Mohon tunggu...
Haris Sunansyah
Haris Sunansyah Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitek

Melukis dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hujan pun Patuh

21 Maret 2019   19:35 Diperbarui: 8 Desember 2019   16:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ketoprak siap dan kami membayar, jalanlah kami menuju kos. Aku mencoba jalan tetap santai, tidak terburu seperti perintah temanku. Ia berjalan agak cepat di depan, aku tenang di belakang. 

Saat kami berjalan, gerimis menipis, seolah tidak mengindikasikan bahwa akan turun hujan yang lebih lebat. Jalanlah kami dengan santai. 

Hal yang membuatku terkejut adalah, tepat saat kami melewati pintu gerbang kos dan menuju tangga lantai dua yang ternaungi oleh penutup atap polikarbonat, tiba-tiba hujan turun deras.  Posisi kami tepat berada dalam lorong tangga yang aman dari hujan. Hujan turun disertai angin dan kilatan petir yang terlihat, serta gemuruh yang cukup untuk membangunkanku tidur. 

Bukan, sepertinya bukan sebuah kebetulan. Seperti membuktikan bahwa kami menolak untuk kehujanan. Seolah sang hujan menahan diri untuk turun sebelum kami sampai di kos. Ya, aku terkejut waktu itu, meskipun hanya terkejut dalam hati. 

Apakah hal semacam ini adalah cermin dari keyakinanku di awal saat membeli ketoprak, bahwa kami tidak akan kehujanan? Seperti yang dijelaskan Gregg Braden dalam bukunya, The Divine Matriks. Bahwa emosi serta keyakinan kita, akan tercermin ke luar diri kita, dan menjadi bagian yang kita pahami sebagai realitas kita. 

Emosi kita berperan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan matriks kehidupan. Ia bergerak memberikan pengaruh ke setiap bagian kehidupan yang lain, karena diri dan kesadaran kita sebagai bagian dari kehidupan ini bersifat holografis. Bahwa bagian terkecil dari suatu hologram, mencerminkan keseluruhannya. 

Perubahan pada emosi terkecil kita, akan berpengaruh pada hologram kehidupan yang lebih luas. Pun hujan, akan patuh terhadap keyakinan terkecil dalam setiap diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun