Mohon tunggu...
Siti Suharni
Siti Suharni Mohon Tunggu... Editor lepas - Suka menulis

ibu rumah tangga yang suka baca dan film India

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengapa Editor Kalah Tenar dari Penulis Buku?

6 Juni 2024   06:59 Diperbarui: 6 Juni 2024   07:18 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si sulung baca buku di luar gedung book fair di Surabaya (Dok. pri)

Tak heran jika syarat berikutnya adalah dia wajib punya kemampuan menulis. Menyunting bukan cuma cari kesalahan ketik atau menyesuaikan ejaan dengan KBBI. Lebih dari itu, ia bisa membaca kedigdayaan sebuah ide lewat penyajian yang terstruktur dan luwes sehingga dapat menggerakkan pembaca lewat tulisan tersebut.  

Kepekaan dalam berbahasa tak bisa ditawar lagi sebab pengemasan atau pengolahan naskah membutuhkan proyeksi serapan pasar, termasuk menjauhkan muatan pornografis atau isu sensitif yang berbahaya bagi masyarakat.

"Kalau ingin serius, bersahabatlah dengan kamus dan tesaurus," ujar Rudi lebih lanjut. 

Kamus untuk mengecek ejaan terkini, sedangkan tesaurus untuk membantu menemukan sinonim atau padanan kata agar tulisan lebih hidup dan tidak monoton.

Karena banyak berhubungan dengan penulis atau calon penulis, maka seorang editor juga dituntut punya communication skill yang mumpuni. Selain menjaga hubungan baik dengan penulis, editor juga kadang mesti berkomunikasi dengan pembaca lewat bedah buku atau media sosial.

Lebih bagus lagi jika ia cakap berbahasa asing (minimal bahasa Inggris) untuk membekalinya keterampilan bergaul, misalnya saat ikut pameran buku di luar negeri dan bertemu penerbit atau editor asing.

Khusus untuk editor akuisisi, kejelian untuk membaca kebutuhan pasar jadi syarat mutlak. Karena dia punya tugas memilih dan meloloskan mana judul yang bisa diterbitkan atau ditolak dengan catatan.

Selain itu, editor haruslah banyak membaca buku, menonton film, mengonsumsi berita, dan mengikuti tren di medsos untuk konteks masa sekarang. Dari sana sumber ide muncul, intinya banyak peluang untuk digarap sesuai kebutuhan pembaca.

Kalah pamor dari penulis

Dengan syarat seperti itu, bagaimana cara kita mengenalkan profesi editor kepada anak-anak Gen Z karena mereka tampaknya kurang familier. Demikian tanya Mbak Amma. Acara IG Live yang digelar Cak Kaji kemarin termasuk ikhtiar yang positif. Anak-anak zaman now sangat akrab dengan apa pun yang berbasis digital, sehingga acara yang bisa diakses di gawai akan diminati.

Sharing pengalaman sebagai editor
Sharing pengalaman sebagai editor

Bisa juga diadakan sharing seputar profesi editor yang lagi-lagi memang kurang populer karena dibanding penulis atau penerjemah. Misalnya lewat Zoom atau kulwap (WhatsApp) dengan latihan editing sekaligus. Praktik akan menuntun pada kecintaan asalkan dikelola dengan menarik. Syukur-syukur di akhir kelas, peserta terbaik mendapatkan job tipis-tipis. Win-win solution kan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun