Mohon tunggu...
harjanto halim
harjanto halim Mohon Tunggu... -

SMA Karangturi 1984 UC Davis USA 1990

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Daun Kamboja di Atas Kolam

18 Mei 2018   16:13 Diperbarui: 18 Mei 2018   16:37 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1371 DAUN KAMBOJA DI ATAS KOLAM

Daun kamboja terapung di atas kolam. Sesekali bergoyang, ditiup angin semilir. Daun kamboja di atas kolam, kisah apakah yang kau simpan?

Adakah kisah seorang encek tua pemilik toko kain di Pecinan yang bertanya pada seorang pria yang membeli sepotong kain hitam, lalu si pria meminta kain dipotong-potong menjadi untaian tali untuk diikatkan di pergelangan tangan kiri, dan si encek tua bermata sipit bertanya lugu, "Ini untuk apa?," dan dijawab si pria, "Untuk peringatan Peristiwa Mei...," dan si encek menatap si pria dengan wajah penuh tanda tanya, "Ada apa dengan Mei?"

Seorang encek bermata sipit pemilik toko kain di Pecinan lupa apa yang terjadi di bulan Mei 1998. Memasang pita hitam di pergelangan tangan kiri adalah upaya melawan lupa.

Atau gugat kecewa seorang perempuan berambut perak, berkulit terang, saat mencicipi rujak pare di acara peringatan Tragedi Mei '98, di mana disajikan kudapan rujak pare sambel kecombrang. Rujak pare simbol kepahitan yang harus ditelan, sambel kecombrang simbol wanita Tionghoa yang dianiaya.

"Saya kecewa, rujak pare nya ndak pahit sama sekali! Malah enak..." ujarnya sambil tersenyum penuh arti.

Saya ikut tersenyum. "Lha kalo rujak pare nya pahit dan ndak enak, tahun depan yang mau datang siapa???" Ya, toh?

Bukankah di ujung kepahitan, manis tercecap, bukankah di ujung kemanisan, pahit tercecap? Bukankah yang manis-manis membuahkan kenangan pahit, yang pahit-pahit menumbuhkan pengalaman manis?

Daun kamboja di atas kolam, mengambang ragu, menepi bisu, menyapa dinding beku

Mei, 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun