Dari kalimat tersebut di atas, jelas bahwa Jusuf Ronodipuro menyatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Gedung Hoso Kyoku Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 pada petang/ malam hari. Jusuf Ronodipuro tidak mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Gedung RRI. Jusuf, pada bagian lain, juga mengatakan bahwa dirinya adalah penyiar Hoso Kyoku Jakarta. Jusuf tidak mengatakan bahwa dia penyiar RRI.
Namun anehnya judul bab ini berbunyi "Proklamasi dan Peranan RRI". Mengapa judul artikel ini menyebutkan kata RRI? Judul ini tidak sesuai dengan isi dari tulisan tersebut. Isi tulisan/ artikel ini sama sekali tidak menyebut tentang peran RRI namun mengapa judulnya menyebut peran RRI? Besar kemungkinan judul ini bukan dari Jusuf Ronodipuro, melainkan dari penyunting.
Sebagai pelaku sejarah, Jusuf tidak akan memanipulasi sejarah yang ditorehkan nya sendiri. Tidak ada keuntungan apapun, bahkan akan merugikan, bagi Jusuf Ronodipuro untuk mengatakan bahwa teks proklamasi itu dibaca di muka corong RRI.
Dari judul tulisan yang salah inilah kemungkinan awal kesalahpahaman di kalangan RRI generasi penerus yang menganggap bahwa Jusuf Ronodipuro membaca teks proklamasi dimuka corong RRI. Narasi yang berkembang adalah bahwa Jusuf Ronodipuro membaca naskah di depan corong radio dan Jusuf Ronodipuro salah satu pendiri RRI maka orang awam segera menafsirkan bahwa Jusuf Ronodipuro membaca naskah proklamasi di depan corong RRI. Apalagi gedung Hoso Kyoku Jakarta dan Gedung Pusat RRI (RRI Jakarta) juga sama bangunannya.
Narasi yang salah kaprah itulah yang kemungkinan sampai masuk ke telinga Taufik Ismail. Kemungkinan Taufik Ismail menerima informasi dari orang yang tidak memahami sejarah berdirinya RRI, akibat narasi yang salah dalam memahami apa itu Hoso Kyoku dan apa itu RRI (Wir).
      Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H