Mohon tunggu...
Harri Fajri
Harri Fajri Mohon Tunggu... -

Graduate student at the department of International Relations UGM. Movie addict.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Kematian

19 Oktober 2010   06:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:18 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dan tiba-tiba

datang lah secarik kertas nan turun dari langit sana

Tiba-tiba pula

suasana menjadi riang gembira

penuh sukacita

semua bertepuk tangan

sorak-sorak bergembira

Rupa-rupanya

seorang kepala umat berperawakan tua baru saja membacakannya

dengan penuh semangat

dengan penuh gelora

Sekelompok orang tuli kemudian mendekati podium

tempat imam sedang berdiri dan bersuka

mereka ingin tau

apa yang sedang dirayakan manusia

Seseorang yang tidak bisa mendengarkan apa-apa berjalan lebih dekat

Curi-curi ia membaca surat dari balik badan sang imam

Setangah mati, ia terkejut

mendapati dalam baris perihal, ia membaca

"Berita Kematian Tuhan."

Ia menyampaikan kepada rekan-rekanya dengan isyarat seadanya

Keharuan membuncah

Namun lebih cepat keheranan menyumbat saluran air mata

"Kenapa manusia justru tertawa?"

Mereka masih bertanya-tanya

Sedangkan imam melanjutkan pembacaan surat dengan sebuah pidato singkat

"Tuhan telah mati! Dan kita tidak perlu beribadah lagi."

Umat bergembira

orang-orang tuli tidak mendengarkan apa-apa.

Lalu beranjak dari perayaan

menemukan mereka berada di tempat yang salah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun