Kemudian pada malam harinya, acara presean (adu perisai), sebagai bentuk pengorbanan dan keksatriaan. Darah yang menetes ke bumi dari ksatria presean sebagai tanda permohonan hujan.
Presean sangat ramai dikunjungi oleh ribuan masyarakat. Di Desa Anyar Kecamatan Bayan, presean bertempat di lapangan luas. Penonton berdiri dan membentuk lingkaran yang akan digunakan untuk adu perisai. Wasit ada tokoh atau pemuda anak dari pemuka adat. Menggunakan pakaian adat lalu meniup pluit sambil menunjuk ke para penonton yang melingkar. Orang yang ditunjuk harus mau bertanding.
[caption id="attachment_290625" align="aligncenter" width="581" caption="Presean (adu perisai) (harjasaputra)"]
[/caption] [caption id="attachment_290626" align="aligncenter" width="586" caption="Lawan tersungkur dan menyerah (harjasaputra)"]
[/caption] Presean sangat sengit. Keduanya saling pukul dan berusaha menahan pukulan lawan dengan perisai. Tak jarang rotan yang digunakan sebagai senjata mengenai badan dan berdarah. Emosi pun bercampur baur disertai sorakan penonton menambah seru permainan. Meskipun saling baku-hantam tapi tidak ada kerusuhan, karena ketika dilihat suasana makin memanas, pemangku adat segera melerai. Masyarakat sangat menghormati pemangku adat. Dari berbagai prosesi adat dengan segala keunikannya, di sini kita bisa melihat langsung bagaimana Islam pertama kali disebarkan. Bagaimana Islam bisa dengan mudah meleburkan diri pada budaya Hindu. Aspek kultural dan sosial lebih dikedepankan.**[harjasaputra]
Lihat Sosbud Selengkapnya