Kedua anak kami memiliki kecenderungan minat yang berbeda sehingga perlu masing-masing didukung dengan buku-buku yang tentu juga berbeda.Â
Si sulung menyukai fiksi sedangkan si bungsu menyukai sains populer. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan juga mereka saling bertukar buku bacaan, misalnya karya Enid Blyton atau buku-buku lain yang menarik dan memperluas wawasan.
6. Jadwal membaca yang fleksibel
Mungkin poin inilah yang agak sulit bagi kami untuk diterapkan. Jika sudah larut dalam kegiatan membaca, apalagi buku yang sangat menarik, sering kali kami menjadi lupa waktu.Â
Bagaimanapun, disiplin waktu tetap harus diterapkan karena membaca perlu fokus agar bisa memahami isi bacaannya.Â
Kami memasukkan kegiatan membaca buku secara khusus di sela-sela jadwal harian yang lain. Hari libur menjadi hari yang memiliki keleluasaan karena waktu untuk membaca relatif lebih banyak dari hari biasa.
7. Buku istimewa untuk momen istimewa
Saat berulang tahun, mendapat prestasi tertentu, atau ketika melalukan perjalanan, krucil kami berikan buku-buku yang mereka sukai sebagai hadiah atau bekal perjalanan.Â
Buku itu akan menjadi hal yang spesial bagi mereka dan akan dibawa ke mana pun serta menjadi teman yang membuat mereka tidak bete ketika mereka mengalami hal-hal yang kurang nyaman.
8. Mengulas buku bikin haru
Saat family time, kami sering mengobrol atau berdiskusi tentang banyak hal. Mulai dari yang ringan hingga relatif berat. Di sela-sela obrolan tersebut, krucil kami sering mengutip hal-hal yang mereka jadikan referensi.Â
Nah, kami secara bergantian memancing mereka untuk menceritakan atau menjelaskan hal tersebut.Â
Dari kegiatan ini kami menyadari bahwa semakin banyak dan beragam buku yang telah mereka baca, hal itu turut melatih daya kritis dan nalar yang mereka miliki.Â
Bahkan saking detailnya, si bungsu kini memiliki kebiasaan baru mengedit teks-teks di buku yang menurutnya rancu dan memiliki editan yang kurang baik. Hadeuh, mungkin darah editor sudah menitis pada mereka. Entah kami harus sedih atau gembira.