Mohon tunggu...
Stefanus Hari Triyatmo
Stefanus Hari Triyatmo Mohon Tunggu... Freelancer - WTC - Writer, Trainer and Coach

Vita est Semper Renovanda - Hidup selalu diperbaharui

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepasang Lonceng di Tengah Sunyi

18 Januari 2025   10:19 Diperbarui: 18 Januari 2025   10:19 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan rintik-rintik membasahi jalan setapak menuju gereja tua Paroki X. Lukas berdiri di depan pintu utama, memandang altar yang kosong dari kejauhan. Di sana, kenangan-kenangan masa lalu berkelebat: tawa adik-adik misdinar, langkah teratur menuju altar, dan lantunan doa yang khusyuk. Tetapi kini, semua itu terasa jauh.

"Lukas? Apa yang kamu lakukan di sini?" suara lembut namun ragu membuyarkan lamunannya. Pastor Rafael berdiri di belakangnya, membawa payung kecil yang hampir tidak melindungi bahunya dari hujan.

"Hanya melihat-lihat, Pastor," jawab Lukas, tersenyum tipis.

"Masuklah. Kita bicara di dalam."

Di ruang tamu pastoran yang sederhana, Lukas menceritakan kekhawatirannya.

"Organisasi ini berbeda sekarang, Pastor. Kekhusyukan hilang. Adik-adik tidak lagi memahami makna pelayanan. Tapi, setiap kali saya mencoba membantu, saya merasa seperti orang asing."

Pastor Rafael menghela napas panjang. "Saya tahu, Lukas. Saya juga merasakan itu. Tapi masalahnya, para pengurus saat ini -- terutama mereka yang senior seperti Tante Margaretha dan Pak Yosef -- merasa tidak nyaman jika ada perubahan besar."

"Jadi, apa yang bisa kita lakukan?" tanya Lukas, nada suaranya mulai menunjukkan ketegangan.

"Saya punya ide," kata Pastor Rafael, matanya menatap Lukas dengan penuh keyakinan. "Bagaimana jika kita buat program pelatihan khusus? Pelatihan ini akan memulihkan tata gerak liturgi dan kedisiplinan yang dulu pernah kamu tanamkan. Kamu bisa terlibat secara informal, tanpa jabatan resmi. Dengan begitu, kita tidak terlalu menarik perhatian."

Lukas tersenyum samar. "Itu ide yang bagus. Tapi, apakah pengurus saat ini akan setuju?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun