Dari awal kita memang tidak pernah sungguh-sungguh mendesain hidup kita untuk jadi apa. Yang penting lakoni saja dahulu. Soal nanti "kumaha Engke".Â
Semangat seperti itu sesungguhnya positip selama itu terus dievaluasi, dengan perbaikan demi perbaikan atau malah termasuk dengan cari pekerjaan lain. Â Tapi yang sering terjadi. Kita hanya sekedar melakoni kehidupan itu. Jujur saya katakan. Â
Tidak jadi masalah, kita punya izasah atau tidak. Asal kita mampu mendapatkan atau membuat pekerjaan yang bisa memberikan hasil bagi kita. Â Tidak peduli apakah pekerjaan itu sesuai dengan keinginan kita, atau apakah upahnya bisa menghidupi kita? Yang penting lakoni saja dahulu.
Tetapi setelah itu kita perlu melakukan perbaikan demi perbaikan dan juga evaluasi. Kita perlu menambah ilmunya, ketrampilannya dan kehidupan lingkungannya. Sampai suatu saat kita bisa berhasil atau malah harus mencari kehidupan yang lebih baik lagi.
Kondisi lain yang kerap muncul adalah ketika kita sadar semuanya sudah terlanjur sangat jauh. Katakanlah umur kita sudah diambang sore; ada semacam kecemasan bahwa kita bakal tidak mampu lagi untuk mengusung cita-cita kita yang semula.
Terhadap fakta seperti itu, anda jangan berkecil hati. Yang penting pahamilah kedudukan yang ada, lalu buat kembali desain peta kehidupan anda yang baru. Pilihan anda tetap masih sangat banyak. Yang diperlu disikapi adalah melakukan perubahan sesuai kebutuhan.Â
Tidak perlu menjadi terbesar dan "The Best " di bidang seperti itu lagi. Anda masih bisa mencari standar cita-cita yang biasa tetapi anda kerjakan dengan sungguh-sungguh, dengan talenta yang lebih baik dari semula. Yang perlu disikapi adalah, masih ada banyak kemungkinan.
Menurut Robert Kyosaki, upaya pertama yang berat adalah membuat "usaha pertama yang berhasil ". Sesudah itu untuk membuat usaha kedua dan seterusnya, tidak akan seberat yang  pertama. Karena itu untuk  mencapai keberhasilan yang pertama membutuhkan talenta dan komitmen  prima.Â
Kalau anda sudah mampu melewati masa-masa seperti itu, maka selebihnya lebih menitik beratkan pada kejelian serta kreativitas dan seni mengelola  dengan memanfaatkan kemampuan orang lain. Anda dituntut untuk mampu memilih tokoh yang  punya kemampuan serta pas untuk tugas-tugas yang telah anda rencanakan.Â
Bisa jadi anda tinggal membeli perusahaan yang kurang sehat, kemudian memperbaikinya dan kemudian menjualnya kembali. Peluang untuk itu tidak terhingga  variasinya. Kalau kita memahami dialektika seperti ini, percayalah kehidupan itu ternyata sangat menyenangkan.Â
Kita bisa menikmatinya, meskipun kita tengah memperjuangkannya. Wisata Asa, memperlihatkan bagaimana para petarung miskin itu dengan gigih berupaya mngubah nasibnya. Dan...ternyata mereka berhasil dan kaya Raya.