"Muhammad Saiful, Pak Dokter..."
"Baik, pak Muhammad Saiful. Tulis nama dan tanda tangan sampeyan di papan ini..." Dokter Michael memberi petunjuk.
Si pria setengah baya mengangguk, melakukan apa yang diminta. Dokter Michael lalu menanyakan hal yang sama untuk barang-barang bekas lainnya dan meminta siapapun yang membawa untuk menulis nama dan menandatangani di barang masing-masing. Dan hari itu juga, Dokter Michael mengerahkan semua tim dan stafnya, membantu para pemulung mendirikan tempat sholat dari bahan bekas, di tengah tempat pembuangan sampah yang bau dan kotor.
Tiga bulan kemudian, Dokter Michael kembali mengunjungi tempat pembuangan sampah untuk memeriksa kesehatan para pemulung. Ia terkejut melihat mushola dipenuhi orang-orang yang sedang berdoa. Ia pun duduk menunggu di luar dengan sabar.
Jum'atan selesai, ia pun mengumpulkan para pemulung dan bertanya, "Lho sekarang kok rajin sholat?," dengan penuh keheranan.
Seorang pria setengah baya berkata sambil tersenyum, "Karena yang di atas sana, Pak Dokter..."
Beberapa orang tersenyum. Ada yang menunjuk ke atas, ada juga yang ke samping dan ke bawah.
Dokter Michael mengernyitkan kening. "Yang di atas sana? Maksudnya?"
"Coba bapak lihat disana, apa tulisannya?" Bapak setengah baya menunjuk ke atas.
Dokter Michael mendongak, lalu membaca sebuah tulisan di papan bewarna biru yang telah pudar catnya. Dan di papan bewarna biru yang telah pudar catnya, tertera tulisan cakar ayam yang tidak rapi - sebuah nama yang tidak asing: 'Muhammad Saiful'.
Bapak setengah baya mendekat dan menyalami Dokter Michael erat-erat.