Dalam jangka panjang, hal semacam itu tentunya tidak baik. Loyalitas terhadap bank yang melekat bukan dikarenakan kinerja bank, tetapi karena tak adanya pilihan. Bagi bank, mereka bisa terbuai dengan kenyamanan minimnya persaingan sehingga lalai meningkatkan kualitas layanan maupun kinerjanya.
Pesan PembelajaranÂ
Saking kuatnya, suatu bank yang sempat berhenti beroperasi berhari-hari karena permasalahan sistemnya tetap bisa bertahan. Peralihan dana nasabah dari bank dimaksud tidaklah seberapa. Dengan kata lain, nasabah memberikan toleransi atas kelemahan itu.Â
Lalu, muncul isu mengenai profesionalitas pengurus bank. Ada dugaan, pihak-pihak tertentu, seperti deposan besar atau partai politik kuat, turut campur dalam penataan pengurus. Benar atau tidaknya, entahlah.Â
Yang menarik, kondisi itu nampaknya tidak menggoyang kepercayaan nasabahnya, mereka masih bertahan. Lagi-lagi, tidak tahu juga apakah mereka bertahan karena kesetiaan atau karena kesulitan mencari pilihan.
Apapun itu, semua kondisi yang dihadapi sekarang bisa menjadi pembelajaran bagi mereka yang terlibat dalam industri perbankan. Regulator perlu terus melakukan pengawasan yang melekat, meskipun dalam kondisi stabilitas keuangan yang sedang adem ayem seperti sekarang.Â
Dengan kewenangannya, regulator dapat memastikan sektor perbankan selalu dikelola secara profesional dan mengedepankan kepentingan masyarakat.Â
Industri pun harus tetap peka dengan kebutuhan pasar, seperti keamanan siber, layanan yang prima, dan pastinya, tingkat kesehatan bisnis yang terjaga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H