Tubuh kurus itu dengan sigap mengangkat lemari dan dengan agak susah payah mengatur posisi duduk di belakang sepeda motor saya. Dibonceng menuju rumah. Lemari di letakkan di pangkuannya.
"Dari pagi pak jualan lemari ini?", tanya saya di sepanjang jalan menuju rumah.
"Iya"
"Bawa berapa lemari emang?"
"Cuma satu. Sudah keliling ke tiap perumahan dari pagi, badan sudah lemas belum laku-laku."
Deeeg...seolah ada yang menghujam hati. Bayangkan, pak tua ini dari pagi memikul lemari ke sana-sini. Berat dan cuma satu. Marginnya paling berapa satu lemari. Itu pun belum tentu laku dalam sehari. Langsung teringat mendiang kakek saya yang juga selama hidupnya berjualan ke sana-kemari dengan memikul berat berjalan kaki berkilo-kilo.
Sesampainya di rumah segera lemari diturunkan. Saya sajikan minuman karena saya tahu pak tua itu capek. Ditawari makan berkali-kali tapi ia menolak.
"Dari mana asal pak?"
"Leuwiliang Bogor".
"Ke sini sendirian pakai apa?"
"Bertiga diangkut mobil. Yang lain sudah laku lemarinya, tinggal saya doang. Mungkin karena saya sudah tua banyak berhentinya", pak tua berujar sambil sedikit tersenyum.