Mohon tunggu...
Siti Suharni
Siti Suharni Mohon Tunggu... Editor lepas - Suka menulis

ibu rumah tangga yang suka baca dan film India

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tiga Modus Penipuan yang Kini Marak dan Wajib Diwaspadai

9 Mei 2023   19:13 Diperbarui: 9 Mei 2023   19:19 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Awas penipuan digital mengintai. (Foto: pexels/Tara Winstead)

Beberapa pekan terakhir, kabar penipuan berseliweran di lini masa, salah satunya di Twitter yang memang sesak oleh status dan berita macam-macam. Orang-orang yang mengeluh karena menjadi korban penipuan termasuk di antaranya.

Modusnya bermacam-macam, tapi muaranya satu yakni merugikan orang. Tanpa seizin mereka, uang pun melayang. Bukan cuma ratusan ribu tapi hingga puluhan juta yang tentu sangat menyedihkan.

1. Modus reward untuk tugas bertingkat

Ini berita paling baru yang dibahas para pencuit di Jagad Burung Biru. Saya bisa ceritakan sebab kasus serupa hampir menimpa suami saya. Menurut tautan di Twitter tersebut, seorang wanita mengaku rugi 21 juta karena tergiur oleh reward yang diberikan. Untunglah sang suami bukan menyalahkan, tapi menenangkannya.

Semua ia dimasukkan ke dalam sebuah grup di Telegram. Di sana admin mengajak member untuk melakukan serangkaian tugas mudah dengan iming-iming reward yang menggiurkan. 

Tugas pertama berupa memberikan like atau subscribe pada akun medsos dengan tujuan meramaikan atau menambah follower. Untuk tugas ini member yang merampungkan tugas segera mendapat bayaran sekian belas ribu. Pada kasus suami saya, member dijanjikan 18.000 sekian seketika tugas kelar.

Dan benar, member pun langsung menjapri admin dan berebut pamer tangkapan layar berisi transferan masuk. Patut diduga member yang berebutan pamer itu sebenarnya satu komplotan.

Singkat cerita, pada tugas kesekian, Mbak yang curhat d Twitter tempo hari harus menyetorkan dana sekian ratus ribu rupiah dengan iming-iming reward lebih besar. Dia termakan gombalan admin. Reward pun dijanjikan akan naik drastis jika yang disetor juga besar.

Kendati sudah lapor polisi, ia mengaku pasrah. Sebab modus kejahatan seperti ini sulit dilacak, atau kembali utuh uangnya. Apalagi uangnya disetor dalam akun crypto. Kecil harapannya.   

2. Klik file Apk atau gambar tak jelas

Modus kedua penipuan digital adalah penyebaran link yang disembunyikan dalam file Apk di platform WhatsApp. Bisa pula berupa gambar paket yang disamarkan sehingga penerima penasaran untuk mengetahuinya. Pengirim berpura-pura menjadi kurir yang akan mengirim paket. 

Siapa sih yang tak gembira menenrima paket walaupun sedang tak menanti karena sudah membeli di olshop? Inilah yang dimanfaatkan oleh para penipu atau scammer. Rasa ingin tahu yang tidak dilandasi nalar akan menyesatkan dan berujung pada kerugian akibat penipuan.

Kadang ada pula yang mengirimkan file Apk betuliskan undangan seperti yang juga dialami oleh suami saya. Kalau sudah begini, abaikan saja. Segera blokir dan hapus pesan itu tanpa mengkliknya sama sekali. Karena data kita bisa bocor dan dipergunakan secara ilegal, termasuk peretasan ke akun finansial.  

3. Makelar barang elektronik  

Modus terakhir ini adalah penipuan di bidang perdagangan. Saya bisa ceritakan karena suami saya lagi-lagi pernah mengalaminya sendiri. Dan ternyata banyak dialami oleh teman bloger di mana-mana.

Modusnya, penipu mencatut nama dan foto seorang yang sudah dikenal oleh calon korban. Menggunakan nomor WhatsApp lain, penipu berharap bisa mengelabui penerima dengan modus tawaran jual beli barang elektronik.

Uniknya, pelaku penipuan seolah telah mempelajari gaya berbicara atau kebiasaan orang yang diaku saat berkomunikasi. Inilah yang kerap membuat korban terkecoh.

Mereka akan mengajak calon korban untuk menjual alat elektronik, seperti laptop dan kamera yang dibeli dengan harga murah dan oleh karena itu bisa dijual dengan keuntungan berlipat. Alasannya kantor penipu sedang cuci gudang dan ia butuh mitra yang punya modal.

kalau tergiur dan keburu transfer sebagai makelar, ya otomatis kita bakal tertipu. Barang tak akan pernah dikirimkan. Untungnya teman bloger yang diincar penipu itu segera menelepon nomor WhatsApp suami saya untuk mengonfirmasi ajakan kulakan barang. Ia pun selamat dari potensi kerugian.

Itulah tiga modus penipuan di dunia digital atau online yang meresahkan. Jangan lupa untuk berdoa saat mengakses gawai karena scammer dan fraudster mengintai dengan berbagai modus yang berubah-ubah. Perbanyak informasi mengenai transaksi digital dengan mengikuti akun resmi seperti LPS, Bank Indonesia, dan akun-akun finansial lainnya.

Pastikan mengecek berkali-kali sebelum mengambil keputusan apalagi mengirimkan uang dalam jumlah besar. Jika suatu hal terdengar terlalu mudah untuk dipercaya, misalnya dapat duit cepat atau keuntungan berlipat tanpa kerja keras, bisa diduga itu modus penipuan.

Berkonsultasilah dengan pasangan, keluarga besar, atau teman saat dirundung kecemasan, apalagi jika mendapat pesan aneh yang tidak kita nantikan. Daripada raib untuk penipu sialan, lebih baik uang ditabung untuk kebutuhan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun