camilan slondok curah yang berada di plastik berukuran besar.Perempuan berusia 60 tahun itu lantas mengemas slondok ke plastik berukuran 1 kg. "Mbak itu yang pesan 1/4 kg. Harga di sini, Rp 10.000," katanya di tempat jualannya, Jumat (22/3/2024).
IBU Kasiran mengambil plastik kecil, memasukannya ke tangan kanan. Plastik itu sebagai pengganti kaus tangan untuk mengambilIbu Kasiran berjualan di pojokan jalan, persisnya pertigaan antara Jl Pakuningratan dan Jl AM Sangaji, Yogyakarta. Lokasinya seberang (sebelah barat) Hotel POP Sangaji atau SPBU Jetis, dan tak jauh dari Gereja Katolik Jetis.
Kalau dari Tugu, hanya sekitar 400-an meter. Bisa jalan lurus mengarah ke utara, menyusuri Jl AM Sangaji. Lokasi jualan Ibu Kasiran ada di sisi kiri jalan. Tak ada nama mencolok, hanya spanduk warna kuning, dengan tulisan merah.
Warung kecil Ibu Kasiran, berukuran 150 cm x 200 cm. Spanduknya bertuliskan 'Aneka Gorengan dan Camilan'. Â Ya, selain menjual camilan, perempuan yang tinggal di Kampung Cokrokusuman Baru ini, menjual gorengan seperti tempe mendeon dan tahu susur (tahu isi).
"Awalnya, ya jualan gorengan saja. Kalau yang jualan camilan ini baru jalan 2 tahun ini," kata Ibu Kasiran sambil menimbang plastik slondok yang sudah penuh.
Slondok bukan jualan utama warung camilannya meski ada slondok rasa sedikit pedas dan slondok rasa udang. Ada camilan dari singkong, basreng, bakso gurih, bolu ireng, emping, lumpia mini.
Harga camilan curahnya bervariasi, dari harga termurah Rp 9.000 hingga termahal Rp 18.000. Yang termurah singkong dan termahal bolu ireng. "Tapi yang laris itu basreng (bakso goreng), 1/4 kg harganya Rp 14.000," ujar Ibu Kasiran.
Rata-rata seminggu sekali, dirinya kulakan atau mengambil produk camilan dari daerah Tamansari Yogyakarta. Kadang-kadang bergantian dengan suaminya. Maklum, sang suamilah yang bertanggung jawab untuk jualan gorengannya.
Selama Ramadan 2024, Warung Aneka Goreng dan Camilan Ibu Kasiran ini buka pukul 10.00 WIB dan tutup sekitar pukul 19.00 WIB. Untuk hari biasa, biasanya yang camilan sudah buka lebih pagi sementara gorengannya agak siang, dan tutup lebih malam.
"Saya paling suka beli slondok udang di sini. Camilan ini khas di warung ini. Sudah langganan. Enak dan rasanya memang beda," tutur Mariska, salah satu pembeli yang membeli slondok udang hingga 1 kg.
Sekadar tahu, slondok yang kini banyak varian rasa itu, oleh-oleh khas Magelang atau Muntilan selain gethuk. Jadi, bukan khas Yogya. Slondok terbuat dari gilingan singkong ditambah bumbu tertentu.
Bagi generasi tua, ukuran slondok ini di tempat asalnya, berdiameter besar. Â Ukuran seperti gelang perhiasan, jadi bisa dimasukkan di pergelangan tangan. Tapi, sepertinya sekarang susah ditemukan.
Orang Jogja juga mengenal alen-alen, yang konon katanya, oleh-oleh khas dari Trenggalek, Jawa Timur. Memang mirip slondok tapi berukuran kecil. Bahannya boleh sama, tapi teksturnya berbeda. Alen-alen Trenggalek terlihat lebih ringan dan renyah sedangkan alen-alen Jogja lebih padat dan agak keras. Bentuknya sama, seperti donat, dengan diameter lubang 50 mm sampai 100 mm.
Saat ini, ada alen-alen yang warna warni. Sebagian orang mengenal alen-alen sebagai lanting. Kalau dalam bentuk basahnya, alen-alen ini dikenal sebagai geblek dari Kulon Progo. (*)
Laporan: Hari Vivaldie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H