Mohon tunggu...
Siti Suharni
Siti Suharni Mohon Tunggu... Editor lepas - Suka menulis

ibu rumah tangga yang suka baca dan film India

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KDRT dan Dilemanya: Perempuan Harus Berdaya!

21 Agustus 2024   12:56 Diperbarui: 21 Agustus 2024   16:37 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan pertama karena takut. Perempuan merasa khawatir dan terancam karena suaminya melancarkan intimidasi terus-menerus disertai ancaman.

"Kalau kamu berani macam-macam, berani lapor atau cerita ke keluargamu, nanti kuginiin. Sekarang cuma kamu yang kena, nanti keluargamu ikut kena juga. Aku hancurin keluargamu!" ujarnya menirukan respons pasangan pelaku KDRT kepada korban.

Ancaman dan kekerasan berulang itulah yang menggerogoti kepercayaan diri sang istri. Lama-lama istri kehilangan jati dirinya, pupus kepercayaan dirinya dan itu sangat berbahaya.  

Tak ada support system 

Alasan kedua istri enggan melapor adalah karena tidak punya sistem support di dekatnya. Para korban kebingungan harus ke mana mengutarakan keluhan. Mengadu ke mana yang aman? Jangan-jangan kalau curhat, masalahnya malah jadi memuncak karena pendengar itu tak amanah.

Bahkan ada beberapa kasus, ketika mengadu kepada keluarga besar sendiri, istri malah diminta bersabar dan kembali kepada suaminya dengan anggapan KDRT itu adalah cobaan berkeluarga.

"Enggak, itu salah! Itu tindakan kriminal. Termasuk tindakan pidana," kata Bu Zaitun menanggapi KDRT yang seakan dinormalisasi sebagai bagian dari problem keluarga.

Tidak punya kemandirian

Alasan berikutnya perempuan enggan melaporkan KDRT adalah lantaran khawatir sokongan ekonomi atau nafkah akan dihentikan. Masalah kian pelik kalau sudah ada anak. Jika harus bercerai, anak biasanya ikut istri dan istri belum siap dengan kondisi ini. Tak mungkin ia menuntut nafkahsaat sudah berpisah karena traumatis dengan sosok suaminya.

Kemandirian juga erat kaitannya dengan sikap berdaya. Perempuan harus bisa berdaya dalam arti punya kemampuan ekonomi dan kematangan emosi. Agar ia bisa mengambil keputusan taktis saat dihadapkan pada KDRT. Jangan sampai dihimpit dilema.

Perempuan masa kini pandai

Bu Zaitun meyakini bahwa perempuan masa kini rata-rata pintar. Mereka tahu how to survive. Banyak hal bisa dikerjakan untuk mendapatkan penghasilan tanpa harus meninggalkan rumah. Jadi, anak tetap bisa dipegang.

Untuk bisa mencapai kondisi berdaya, perempuan harus belajar untuk tegas dan siap mengambil keputusan tersulit. Seperti kata Mbak Dian bahwa sikap berdaya tidak selalu mudah walaupun perempuan punya pendapatan.

Perempuan mandiri di era teknologi (Foto: Pexels/Mikhail Nilov)
Perempuan mandiri di era teknologi (Foto: Pexels/Mikhail Nilov)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun