Mohon tunggu...
Harlinton Simanjuntak
Harlinton Simanjuntak Mohon Tunggu... Administrasi - Disciple

Gunung itu tempat terindah merefleksikan keagungan Sang Pencipta. Ayo daki gunung....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"New Normal": Optimis Menatap Pembangunan Berkelanjutan

27 Mei 2020   13:38 Diperbarui: 27 Mei 2020   13:40 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hakikatnya manusia adalah mahkluk ‘paling’ adaftif, yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan secara cepat dan mampu survive untuk beberapa waktu lamanya”

Dunia sedang memasuki era baru pasca mengalami sebuah wabah yang penyebarannya terjadi secara masif dan melampaui batas benua. Era yang mana, mau tidak mau, harus dihadapi dengan rasa rasionalitas dan kewaspadaan dengan tetap mengusahakan terciptanya produktifitas yang survive dan berkelanjutan.

Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini memang telah memberikan banyak dampak sosial dalam masyarakat. Penerapan Social Distancing atau Physical Distancing tentu menghasilkan budaya baru dalam masyarakat secara global. Covid-19 yang disebabkab oleh virus corona SARs-Cov2 secara nyata telah membuat global menjadi terguncang akibat dari proses penularan yang begitu cepat/masif dan akibat infeksinya yang mengancam nyawa begitu cepat.

Meskipun dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 secara kesehatan sangat meresahkan dan menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan, tetapi virus ini tetap dapat dikendalikan dan bisa dibilang dikalahkan dengan daya tahan tubuh yang kuat. Imunitas tubuh menjadi kunci penting dalam bertahan dan melawan reaksi dari virus corona itu sendiri.

Budaya Baru Pasca Covid-19

Secara khusus, pemerintah Indonesia telah membuat pernyataan publik yang pada intinya pemerintah Indonesia meminta dan mengajak masyarakat Indonesia untuk ‘berdamai’ dengan Covid-19 dan dapat hidup ‘berdampingan’ dengan Covid-19 dengan melakukan pola hidup baru atau yang dikenal dengan istilah ‘New Normal’.

Sampai pada titik ini, mungkin saja sebagian kita melihat bahwa pemerintah Indonesia kesannya menyerah dengan keadaan pandemi ini, dan tidak mau mengambil suatu kebijakan yang berisiko tinggi pada perekonomian tetapi dapat menolong keselamatan masyarakat dalam konteks kesehatan masyarakat.

New normal itu adalah pola atau gaya hidup baru yang melakukan penyesuaian perilaku di tengah kondisi pandemi Covid-19 dengan cara menjalankan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. 

Protokol kesehatan yang telah disosialisasikan dan diaplikasikan pada masa awal pandemi hingga saat ini yaitu kebiasaan yang selalu menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan dengan sabun atau dengan hand sanitizer, menggunakan masker saat keluar rumah, melakukan jaga jarak dengan sesama minimal 1 meter, menjaga kebersihan fasilitas umum, dan menjaga daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga.

Tentu saja, arahan pemerintah ini tidak sepenuhnya disambut positif oleh masyarakat Indonesia, dikarenakan, tidak semua orang memiliki daya tahan tubuh yang baik dan hak untuk hidup atau hak untuk sehat adalah hak asasi manusia yang mana pelaksanaannya menjadi tanggung jawab utama negara dalam menjamin pemenuhan hak asasi yang dimaksud.

Sampai disini kita melihat hal ini terkesan bahwa negara tidak sanggup untuk mengatasi masalah pandemi Covid-19 ini.

Sudut Pandang
Pro dan kontra terhadap suatu wacana atau kebijakan dalam negara demokrasi sebenarnya wajar-wajar saja. Hal itu sangat lumrah terjadi. Tidak perlu risau atau gelisah berlebihan melihat fenomena tersebut.

Dalam negara demokrasi, berpendapat atau menyatakan pendapat adalah hak yang dijamin oleh konstitusi dan aturan pelaksana lainnya. Dalam hal ini menarik jika kita dapat melihat dari sudut pandang yang lain.

Jika pro dan kontra itu timbul karena melihat dari satu sisi, dalam hal ini kita akan melihat sisi lainnya mengenai wacana kebijkan tersebut.

Kita tahu bahwa Covid-19 sangat mengancam keselamatan dan kesehatan masyarakat. Kita juga tahu bahwa perekonomian yang hancur juga akan membawa dampak yang tidak kalah mengerikannya. Artinya semua potensi-potensi chaos yang disebabkan oleh Covid-19 ini memang bagai buah simalakama.

Salus Populi Suprema Lex (Keselamatan dan kesejahteraan rakyat adalah hukum yang tertinggi). Kita menyadari dan meyakini bahwa prinsip tersebut tetap menjadi acuan pemerintah dalam menyikapi setiap kondisi dan keadaan di tengah-tengah masyarakat.

Bila kita membiarkan kesehatan masyarakat terancam sebagai akibat penularan Covid-19 karena aktivitas sosial di masyarakat yang tidak dibatasi maka hal ini akan mengancam kedaulatan negara itu sendiri, karena prinsip suatu negara dikatakan sebagai sebuah negara ialah adanya rakyat atau masyarakat, bila semua ‘mati’ karena Covid-19 tentu saja hal ini akan mengganggu kedaulautan negara itu sendiri.

Disisi lain bila kita melihat dari sektor perekonomian, kita dapat melihat bahwa perekonomian suatu negara yang hancur lebur juga akan membuat negara itu mengalami chaos. 

Kesehatan sangat disokong oleh perekonomian. Perekonomian yang hancur dapat dipastikan juga akan mengancam kesehatan masyarakat itu sendiri, karena fasilitas dan layanan kesehatan juga memerlukan biaya dalam operasionalnya, jika perekonomian masyarakat hancur maka kesehatan masyarakat pun akan terancam juga.

Keputusan ini memang tidak mudah untuk dilaksanakan. Pertimbangan yang matang adalah wajib hukumnya. Ketidaktepatan dalam menganalisa dampak dan risiko yang mungkin ditimbulkan dalam suatu kebijakan akan menghasilkan masalah baru yang menambah beban permasalahan.

Pembangunan bangsa dan negara ini harus tetap dilanjutkan. Hal ini adalah mutlak dan tidak dapat ditawar lagi. Negara ini harus terus berjalan maju, menapaki setiap langkah demi langkah ke arah pembangunan yang seutuhnya.

Pembangunan berkelanjutan sangat disokong oleh perekonomian yang terus bertumbuh dan grafik melangkah naik (idealnya) supaya proses pembangunan tersebut dapat terus dilakukan. 

Di masa pandemi ini tentu dengan kebijakan Social Distancing atau Physical Distancing sangat berpengaruh dalam laju pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya kebijakan tersebut, dibeberapa sektor perekonomian mengalami dampak yang sangat sigifikan, sebut saja di sektor pariwisata dan kuliner, sektor pendidikan dan kebudayaan, sektor industri dan jasa, semua mengalami dampak ekonomi yang menurun sangat drastis. 

Bilamana hal ini berlangsung dengan waktu yang sangat lama atau bahkan tidak dapat ditentukan waktunya, tentu saja akan berdampak kepada seluruh sektor perekonomian dan kesehatan masyarakat. Yang ada kekacauan semakin bertambah dan masalah semakin rumit dan sulit untuk diatasi.

Asa Di Era New Normal
Saya dalam hal ini sangat setuju dengan wacana New Normal. Wacana yang mengajak masyarakat untuk kembali kepada aktifitas normal sebagaimana sebelum terjadinya pandemi Covid-19 namun dengan gaya atau pola hidup yang baru. Pola atau gaya hidup yang mengedepankan kerjasama dan kegotongroyongan seluruh masyarakat untuk saling mengingatkan dan saling mendukung dalam penerapan pola dan gaya hidup baru.

Sebagai negara yang berasaskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Leluhur bangsa ini telah menaruh pondasi diatas kekuatan supranatural yang diyakini sebagai sumber kekuatan utama yang menaungi bangsa ini dalam segala perjalanan pembangunan bangsa.

Keyakinan yang dibangun atas kepercayaan akan suatu Pribadi atau Kuasa yang dibangun dalam relasi yang pribadi dan transenden memberikan asa akan adanya harapan untuk tetap dapat melanjutkan pembangunan bangsa dengan kembali kepada kehidupan norma seperti biasanya dengan mengaktifkan kembali berbagai aktifitas produksi di seluruh sektor perekonomian masyarakat.

Sembari menunggu ditemukannya vaksin yang dapat menangkal reaksi dari virus corona itu sendiri, negeri ini memang sudah seharusnya kembali kepada kehidupan normal.

Proses pembangunan bangsa dan negara ini harus terus dikerjakan dan dikejar. Kita tidak boleh kalah dengan keadaan tetapi kita harus bangkit bagaimana seharusnya menyikapi kondisi yang ada. Manusia sejatinya adalah makhluk yang paling adaftif, ia mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan secara cepat dan mampu bertahan ditengah lingkungan yang sulit sekalipun asal ada niatan dan kemauan untuk terus berjuang dan bertahan.

Masyarakat sudah seharusnya menyikapi pandemi ini dengan memadukan rasionalitas dan keyakinan transenden untuk tetap melanjutkan proses kehidupan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Kabar baik mengenai virus corona yang dapat dilawan dengan imun tubuh kiranya memberikan asa yang besar untuk kembali melanjutkan aktifitas ekonomi demi memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh yang pada dasarnya mampu melawan reaksi virus corona tersebut.

Asa ini harus terus digaungkan dan pemerintah sebaiknya membuat program yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat dengan menyediakan sarana edukasi dan sarana daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan daya tahan tubuh masyarakat.

Tetap optimis dan yakin bahwa usaha yang sedang dikerjakan bersama-sama ini akan membuahkan hasil yang optimal dan percaya bahwa semua ini akan berlalu dan kehidupan yang baru telah menanti untuk dinikmati dikemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun