Pelajaran Agama dan pesantren kilat, kerap diadakan di hamper semua sekolah. Namun demikian, untuk lebih mendapatkan makna baik bagi peseta didik maupun guru, “penguatan mental” dari sisi keagamaan, tentunya perlu dilakukan perubahan paradigm, baik dari sisi guru maupun metoda pembelajaran.
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas SDM. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar-mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral secara spiritual. Sementara itu, untuk mengiprahi era globalisasi yang sarat persaingan dan ketidakpastian, dibutuhkan guru yang visioner dan mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif dan inovatif. Khususnya dalam penguatan mental di Bulan Ramadhan, dalam pelaksanaannya diperlukan perubahan strategi dan model pembelajaran yang sedemikian rupa memberikan nuansa yang menyenangkan bagi guru dan peserta didik.
Di masa lalu dan mungkin sekarang, suasana lingkungan belajar sering dipersepsikan sebagai suatu lingkungan yang menyiksa, membosankan, kurang merangsang, dan berlangsung secara monoton sehingga peserta didik belajar secara terpaksa dan kurang bergairah. Di lain pihak, para guru juga berada dalam suasana lingkungan yang kurang menyenangkan dan sering kali terjebak dalam rutinitas sehari-hari.
Pada hakikatnya, perlu dikembangkan suatu model dan strategi pembelajaran yang seefektif mungkin dalam suasana yang menyenangkan dan penuh gairah serta bermakna. Momen bulan suci ini, tentunya akan menjadi kesempatan yang menyenanangkan dan penuh gairah, bagi penguatana mental peserta didik dalam proses belajarnya.
Di bulan Ramadhan, dibukalah pintu pengampunan bagi yang mau bertobat meraih ampunan dari Allah. Menurut hadits Rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, terdapat lima keistimewaan dalam bulan Ramadhan. Pertama, bulan yang penuh keberkahan; ke dua, dibuka pintu-pintu surga; ke tiga, ditutup pintu-pintu neraka; ke empat, dibelenggu setan-setan; dan ke lima, di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan yang lain. Inilah lima keutamaan yang berusaha diraih kaum muslim di bulan Ramadhan.
Ganjaran yang begitu besar tersebut, tentu saja menjadi penarik yang cukup kuat bagi kaum muslim untuk beribadah. Dengan demikian, wajar kalau kemudian hampir semua kaum muslim akan berlomba-lomba dalam melakukan ritual keagamaan. Bahkan, orang-orang yang paham betul keutamaan Ramadhan dibandingkan dengan bulan-bulan lain niscaya menginginkan agar sebelas bulan lainnya dijadikan Ramadhan. Hal ini seperti diungkapkan oleh hadits, “Sekiranya umatku mengetahui keutamaan-keutamaan yang ada di bulan Ramadhan, niscaya mereka menghendaki agar sepanjang tahun adalah bulan Ramadhan.” (HR Ibnu Majah)
Di saat mayoritas kaum muslim berbahagia dan bersuka-cita menjelang satu Syawal, mereka berlinangan air mata. Bukan karena mereka tidak ikut berbahagia menyambut Idul Fitri, namun hal itu lebih dikarenakan kesedihan tatkala harus berpisah dengan bulan Suci. Namun demikian, perpisahan (dengan Ramadhan) tidak serta-merta membuat kobar ibadah dalam dada mereka memudar. Merekalah hamba-hamba yang berharap semua bulan dalam tahun hijriah adalah Ramadhan dan pada prakteknya mereka meramadhankan sebelas bulan lainnya dengan beribadah secara konsisten, bahkan senantiasa berusaha menaikkan grafiknya.
Bulan suci Ramadhan adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya. Pemanfaatan seorang hamba atas setiap detik interaksinya dengan bulan Ramadhan dalam bentuk ibadah kepada-Nya dan amal kebajikan terhadap sesama akan membuahkan hasil. Jika dilakukan secara tulus ikhlas dan dijalankan dalam batas-batas aturan tertentu, Ramadhan akan menjelma menjadi ladang buah yang siap dipetik dan dipanen.
Lebih penting daripada itu, Ramadhan adalah ajang dan momen penggemblengan mental dan spiritual seorang muslim. Ramadhan diproyeksikan untuk membekali seorang hamba dengan segudang amunisi untuk persiapan menghadapi pertempuran yang baru akan dimulai setelah Ramadhan berakhir. Musuh utama yang akan dihadapi adalah hawa nafsu dan syaitan yang selama Ramadhan tersisihkan. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H