[caption caption="Semua serba digital (Foto : Harris Maulana)"][/caption]
Saat ini dan beberapa tahun ke depan peran dunia digital berbasis internet akan semakin menggerus keberadaan dunia analog atau mainstream yang selama beberapa dekade terakhir ini berkuasa. Salah satu contohnya adalah media cetak yang mulai memudar kejayaanya. Beberapa media cetak baik asing maupun dalam negeri sudah mengumumkan pengundurannya. Mereka kalah oleh arus digital. Jangankan menambah oplah, mempertahankan yang ada saja sulit. Sekarang orang lebih suka membaca berita lewat internet dengan menggunakan smartphone dibanding membaca koran atau majalah. Selain lebih praktis, juga tidak perlu mengeluarkan biaya alias gratis. Dunia digital hanya membutuhkan jaringan internet yang mumpuni dan kuota internet yang banyak.
Tidak hanya media cetak yang terkena imbas, dunia musik dan film pun demikian. Baru-baru ini, sebuah group produksi CD dan DVD yang dulu sangat berkibar dan berjaya, mulai menutup jaringan tokonya karena tidak laku. Para penikmat musik lebih suka membeli lagu di aplikasi. Demikian juga dengan menonton film dapat berlangganan layanan video yang menyajikan berbagai film favorit. Dan lagi-lagi hanya membutuhkan internet dengan jaringan bagus dan kuota berlimpah. Masih banyak lagi “korban-korban” arus digital seperti jaringan belanja online yang membuat malam orang belanja ke mall. Karena selain lebih murah karena tidak ada pajak, juga praktis karena barangnya langsung dikirim ke rumah.
Dengan adanya layanan yang serba online ini tentu ada potensi untuk mengambil keuntungan di dunia digital. Berbagai cara dilakukan untuk meraup keuntungan, mulai dari cara legal hingga ilegal. Cara legal dengan melakukan “penambangan” di dalam transaksi di internet. Modusnya adalah menjaring recehan dari sisa transaksi yang dilakukan. Memang sih jumlah uang yang ditambang hanya recehan tidak lebih dari 100 sen, tapi jika transaksinya berjumlah jutaan tentu hasil tambangnya juga akan bertambah banyak.
Selain cara legal, ada juga cara ilegal yaitu dengan cara membobol password, memalsukan nomor kartu kredit yang banyak dilakukan oleh para hacker. Keamanan untuk layanan mobile dan online menjadi semakin penting dengan meningkatnya teknologi mobile computing. Salah satu kekhawatiran dan fokus utama terkait dengan keamanan informasi pribadi dan profesional yang kini disimpan dalam ponsel pintar.
Setiap hari, semakin semakin banyak pengguna perorangan dan organisasi yang menggunakan ponsel pintar sebagai alat komunikasi utama, serta alat untuk mengelola kehidupan pribadi dan profesional mereka. Mereka beralih dari komputer atau notebook yang selama satu dekade terakhir menjadi andalan dalam bertransaksi. Smartphone dipercaya akan menggantikan peran komputer atau notebook. Bahkan sebuah produsen elektronik terkenal sudah menutup produksi untuk notebook dan fokus menggarap smartphone.
Persoalannya saat ini adalah bagaimana cara “aman”agar kita terhindar dari upaya jahat para cyber crime dan hacker? Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat diterapkan.
1. Merekam tampilan layar konfirmasi pembayaran, dapat dilakukan dengan cara capture dan dijadikan bukti klaim pembayaran.
2. Menggunakan antivirus, walaupun agak ribet dan memakan waktu, antivirus cukup efektif menangkal spam dan malware yang menggangu
3. Mengunduh apps yang dikembangkan oleh developer terpercaya, bisa dilihat dari komentar pengguna app tersebut, jumlah orang yang sudah download. Tidak masalah jika app berbayar yang penting bisa dipercaya.
4. Tidak menggunakan layanan wifi terbuka, karena kadang menjadi celah spam dan malware masuk ke dalam system.