Setelah minum pak tua yang mengaku nama Pak Rohim itu pun pamitan. Katanya tak bisa lama-lama karena harus cepat pulang nanti ditinggal oleh teman-temannya.
"Bareng saja pak ke depannya. Saya juga mau lewat situ lagi", ujar saya sambil mengambil uang dari dompet yang tadi diambil dari ATM.
"Ini pak untuk lemarinya. Tak usah dikembalikan. Sisanya buat tahun baruan keluarga".
Sebelum pergi saya tak lupa minta izin untuk bisa mengambil foto Pak Rohim dengan kamera saya:
[caption id="attachment_344335" align="aligncenter" width="422" caption="Pak Rohim, pak tua penjaja lemari (harjasaputra)"]
Setelah mengantar Pak Rohim ke tempat awal di dekat SPBU, saya kembali meneruskan perjalanan. Benar apa kata dosen saya, ia pernah bilang begini: "Itulah pentingnya harapan. Seorang kakek misalnya, tetap berjualan menjajakan es di saat hujan. Bukan ia tidak tahu orang tidak mungkin makan es di saat hujan, tapi karena ada harapan di dalam dirinya. Orang-orang seperti itulah yang harus kita hargai. Tetap semangat mengusung harapan meskipun secara logika tak masuk akal". **[harjasaputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H