Sebagai ibu, saya percaya bahwa sosok ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Melingkupi atmosfer membaca sejak bayi dalam kandungan juga termasuk dalam pola pendidikan dan parenting yang saya anggap sangat penting.Â
Oleh karena itu, kegiatan saya membaca buku memberi dampak yang luar biasa terhadap kebiasaan membaca krucil kami.Â
Atmosfer membaca bisa diciptakan dengan mengajak mereka berkunjung ke taman baca, perpustakaan daerah, atau momen-momen literasi.
3. Read aloud
Membacakan buku saat anak-anak berada pada masa keemasan (golden age) merupakan kegiatan yang berdampak sangat signifikan.Â
Meskipun belum bisa membaca, anak-anak yang terbiasa dibacakan buku oleh orangtuanya memiliki kemampuan otak dan kecerdasan yang berkembang dengan baik. Pengalaman ini juga menciptakan bonding atau ikatan yang erat antara anak dengan orangtuanya.
4. Literasi membaca sesuai usia
Memperkenalkan dunia literasi membaca hendaknya sesuai usia dan kesiapan anak. Dengan demikian kami membekali diri dengan pengetahuan buku-buku yang sesuai dengan perkembangan usia anak-anak.Â
Kami tidak pernah memaksa mereka belajar membaca. Bahkan merekalah yang memaksa kami mengajari mereka.Â
Pernah suatu ketika, si sulung yang waktu itu berusia sekitar empat tahun duduk di hadapan sebuah buku hingga larut malam dengan raut sedih.Â
Ternyata ia sangat ingin mengetahui isi teks dalam buku tersebut. Akhirnya ia bersikeras memulai belajar membaca agar ia bisa mengetahui isi bacaan bukunya tanpa perlu menunggu kami membacakan untuknya.
5. Aku suka bukuku
Salah satu hal yang menyenangkan bagi mereka adalah memilih buku yang mereka sukai. Cara ini membuat mereka merasa istimewa dan dihargai. Membebaskan jenis atau tema buku sesuai minat mereka juga memberikan ruang yang cukup bagi perkembangan karakternya.Â