Mohon tunggu...
Heni Helmiati Juhari
Heni Helmiati Juhari Mohon Tunggu... -

Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan Kota Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesantren Kilat yang Maknawi

18 Juni 2016   09:19 Diperbarui: 18 Juni 2016   10:31 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesantren kilat ramadhan, salah satu kesempatan penguatan mental peserta didik. * musmus.me .

Science without religion is lame, religion without science is blind

(Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang,

agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta.

Albert Einstein (1879-1955).

SERING kita dengar, bahkan barangkali sudah hafal di luar kepala kalimat bijak sarat makna yang disampaikan ilmuwan Swiss-Amerika kelahiran Jerman, Albert Einstein, ihwal eratnya hubungan timbal-balik, antara agama dan ilmu pengetahuan ini. Justru, bila kita kembali menghikmati kalimat-kalimat dari penemu Teori Relativitas tersebut, akan semakin menemukan makna relevansinya dengan kekinian.

Kita sadari, globalisi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun dapat menghindar dari arus globalisasi. Setiap individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni dia menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan terseret derasnya arus globalisasi.

Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan dengan berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif maupun negatif. Dalam konteks ini tugas dan peranan guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan sangat berperan.

Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. 

Melalui sentuhan guru di sekolah, diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental.

Secara keilmuan (akademis), melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat berkembang, kemajuan SDM semakin kentara. Sementara itu, secara sikap mental, kalangan dunia pendidikan pun semakin intens menerapkan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Intinya, pada setiap kesempatan yang memungkinkan tumbuh-kembangnya kondusivitas pendidikan karakter siswa, maka peluang untuk masuk tidak pernah terabaikan. Ini semata-mata demi mengejar “keseimbangan” ilmu pengetahuan dan agama.

Salah satu kesempatan penguatan mental peserta didik adalah di Bulan Suci Ramadhan ini. Penguatan mental dengan pembobotan nilai-nilai keagamaan, di Bulan Ramadhan dimungkinkan akan lebih member makna bagi peserta didik. Di satu sisi, baik yang baru masuk ke jenjang pendidikan baru (ke SD, SMP, atau SMA/SMK), atau yang baru naik kelas, masih diliputi suasana fresh, yang memungkinkan daya serap penerimaan pendidikan mental bisa cepat terserap. Di sisi lain, suasana Ramadhan yang secara massif memungkinkan lingkungan diorientasikan pada totalitas ibadah, menciptakan kondusivitas yang kental.

Pelajaran Agama dan pesantren kilat, kerap diadakan di hamper semua sekolah. Namun demikian, untuk lebih mendapatkan makna baik bagi peseta didik maupun guru, “penguatan mental” dari sisi keagamaan, tentunya perlu dilakukan perubahan paradigm, baik dari sisi guru maupun metoda pembelajaran.

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas SDM. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar-mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral secara spiritual. Sementara itu, untuk mengiprahi era globalisasi yang sarat persaingan dan ketidakpastian, dibutuhkan guru yang visioner dan mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif dan inovatif. Khususnya dalam penguatan mental di Bulan Ramadhan, dalam pelaksanaannya diperlukan perubahan strategi dan model pembelajaran yang sedemikian rupa memberikan nuansa yang menyenangkan bagi guru dan peserta didik.

Di masa lalu dan mungkin sekarang, suasana lingkungan belajar sering dipersepsikan sebagai suatu lingkungan yang menyiksa, membosankan, kurang merangsang, dan berlangsung secara monoton sehingga peserta didik belajar secara terpaksa dan kurang bergairah. Di lain pihak, para guru juga berada dalam suasana lingkungan yang kurang menyenangkan dan sering kali terjebak dalam rutinitas sehari-hari.

Pada hakikatnya, perlu dikembangkan suatu model dan strategi pembelajaran yang seefektif mungkin dalam suasana yang menyenangkan dan penuh gairah serta bermakna. Momen bulan suci ini, tentunya akan menjadi kesempatan yang menyenanangkan dan penuh gairah, bagi penguatana mental peserta didik dalam proses belajarnya.

Di bulan Ramadhan, dibukalah pintu pengampunan bagi yang mau bertobat meraih ampunan dari Allah. Menurut hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, terdapat lima keistimewaan dalam bulan Ramadhan. Pertama, bulan yang penuh keberkahan; ke dua, dibuka pintu-pintu surga; ke tiga, ditutup pintu-pintu neraka; ke empat, dibelenggu setan-setan; dan ke lima, di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan yang lain. Inilah lima keutamaan yang berusaha diraih kaum muslim di bulan Ramadhan.

Ganjaran yang begitu besar tersebut, tentu saja menjadi penarik yang cukup kuat bagi kaum muslim untuk beribadah. Dengan demikian, wajar kalau kemudian hampir semua kaum muslim akan berlomba-lomba dalam melakukan ritual keagamaan. Bahkan, orang-orang yang paham betul keutamaan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lain niscaya menginginkan agar sebelas bulan lainnya dijadikan Ramadhan. Hal ini seperti diungkapkan oleh hadits, “Sekiranya umatku mengetahui keutamaan-keutamaan yang ada di bulan Ramadhan, niscaya mereka menghendaki agar sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan.” (HR Ibnu Majah)

Di saat mayoritas kaum muslim berbahagia dan bersuka-cita menjelang satu Syawal, mereka berlinangan air mata. Bukan karena mereka tidak ikut berbahagia menyambut Idul Fitri, namun hal itu lebih dikarenakan kesedihan tatkala harus berpisah dengan bulan Suci. Namun demikian, perpisahan (dengan Ramadhan) tidak serta-merta membuat kobar ibadah dalam dada mereka memudar. Merekalah hamba-hamba yang berharap semua bulan dalam tahun hijriah adalah Ramadhan dan pada prakteknya mereka meramadhankan sebelas bulan lainnya dengan beribadah secara konsisten, bahkan senantiasa berusaha menaikkan grafiknya.

Bulan suci Ramadhan adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya. Pemanfaatan seorang hamba atas setiap detik interaksinya dengan bulan Ramadhan dalam bentuk ibadah kepada-Nya dan amal kebajikan terhadap sesama akan membuahkan hasil. Jika dilakukan secara tulus ikhlas dan dijalankan dalam batas-batas aturan tertentu, Ramadhan akan menjelma menjadi ladang buah yang siap dipetik dan dipanen.

Lebih penting daripada itu, Ramadhan adalah ajang dan momen penggemblengan mental dan spiritual seorang muslim. Ramadhan diproyeksikan untuk membekali seorang hamba dengan segudang amunisi untuk persiapan menghadapi pertempuran yang baru akan dimulai setelah Ramadhan berakhir. Musuh utama yang akan dihadapi adalah hawa nafsu dan syaitan yang selama Ramadhan tersisihkan. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun