Mohon tunggu...
Harja Saputra
Harja Saputra Mohon Tunggu... profesional -

http://www.harjasaputra.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Cinta Si Pengantin BTN

26 Februari 2014   14:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:27 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393372962806310117

"Demi Allah, daripada saya tidak jadi nikah dengan Ghani lebih baik saya mati sekarang", ucap Ayu dengan mata berkaca-kaca.

"Nah bapak-bapak sudah dengar sendiri sekarang? Bagi saya, kalau Ayu terus dipaksa untuk kembali ke orang tuanya, langkahi dulu mayat saya!", tunjuk Ghani pada para utusan.

Para utusan dan pengiring kaget. Berdiri seketika. Para saudara Ghani pun tak mau tinggal diam. Berdiri mengambil ancang-ancang. Di sabuk kain mereka sudah terselip sebilah golok yang siap dihunus. Hampir terjadi pertumpahan darah namun dilerai oleh Tuan Guru.

Hari terus berlalu. Orang tua Ayu tetap pada pendiriannya. Akhirnya Tuan Guru menjamin pernikahan harus tetap dilakukan. Masalah wali nikah dia sudah menghubungi saudara Ayu yang sudah siap menjadi wali.

Acara pernikahan pun dipersiapkan. Makanan dan jamuan sudah lengkap. Hiasan dan peralatan untuk resepsi pun sudah terpasang. Namun batal seketika karena sikap orang tua Ayu di atas. Betapa marahnya orang tua Ghani, merasa sangat disepelekan. Baginya, sakit ditebas parang lebih baik daripada menanggung sakit hati karena diperlakukan oleh orang tua Ayu sedemikian rupa.

"Ghani, cari wanita lain untuk dinikahi. Biarkan jangan urusi wanita ini", tunjuk orang tua Ghani pada Ayu.  Ayu pun pingsan seketika.

Hari pun berlalu lagi tanpa mau peduli pada permasalahan cinta Ayu dan Ghani. Dendam orang tua Ghani sudah kadung tergugah. Namun, Tuan Guru besar di pesantren yang sangat dihormati oleh orang tua Ghani turun tangan. Tuan Guru pun segera mendamaikan kedua orang tua Ayu dan Ghani.

Dalam pertemuan itu akhirnya orang tua Ayu rela untuk memberikan restu dan menjadi wali pada pernikahan nanti. Disepakatilah pisuka (sejumlah uang dan barang tebusan), tanda kedua pihak sudah saling suka dan tidak ada paksaan. Orang tua Ghani pun luruh dan berpesan agar masalah ini selesai. Harapannya pada acara akad nikah dan nyongkolan tidak ada keributan.

Akad pernikahan pun akhirnya berlangsung. Namun, tibalah acara nyongkolan (prosesi adat di mana pengantin setelah akad di arak menuju rumah pengantin perempuan dengan diiringi musik khas Lombok dan barang bawaan). Di sinilah masalah kembali timbul.

Entah dari mana idenya, para pemuda yang mengiringi Ghani tiba-tiba memikul makanan dan jajanan yang sudah dihiasi menyerupai bangunan rumah BTN. Ghani pun tidak tahu rencana para sahabatnya ini. Hal ini dianggap menghina dan menyindir orang tua Ayu yang sudah meminta rumah BTN dari Ghani.

Iring-iringan nyongkolan hampir berubah menjadi perkelahian massal. Kubu keluarga Ayu tidak terima melihat sindiran itu. Ghani didorong dan tidak mau diterima ketika ia hendak salaman pada ibu Ayu. Orang tua Ghani pun naik pitam. Dorong-dorongan tak bisa dielakkan. Jika tanpa masyarakat sekitar melerai, pertumpahan darah mungkin sudah terjadi. Para teman Ghani sudah siaga dengan parang dan keris di tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun