Mohon tunggu...
Haris Sunansyah
Haris Sunansyah Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitek

Melukis dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hujan pun Patuh

21 Maret 2019   19:35 Diperbarui: 8 Desember 2019   16:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sebuah petang, tibalah saat perut kami berdua lapar. Saat itu kami sepulang dari kantor dan sudah berada di kos. Kamar kami berada di lantai dua, dengan koridor selebar satu setengah meter untuk akses ke tiap kamar. Cukup untuk akses para penghuni kos yang hanya 6 orang.

Kami memutuskan pergi untuk mencari makan, meskipun dengan keadaan mendung, kami tetap berangkat. Kami berjalan kaki menuju warung biasa kami membeli ketoprak. Jalan kaki setidaknya memakan waktu sepuluh menit, cukup jauh jika berjalan kaki. 

Saat itu, mendung semakin jelas ketika sampai di warung ketoprak. Karena mendung, kami memutuskan untuk membungkus saja ketopraknya, tidak makan di tempat. Benarlah, karena gerimis kemudian cepat datang. Saat-saat menunggu ketoprak untuk siap itulah, teman saya berbisik.  

"Ayo cepat, keburu hujan ini, aku pulang dulu ambil payung apa."

"Ga usah," jawabku. 

Aku memang agak sedikit bicara saat kondisi tertentu, ya semacam saat seperti itu. Aku mencoba tenang, dan meneruskan.

"Ga bakal kehujanan."

"Ya udah, nanti lari ya." Perintah temanku itu. Aku tidak menghiraukan dan melanjutkan diamku.

Melihat orang berlalu lalang di sepanjang jalan, seperti terburu untuk menghindari hujan. Payung-payung terbuka, melindungi para pejalan kaki. Pengendara sepeda motor turun dan memakai jas hujan yang sudah siap pakai dari dalam jok motornya. 

Dalam kondisi saat itu, aku mencoba untuk tidak merisaukan apakah kita akan kehujanan atau tidak. Padahal jelas-jelas gerimis sudah turun, dan angin sudah menyapu. Hanya percaya saja, bahwa kami tidak akan kehujanan. 

Saat ketoprak siap dan kami membayar, jalanlah kami menuju kos. Aku mencoba jalan tetap santai, tidak terburu seperti perintah temanku. Ia berjalan agak cepat di depan, aku tenang di belakang. 

Saat kami berjalan, gerimis menipis, seolah tidak mengindikasikan bahwa akan turun hujan yang lebih lebat. Jalanlah kami dengan santai. 

Hal yang membuatku terkejut adalah, tepat saat kami melewati pintu gerbang kos dan menuju tangga lantai dua yang ternaungi oleh penutup atap polikarbonat, tiba-tiba hujan turun deras.  Posisi kami tepat berada dalam lorong tangga yang aman dari hujan. Hujan turun disertai angin dan kilatan petir yang terlihat, serta gemuruh yang cukup untuk membangunkanku tidur. 

Bukan, sepertinya bukan sebuah kebetulan. Seperti membuktikan bahwa kami menolak untuk kehujanan. Seolah sang hujan menahan diri untuk turun sebelum kami sampai di kos. Ya, aku terkejut waktu itu, meskipun hanya terkejut dalam hati. 

Apakah hal semacam ini adalah cermin dari keyakinanku di awal saat membeli ketoprak, bahwa kami tidak akan kehujanan? Seperti yang dijelaskan Gregg Braden dalam bukunya, The Divine Matriks. Bahwa emosi serta keyakinan kita, akan tercermin ke luar diri kita, dan menjadi bagian yang kita pahami sebagai realitas kita. 

Emosi kita berperan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan matriks kehidupan. Ia bergerak memberikan pengaruh ke setiap bagian kehidupan yang lain, karena diri dan kesadaran kita sebagai bagian dari kehidupan ini bersifat holografis. Bahwa bagian terkecil dari suatu hologram, mencerminkan keseluruhannya. 

Perubahan pada emosi terkecil kita, akan berpengaruh pada hologram kehidupan yang lebih luas. Pun hujan, akan patuh terhadap keyakinan terkecil dalam setiap diri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun