bagi seorang pemimpin untuk mengamalkan nilai-nilai agama dalam kepemimpinannya. Dalam kepemimpinan profetik, perilaku dan sifat nabi (Muhammad SAW) menjadi kiblat dalam bersikap dengan misi profetiknya mewujudkan humanisasi, liberasi dan transendensi. 

Dalam ilmu sosial profetik, humanisasi berarti memanusiakan manusia, menghilangkan "kebendaan", ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari manusia. 

Sementara itu, dalam bahasa agama, konsep humanisasi merupakan terjemahan kreatif dari al-amar bi al-ma'ruf, yang makna asalnya adalah menganjurkan atau menegakkan kebaikan. Dengan demikian, konsep al-amar bi al-ma'ruf mempunyai makna untuk selalu menganjurkan berbuat kebaikan terhadap sesama manusia dengan memperlakukan yang manusiawi.

Liberasi dalam bahasa agama sesuai dengan konsep alnahi 'an al mungkar yang bermakna melarang atau mencegah segala tindak kejahatan. Sementara itu, al-nahi 'an-mungkar adalah membebaskan manusia untuk tidak melakukan perbuatan kejahatan yang dapat mencela harkat dan martabat manusia. 

Nilai-nilai liberatif dalam konteks ilmu sosial profetik memiliki tanggung jawab profetik untuk membebaskan manusia dari kekejaman kemiskinan, pemerasan kelimpahan, dominasi struktural yang menindas, dan hegemoni kesadaran palsu. Transendensi dalam profetik di samping berfungsi sebagai dasar nilai bagi praksis humanisasi dan liberasi, juga berfungsi sebagai kritik. 

Menurut Kunto "beriman kepada Allah" berarti transendensi, Transendental dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti menonjolkan hal-hal yang bersifat kerohanian; sukar dipahami; gaib; abstrak. Nilai transendental ada dan dimiliki oleh agama, yang merupakan hubungan antara manusia dan Tuhannya.

Melalui puasa di bulan Ramadhan, setiap muslim digembleng untuk menjadi umat yang melaksanakan yang makruf dan menjauhi yang munkar. Misi humanisasi, liberasi dan transendensi telah ada dalam nilai-nilai puasa, seperti memberikan zakat, bersedekah, melaksanakan shalat tarawih serta ibadah-ibadah lainnya. 

Jika umat muslim berpuasa dengan benar selama sebulan penuh maka umat muslim dapat terbiasa melaksanakan nilai-nilai kepemimpinan profetik serta menerapkannya dalam sebuah organisasi, keluarga ataupun diri sendiri. Semoga ibadah puasa di tahun ini (1443 H) dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang mengamalkan nilai-nilai agama dalam mencapai misi humanisasi, liberasi, dan transendensi. Amin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun