“Namun, kami sadar diri dan sadar posisi. Sastra (memang) belum menjadi isu vital bagi masyarakat. Revolusi masih seputar mengisi perut. Untuk itu, kami pun tak pernah berekspektasi yang lebih,” tutur Heri dengan nada miris, tapi tetap menyiratkan optimisme.
Ketika mengungkapkan hal itu, Heri masih tetap optimistis bahwa kegiatan KLM setidaknya mampu membangkitkan semangat dan menyalakan harapan untuk bersama-sama menyemai bibit literasi dan merawat kearifan lokal melalui sastra hingga ke desa-desa.
Spirit literasi dan kearifan lokal ini dilakukan sesuai dengan kapasitas dan aktivitas masing-masing pribadi, mulai dari ranah keluarga, sekolah/kampus hingga masyarakat.
Heri yang pernah meraih penghargaan Prasidatama dari Balai Bahasa Jawa Tengah sebagai Pegiat Bahasa dan Sastra tahun 2014 ini pun sadar bahwa membangun sebuah komunitas harus didukung jejaring dan lingkungan sekitar.
“Prinsip gotong royong menjadi pijakan kami. Kami sadar, kami tak kan bisa berbuat banyak bila kami sendirian,” tegas Heri. Ini sekaligus menegaskan pula bahwa hanya dengan sinergi semua bisa bergerak maju dan lebih mudah.
Saling support antarsesama jejaring komunitas dan masyarakat sekitar untuk memperluas jangkauan sastra, misalnya ditunjukkan oleh KLM dengan menggelar bedah sastra secara daring pada akhir tahun 2021 yang menggandeng Komunitas 127 Line.net, sebuah komunitas anak muda pecinta skateboard.
Agar menjaring banyak peminat, bedah buku sastra daring dilakukan di taman dekat warnet komunitas tersebut dengan memanfaatkan layar lebar melalui telekonferensi. Bedah buku berlangsung menarik dengan kehadiran sejumlah narasumber: Ally Dalijo di Hongkong, Sigit Susanto di Swiss, dan komunitas sastra di Lebak, Banten.
Menikmati Sastra Menabur Kepekaan dan Keindahan Rasa; Inspirasi dari Heri
Pantaslah jika Heri diganjar penghargaan Satu Indonesia Awards pada tahun 2011 untuk kategori pendidikan. Munculnya nama Heri sebagai salah satu dari enam pemenang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards menunjukkan bahwa pendidikan bukan melulu menyangkut proses belajar di kelas atau bangku sekolah. Penyemaian nilai baik dan penumbuhan budaya positif —sebagaimana yang diyakini Astra, salah satunya lewat sastra juga tak kalah penting.
Heri Chandra Santoso, sosok dengan kepribadian yang ramah dan berpenampilan bersahaja itu sudah bergerak dan menolak untuk berhenti. Kecintaannya pada dunia sastra menjadikannya terus semangat hingga mampu melewati rentang waktu 15 tahun lebih. Komunitas Lereng Medini saat ini masih tetap eksis berdiri untuk menemani mimpi besar generasi muda di Kendal, Jawa Tengah.