Namun apa daya ada perubahan mendadak bagai tsunami dalam dunia persilatan politik tanah air yaitu merapatnya Prabowo kepada Jokowi. Pertemuan pertama Jokowi dan Prabowo masih malu malu. Prabowo dikatakan tidak mau ketemu di istana yang nanti terkesan Prabowo yang kalah. Oleh karena itu pertemuan dilangsungkan di stasiun kereta api MRT. Lokasi pertemuan di tempat yang netral ini bisa menyelamatkan muka Prabowo namun rekonsiliasi tercapai. Prabowo mengatakan bahwa pertemuan di MRT itu tidak membicarakan soal bagi-bagi kursi. Apakah Prabowo berbohong? Pasti tidak karena pertemuan pertamaa sudah pasti tidak membicarakan masalah teknis. Jadi Prabowo tidak berbohong.
Nah pada pertemuan kedua yaitu di rumah Megawati. Maka disitulah pembicaraan mulai mengarah lebih jelas. Apa yang dibicarakan? Mungkin juga masih bukan soal bagi-bagi kursi tapi pintu dan tangan terbuka Megawati inilah sebagai kunci akan langkah selanjutnya hubungan antara Jokowi dan Prabowo. Pertemuan menjadi makin jelas dan makin kongkret ketika Prabowo berkunjung ke istana dan selfi selfi di sana.
Jika show of force hubungan Jokowi-AHY untuk menunjukkan kepada Prabowo dan publik bahwa Jokowi juga punya kedekatan hubungan dengan militer dan Islam garis keras maka tujuan kini sudah tercapai. Tembakan sudah mengenai sasaran, karena bukan hanya Prabowo mengakui kekuataan Jokowi bahkan Prabowo tunduk bertekuk lutut dihadapn Jokowi.
Dalam posisi seperti ini maka show of force hubungan Jokowi-AHY sudah tidak diperlukan lagi. Karena kekuatan riil tentang simbol korp militer dan simbol Islam garis keras ada apada Prabowo, sementara SBY hanya samar-samar belaka. Sampai di sini AHY tidak diperlukan bagi Jokowi.
Selain itu, merangkul Prabowo dalam selimut malam Jokowi, juga tidak mengandung ancaman di masa depan. Prabowo diperkirakana sudah makin lanjut usia untuk 5 tahun kedepan. Jadi kecil kemungkinan untuk maju dalam pemilihan presiden 2024.
Sementara merangkul AHY, bagai memelihara macan kumbang dalam kamar tidur. Sekarang AHY masih manis, namun lima tahun kedepan, ia akan berubah menjadi macan sungguhan yang menakutkan bagi banteng moncong putih. Tahun 2024, Megawati tambah tua, Jokowi sudah tidak bisa blusukan lagi untuk berkampanye pilpres, sementara siapa calon PDIP masih belum jelas hingga saat ini.Â
Pengalaman sang ayah AHY masih melekat dari menteri "jenderal kancil" berubah menjadi "jenderal bintang mercy" yang memenggal kesempatan Megawati menjadi presiden. Tidak tanggung-tanggung dua kali mengalahkan banteng wadon itu.
Karena itu ancaman AHY di masa depan bukan hanya karena "Megawati dendam" tetapi lebih dari itu seluruh kekuatan Pro-Jokowi akan berkata demikian bahwa AHY adalah ancaman 2024. Loyalitan AHY sangat diragukan, pertam karena rekam jejak sang ayah. Kedua dalam Pilpres 2019, AHY ada di pihak Prabowo, mendekatnya AHY ke Jokowi setelah jelas Prabowo kalah. Ini semua catatan buruk AHY di mata Jokowi. Karena itu Jokowi tidak memanggil AHY di istana. (hari wiryawan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H