Tahun 2014 akan berakhir, tidak ada yang istimewa sih sebenarnya, karena hukum alam pergantian tahun akan terus begitu. Yang menjadi istimewa bukan tahunnya, tapi momen yang kita lalui dalam tahun tersebut. Di sini, saya akan berbagi momen-momen yang saya habiskan selama setahun: bagaimana kerasnya hidup, haru-biru warna kehidupan, yang semuanya harus kita syukuri.
Januari - Mei
Kenapa saya satukan periode Januari sampai Mei? Karena praktis selama 5 bulan ini saya menghabiskan waktu di Lombok, menjadi koordinator tim sukses salah seorang Caleg dari NTB untuk merebut kursi di DPR, namun alhamdulillah gagal (Saya pernah menuliskan pengalaman tersebut di tulisan ini).
Boleh dikatakan, Pulau Lombok dari ujung timur, barat, selatan, hingga utara, sudah saya datangi. Turun naik gunung dan masuk ke pulau-pulau kecil. Banyak pengalaman berarti, terutama setelah berinteraksi dan melihat langsung mengenai budaya masyarakat Lombok. Untuk masalah politiknya, pengalaman selama 5 bulan itu menggeser paradigma saya. Sebelumnya, saya berkeyakinan seperti pengalaman pada pemilu 2009 bahwa politik tidak melulu money oriented, tetapi kemudian dari pengalaman pada 2014, ternyata politik adalah sangat money oriented. Jangan bermimpi untuk menjadi anggota DPR jika tidak punya dana 4 hingga 6 milyard. Kurang dari itu akan seperti menabur uang ke lautan, tidak akan berarti, habis begitu saja. Sebagaimana pun selama 5 tahun sudah berkiprah memberikan bantuan-bantuan kepada masyarakat tetapi pada malam hari H tidak menabur uang, jangan harap untuk jadi anggota DPR. Inilah pergeseran paradigma politik saya.
Pengalaman lain selain politik banyak sekali selama 5 bulan itu. Pada bulan Januari misalnya, saya beruntung mendapat kesempatan menyaksikan pagelaran budaya di masyarakat Lombok Utara. Momen yang sangat langka, momen yang hanya diadakan setahun sekali, yaitu momen "Maulid Adat". Masyarakat Lombok Utara, khususnya di Kecamatan Bayan, bersuka-cita dalam merayakan Maulid Adat. Bahkan, menurut pengakuan salah satu Kepala Desa yang saya numpang untuk tidur, maulid adat lebih ramai dibanding lebaran (tentang Maulid Adat saya pernah menuliskannya dalam tulisan ini).
Pada momen maulid adat ini, dilakukan prosesi pembersihan Mesjid Kramat, yaitu Mesjid tertua sepulau Lombok. Masyarakat di Kecamatan Bayan menyebutnya dengan "Masjid Bayan Beleq".
[caption id="attachment_343523" align="aligncenter" width="432" caption="Mesjid Bayan Beleq, tertua se-Pulau Lombok (harjasaputra)"][/caption]
Selain itu, dilakukan prosesi tumbuk padi sebagai ungkapan syukur atas hasil padi yang dikaruniakan. Malamnya tak kalah seru, yaitu digelar "Presean", adu perisai. Di mana para pemuda dengan tanpa mengenakan baju bertanding perisai sampai berlumur darah sebagai tanda kejantanan.
Masyarakat yang hadir dalam acara adat sangat dianjurkan untuk menggunakan pakaian adat: laki-laki menggunakan ikat kepala, sarung, dan ikat pinggang dari kain sementara perempuan menggunakan kain kemben dan ikat kepala. Saya juga berkesempatan berpakaian ala adat Lombok seperti pada foto di bawah ini:
[caption id="attachment_343524" align="aligncenter" width="377" caption="Pakaian adat Lombok, ikat kepala dan sarung, kayak di Bali (harjasaputra)"]
Selain dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat ke Lombok Utara, saya pun berkesempatan mengunjungi pulau-pulau terpencil yang ada di Lombok. Salah satunya Pulau Meringki yang ada di Lombok Timur. Untuk ke pulau ini harus menggunakan perahu kecil.